Mengapa penulis perlu memperhatikan kesalahan penulisan dalam kalimat efektif

Aktivitas menulis bagi sebagian orang memang bisa dibilang seru dan asyik. Ketika Anda menyampaikan informasi yang menarik dan menginspirasi orang lain, itu adalah hal yang membahagiakan. Tak berlebihan bila dikatakan menulis merupakan salah satu terapi jiwa. Dengan menulis, mood Anda bisa menjadi lebih baik. Namun, tahukah Anda bahwa ada hal yang harus dihindari ketika menulis?

Menjadi penulis yang jempolan memang patut menjadi impian. Semua proses pembelajaran harus dilalui secara bertahap. Berbagai kesalahan yang semula dianggap remeh, seiring waktu tentu harus kian berkurang. Makin sering Anda menulis, maka tulisan kian ‘renyah’ dan enak untuk dibaca. Anda pun akan memiliki ciri khas tulisan dan fan pembaca tersendiri. Anda  boleh menulis apa saja, namun tetap harus memperhatikan aturan penulisan. 

Berikut ini 5 hal yang harus dihindari ketika menulis:

Kalimat Tidak Efektif

Pernahkah Anda membaca tulisan dengan kata yang berulang? Tentu tidak nyaman dibaca dan membosankan. Itu adalah salah satu ciri kalimat tidak efektif, sehingga terkesan menghamburkan kata dan bertele-tele. Selain itu, ciri kalimat tidak efektif yang lain adalah penulisan yang tidak sesuai kaidah PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) dan ambigu. Jadi, saat menulis, Anda perlu membaca ulang dan mengedit seperlunya. Hal ini penting agar pembaca tidak salah mengartikan gagasan dan tulisan Anda secara keseluruhan.

Tidak Menentukan Target Pembaca

Menulis itu ibarat Anda sedang berbicara dengan pembaca. Ketika pembaca membaca sebuah tulisan dan merasa cocok dengannya, tentu tulisan tersebut akan mendapatkan respons yang positif. Untuk itu, kenali target pembaca terlebih dahulu agar lebih mudah dalam menemukan dan menulis topik yang sesuai. Misalnya, target pembaca yang Anda inginkan adalah anak muda. Sesuaikanlah gaya tulisan dengan menggunakan bahasa yang santai dan bahasan ringan. Bahasan yang berat akan membuat anak muda merasa bosan.

Kurangnya Data dan Fakta

Jangan pernah menulis tanpa data dan fakta yang akurat. Hal ini akan menyebabkan tulisan Anda menjadi hambar, bahkan bisa dianggap sebagai suatu kebohongan. Tulisan yang hanya berdasarkan pemikiran juga akan berakibat pada pembahasan yang melebar tanpa arah. Hal ini akan membuat pembaca bingung. Data juga akan membuat tulisan Anda makin berbobot karena disertai riset yang mendalam, sehingga tulisan Anda akan memiliki peminat dan akan selalu dinanti.

Menuliskan Kebohongan atau Hoaks

Menuliskan sebuah kebohongan akan sangat merugikan banyak pihak, baik penulis maupun pembaca. Hal ini akan menurunkan kredibilitas Anda sebagai penulis. Bila sudah seperti ini, bersiaplah untuk kehilangan peminat tulisan Anda secara perlahan. Bahkan, bukan tidak mungin Anda akan berurusan dengan pihak berwajib karena menyebarkan suatu berita bohong yang meresahkan pembaca.

Judul yang Kurang Menggigit

Setiap memulai membaca sebuah tulisan, tentu Anda akan mulai dari judul, bukan? Judul memiliki chemistry dengan isi tulisan, karena mewakili isinya. Judul yang menarik tentu akan membuat pembaca penasaran dan ingin segera membaca keseluruhan tulisan. Untuk itu, Anda perlu memikirkan dan membuat judul yang mampu menghipnotis pembaca. 

Bagaimana, apakah Anda pernah melakukan salah satu poin di atas? Cobalah mulai saat ini menghindari lima hal tersebut agar tulisan semakin memanjakan mata, bermakna, dan dinikmati pembaca. Dengan begitu, tulisan Anda akan makin dicari dan dinantikan pembaca. Selamat menulis. (AH)

Ciri Kalimat Efektif – Teknik menulis buku itu adalah kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk para pembaca, sehingga penulis juga harus memperhatikan daya baca pembaca.

Kegiatan teknik menulis buku yang baik dan benar adalah kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan dua sudut pandang berbeda. Sudut pandang yang pertama adalah sudut pandang penulis itu sendiri. Penulis wajib memiliki keteguhan hati dalam memberikan pandangannya melalui tulisannya.

Sehingga, kepuasan batin teknik menulis buku yang ingin dicapai oleh penulis dapat tersampaikan. Melalui sudut pandang pembaca, penulis juga harus memperhatikan kepuasan pembaca jika penulis ingin melakukan teknik menulis buku. Kepuasaan tersebut dapat dipengaruhi topik yang dibahas, gaya bahasa yang digunakan, hingga kemampuan daya baca pembaca yang dinamis.

Berbicara tentang daya baca, daya baca dipengaruhi oleh penggunaan font tulisan hingga penyusunan kalimat. Kita tidak akan membicarakan tentang font buku yang digunakan, melainkan membicarakan tentang penyusunan kalimat. Kalimat disusun berdasarkan kaidah berbahasa yang sudah ditentukan.

Alasan dari pembentukkan kaidah tersebut adalah memberikan akses yang jelas antar penulis dan pembaca agar tidak ada kesalahpahaman. Namun, hal ini terkadang menjadi blunder bagi penulis itu sendiri, jika penulis tidak mengetahui apa yang harus dilakukan.

Terkadang penulis bingung untuk bagaimana menyampaikan gagasannya sehingga penulis mengunakan seluruh kata yang berkaitan dengan topiknya. Hal ini tentunya membuat kalimat yang dibuat menjadi tidak efektif.

Kalimat tidak efektif nantinya akan menguras tenaga daya baca pembaca, sehingga membuat pembacanya malas membaca buku si penulis. Untuk itu, sangat dianjurkan untuk menggunakan kalimat efektif dalam teknik menulis buku.

Kriteria dan Ciri ciri Kalimat Efektif

Di samping hal ini membuat pembaca tidak membutuhkan banyak energi untuk membaca, poin yang disampaikan juga akan lebih mudah diterima. Berikut ini adalah 6 kriteria kalimat efektif yang wajib diketahui.

1. Berstruktur Kompak

Setiap kalimat efektif minimal terdiri atas unsure pokok dan sebutan (yang menerangkan pokok) atau unsure subjek dan objek (Kusmana 2014:98). Ibarat sebuah tim, kekompakan antar satu dengan yang lainnya adalah kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Kekurangkompakan stuktur kalimat dapat menimbulkan ketidakjelasan dalam penyampaian pesan.

Biasanya hal itu terkadi saat kata depan digunakan di depan subjek. Kata depan tersebut misalnnya dalam, untuk, bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan karena, sebelum subjek kalimat tersebut. Contohnya.

  • Bagi semua dosen yang mengajar harus memahami daya tangkap mahasiswa-mahasiswinya
  • Di segala aspek kehidupan manusia membutuhkan agama sebagai penyeimbangnya.
  • Sebagai contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.

Penggunaan ketiga kata-kata yang ditulis dengan font italic tersebut dapat dihilangkan ataupun diperbaiki. Tentunya akan cukup menguras tenaga jikalau kata tersebut ditambahkan di bagian yang unnecessary (baca: tidak perlu). Adapun contoh lainnya adalah penggunaan kata penghubung yang kurang tepat, seperti.

  • Penelitian tersebut menguras biaya besar. Karena komponen yang dibutuhkan tidaklah murah harga belinya.
  • Masyarakat Indonesia lebih mudah menguasai bahasa Inggris. Daripada masyarakat Jepang pada umumnya karena menjunjung tinggi bahasa Jepang.

Kalimat efektif tidak harus tidak panjang. Kasus ini membuktikan bahwa penggunaan kata penghubung antarkalimat tidak harus dipisah demi membuat kalimat efektif. Hal yang harus diperbaiki adalah menghilangkan tanda baca pemisah, serta mengurangi beberapa kata yang tidak perlu.

2. Paralel

Ciri kalimat yang efektif yang selanjutnya adalah kalimat tersebut tersusun secara paralel. Paralel dalam hal ini adalah kata yang digunakan dalam kalimat memiliki unsur atau jenis kata yang sama. Kesalahan dalam mengunakan paralelis kata akan menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak efektif. Contohnya adalah:

  • Kegiatan akhir dari pengabdian masyarakat tersebut adalah menyusun laporan, kelengkapan materi yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap kegiatan, dan simpulan hasil acara keseluruhan.

Ketidakefektifan kalimat tersebut disebabkan oleh memparalelkan jenis kata menuyusun, kelengkapan, penggambaran, dan simpulan. Kalimat tersebut memparalelkan “kegiatan” sebagai verba (kata kerja), maka kata lainnya seharusnya juga verba.

Misalnya, kata menyusun berparalel dengan melampirkan (materi kegiatan), menggambarkan (tahap-tahap kegiatan) dan menyimpulkan (hasil acara keseluruhan).

3. Hemat

Kalimat efektif adalah kalimat yang hemat. Kalimat yang hemat adalah kalimat yang menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah bermakna jamak. Berikut ini beberapa contoh kalimat yang kurang hemat.

  • Beberapa buku-buku yang dijual di toko tersebut adalah karya J.K. Rowling.
  • Waktu perjalanan yang digunakan untuk ke kota tersebut adalah hanya 30 menit
  • Para menteri segera berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang ke acara tersebut.

Kalimat pertama tidak hemat karena menggunakan dua jenis penjamakan kata. Sebaiknya kalimat tersebut menggunakan salah satu dari penjamakan kata tersebut. Lalu, untuk kalimat kedua sebaiknya juga mengunakan salah satu dari kata tersebut atau tidak sama sekali.

Pada kalimat ketiga, sebaiknya menghilangkan kata mereka untuk kalimat yang lebih hemat namun tetap bermakna sama.

4. Tidak Bermakna Ganda

Ciri alimat efektif yang selanjutnya adalah kalimat tersebut tidak bermakna ganda. Cermat adalah esensi wajib untuk menciptakan kalimat yang tidak ambigu. Alasannya, kalimat ambigu juga dapat menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif. Contohnya:

  • Istri rektor yang kedua Universitas Z telah memberikan sambutan kepada para tamu undangan.

Kalimat tersebut tentunya akan menimbulkan pertanyaan besar “Siapakah yang kedua, istri dari rektor Universitas Z atau rektor dari Universitas Z?”. Untuk menghilangkan bias makna yang ada pada kalimat ini, sebaiknya gunakanlah tanda baca yang jelas. Selain itu, menggunakan penambahan kata yang tepat dalam kalimat tersebut dapat menjadi alternatif lainnya.

5. Padu

Kalimat yang efektif adalah kalimat yang padu. Padu dalam konteks ini dapat ditentukan dengan penguasan kosakata beserta maknanya. Dalam kata lain, jika penulis semakin menguasai kosakata yang digunakannya, maka secara otomatis kalimat akan menjadi padu. Berikut ini adalah contoh kalimat yang tidak padu:

  • Setelah selesai direvisi, mereka besok akan presentasi.
  • Materi yang sudah diungkapkan daripada pembicara awal akan dibahas kembali pada pertemuan yang akan datang.

Kalimat pertama tidak padu karena secara structural salah, walau masih bisa dipahami. Selalu gunakan struktur kalimat S+P+O+K dalam teknik menulis kalimat. Perbaikanya menjadi: mereka akan presentasi besok. Lalu, penggunaan kata daripada tidak padu.

Baca juga: Cara Menerbitkan Buku dengan Mengetahui Pentingnya Buku Teks

Berbeda dengan bahasa melayu yang kata daripada dapat bermakna by (baca: oleh), daripada digunakan sebagai kata penghubung perbandingan dalam Bahasa Indonesia. Untuk itu, penulis wajib mengetahui esensi kosakata bahasa yang digunakan secara kritis.

6. Logis

Kalimat efektif adalah kalimat yang logis atau dapat diterima dengan akal sehat. Terkadang ketidaklogisan dalam penulisan kalimat terjadi karena pemilihan kata yang kurang tepat, atau penggunaan ejaan yang salah. Contohnya adalah:

  • Kepada Bapak Supriyadi, waktu dan tempat kami persilahkan.
  • Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkan kami untuk menyampaikan pesan.
  • Setelah melakukan telaah makna, peserta didik wajib maju ke depan untuk menyampaikan apa yang ditangkap.

Kalimat pertama sangat tidak logis karena tidak menunjukkan konsistensi subjek. Tentunya pembaca akan bertanya “Siapa yang dipersilahkan, apakah Bapak Supriyadi atau waktu dan tempat?”. Walau ketidaklogisan ini sering terjadi di luar dunia menulis buku, tetapi hal ini tetap wajib diperhatikan jika penulis ingin menulis dialog, tutorial, atau semacamnya.

Kesalahan kalimat kedua pun juga hampir sama dengan kalimat pertama, sehingga sebaiknya gunakanlah kata membahagiakan agar lebih logis. Kalimat terakhir tentunya kurang logis jika kita perhatikan dengan seksama – Jika kita berbicara tentang maju, maka konteksnya akan selalu ke depan dan tidak pernah ke belakang, ke samping, atau serong.

Kesimpulannya, penggunaan kalimat efektif sangatlah esensial dalam hal menulis buku. Tentu saja, penulis tidak ingin kehilangan pembacanya hanya karena tulisan yang melelahkan untuk dibaca.

Maka dari itu, gunakanlah kalimat efektif dalam menulis buku. Lalu, perhatikan setiap detail saat menulis buku agar dapat menciptakan buku yang ringkas berkualitas. Semoga bermanfaat dan selamat menulis buku! [Mas Aji Gustiawan]

teknik menulis | penerbit buku

Referensi:

Kusmana, Suherti, 2014, Kreativitas Menulis, Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Anda TAK HARUS PUNYA NASKAH siap cetak untuk mendaftarkan diri Jadi Penulis di penerbit buku kami. Dengan mendaftarkan diri, Anda bisa konsultasi dengan Customer Care yang siap membantu Anda dalam menulis sampai menerbitkan buku. Maka, Anda tak perlu ragu untuk segera MENDAFTAR. Silakan isi form di : Daftar Menjadi Penulis. 🙂

Jika Anda menginginkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download