Mengapa metode dakwah itu penting bagi penyampaian dakwah

Artikel EKO KURNIAWAN, S.Kom(Diskominfo) 07 Maret 2017 12:10:36 WIB

Metode dan Komunikasi Dakwah sebagai Pemecahan Masalah Umat

Oleh : Dr. Wakidul Kohar, M.Ag

Persoalan-persoalan Dakwah

Dalam rangka meningkatkan tata kehidupan yang harmonis, agamais dan beradat. Maka untuk mendukung misi tersebut, pada setiap tahun dapat dipastikan provinsi Sumatera Barat, melalui program Biro sosial keagamaan mengadakan  pelatihan para komunikator agama. Namun disisi lain komunikator agama harus tanggap terhadap berbagai problem kedakwaan diantaranya ;

Pertama, problem sikap mad’u ketika mendengar pesan  dakwah. Kemungkinan mad’u akan mengambil sikap  menerima, menolak pesan dan juga ragu-ragu terhadap pesan Islam yang disampaikan da’i. Persoalan ini disebut sebagai masalah penyampaian pesan Islam atau juga disebut dengan tabligh atau komunikasi Islam baik secara lisan maupun tulisan dan juga masalah psikologi dakwah.  Secara alami dalam menyampaikan pesan dakwah harus sistematis dengan kalimat yang baik, mencakup hikmah, nasehat dan dialog dengan menggunakan cara yang baik.

Kedua, problem perluasan wilayah dakwah dan hasil-hasil dakwah dalam kesatuan geografis baik dari sisi kesinambungan maupun dinamika Islam. Dakwah yang sudah dilaksanakan dan disampaikan secara lisan dan tulisan maupun aksi sosial, harus dipikirkan tentang perluasannya. Perluasan yang bersifat kwalitatif yaitu bertambah  luas wawasan mad’u terhadap ajaran Islam yang dari hari ke hari bertambah dan menunjukkan dinamika atau kemajuan terhadap pemahaman ajaran Islam. Perluasan selanjutnya adalah perluasan yang bersifat kwantitatif dalam arti bertambah jumlah mad’u untuk berperan serta dalam penerapan ajaran Islam.

Ketiga, problem rancangan sistem Informasi Islam untuk masyarakat Global. Sistem informasi Islam harus dirancang sesuai dengan  kecenderungan masalah yang dihadapi mad’u dalam bidang pemikiran, kelembagaan dan teknologi. Maksud sistem informasi Islam adalah tata hubungan antara unsur-unsur dalan sistem informasi Islam yang saling berhubungan dalam mewujudkan masyarakat yang islami baik secara publik dan domestik. Unsur-unsur tersebut di antaranya adalah: informasi Islam, media, Umat Islam, dan lembaga penyelenggara berita. 

Keempat, problem pemahaman atas realitas empiris objek dakwah dalam struktur psikologis, intelektual dan kemasyarakatan dalam suatu sistem sosial, ekonomi, politik dan teknologi tertentu. Kegiatan dakwah tidak seharusnya dilakukan secara sporadis, sudah saatnya dakwah dilakukan berdasarkan pemikiran tentang kondisi realitas. Berdakwah sesuai dengan kebutuhan manusia, yaitu mempertimbangan aspek-aspek di atas, dalam arti dakwah yang humanis yaitu kegiatan dakwah yang manusiawi, mempertimbangkan aspek-aspek kebutuhan manusia. Salah satu realita tersebut adalah perilaku teknologis mad’u sebagai salah satu kajian objek formal dakwah. Bagaimana perilaku masyarakat sekarang memposisikan media dan teknologi dalam kehidupannya yang terkait dengan pola dan tuntunan hidupnya.

Kelima, problem pemahaman atas kondisi sistem aqidah, sosial, ekonomi dan lingkungan dakwah. Kegiatan dakwah dalam jenis ini adalah memahami dan mengetahui tipologi aqidah umat yang sedang berkembang. Tipologi tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem teologi mereka, diantaranya ada teologi minimalis sangat pasrah dalam memahai takdir, teologi rasionalis dan teologi transformatif.

Keenam, problem sistem dan pengelolaan kegiatan dakwah dalam mencapai tujuan dakwah secara efesien dan efektif. Zaman ini adalah zaman yang penuh dengan perubahan. Perubahan dengan sendirinya mempengaruhi cara merasa berfikir dan bertindak bagi masyarakat terutama dengan waktu.

Perubahan apapun sebenarnya akan mendorong munculnya masyarakat baru yang secara esensial di dalamnya terjadi pergeseran paradigma (shifting paradigm), yakni terjadinya perubahan keyakinan atau asumsi dasar dalam memaknai kehidupan, yang sama sekali berbeda dengan masyarakat sebelumnya ( old society). Jika menggunakan perspektif antropologi, perubahan masyarakat yang terjaadi dalam masyarakat banyak berhubungan dengan perubahan pada level pemaknaan terhadap reaalita keseharian seperti hakekat kehidupan, hakekat kekaryaan manusia, hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, dan hakekat manusia dalam hubungan dengan manusia yang lain. Maka sistem dan pengelolan dakwah perlu dilakukan secara efesian dan efektif.

Tawaran metode dakwah sebagai proses komunikasi.

Pertama, peninjauan kembali pendekatan dakwah di Sumatera Barat dengan upaya sentral perencanaan dakwah yang lebih berorientasi pada pemecahan masalah yang di hadapi umat (Umat belum cerdas dan belum terbangun secara ekonomi, pendidikan dan kemandirian)

Kedua, pergeseran medan Dakwah (model Komunikasi dakwah) konvensional menuju dawkah multi–dialog (dialog amal, dialog seni, dialog intelektual dan dialog budaya).

Ketiga, perimbangan antara dakwah berskala masal menjadi dakwah personal atau dakwah kelompok dengan tujuan pembinaan kader.

Keempat, perlunya pendekatan, perencanaan dan pengolaan yang berbeda terhadap objek dakwah yang berbeda.

Kelima, perlu perhatian dan pengembangan yang serius lembaga-lembaga dakwah, terutama majelis taklim pada fungsi-fungsi perencanaan dan pengelolaan

Keenam, perlu dilakukan pengkajian yang mendalam mengenai (a) ciri-ciri dan permasalahanya yang dihadapi objek dakwah (kondisi objektif dan subjektif) (b) kondisi lingkungan dalam rangka mengembangankan strategi yang tepat dakwah di masing-masing daerah dan kelompok umat tertentu. Maka diperlukan penelitian objek dakwah dan lingkungan dakwah merupakan langkah yang lebih tepat.

Ketujuh, perlu dikembangkan nilai-nilai saintifik Islam, yaitu perimbangan pendekatan objektivikasi dan subjektivikasi. Dengan pendekatan ini berarti dilakukan interpretasi Agama Islam secara kreatif proposional, dikaitkan dengan kehidupan manusia, alam dan sejarah.

Kedelapan, perlu dikembangkan mekanisme pengorganisasian yang lebih profesional, dengan pemilahan tugas yang jelas antar subjek dakwah (da'i, perencana, dan pengelola kegiatan dakwah).

Kesembilan, mengembangkan pengkajian Islam dari sudut pandangan keilmuan, untuk mengakomodasikan kecenderungan perkembangkan pemikiran atau faham sekularisme dan nativisme, termasuk di dalamnya mengembangkan nilai-nilai spiritual Islam.

Kesepuluh, melakukan pendekatan positif konstruktif terhadap objek dakwah yang dikatagorikan oleh Gretzt sebagai Islam abangan atau Islam tidak taat dengan cara menghilangkan jarak psikologis maupun budaya yang ada.

Kesebelas, mengembangkan sistem komunikasi sosial atau sistem informasi Islam yang menjangkau umat secara luas dan menumbuhkan komunikasi yang efektif, perlu membuat jaringan radio/tv berbasis komunitas (pengembangan masyarakat dengan pendekatan Comunitarian approach/teori Umatic) dan budaya Islam