Maklumat yang dibuat oleh Nabi Muhammad untuk penduduk kota Mekkah pada saat penaklukan kota Mekkah dibacakan oleh?

Maklumat yang dibuat oleh Nabi Muhammad untuk penduduk kota Mekkah pada saat penaklukan kota Mekkah dibacakan oleh?
Pembebasan MekkahBagian dari Perang Muslim-Quraisy
Muhammad bergerak ke kota Mekkah dalam Siyer-i Nebi.
Tanggal630
LokasiMekkah
Hasil Kaum Quraisy menyerah
Pihak terlibat Kaum Muslim Kaum QuraisyTokoh dan pemimpin Muhammad
Khalid bin Walid[1]
Zubair bin Awwam Abu SufyanKekuatan 10.000 tidak diketahuiKorban 2[2] (Kurz bin Jabir Al-Fihri dan Khunais bin Khalid bin Ra'biah) 13[3]

Pembebasan Mekkah (bahasa Arab: فتح مكة, Fathu Makkah) merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 20 Ramadan 8 H, di mana Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikitpun,[butuh rujukan] sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka'bah.

Penyebab

Pada tahun 628, Quraisy dan Muslim dari Madinah menandatangani Perjanjian Hudaybiyah. Meskipun hubungan yang lebih baik terjadi antara Mekkah dan Madinah setelah penandatanganan Perjanjian Hudaybiyah, 10 tahun gencatan senjata dirusak oleh Quraisy, dengan sekutunya Bani Bakr, menyerang Bani Khuza'ah yang merupakan sekutu Muslim, walaupun sebenarnya yang pertama kali menyerang Bani Bakr adalah Bani Khuza'ah, dan sayang sekali permasalahan tersebut hanya diselesaikan dengan perjanjian elite yang tidak melibatkan akar rumput, sehingga masih menimbulkan dendam dikalangan Bani Bakr. Pada saat itu musyrikin Quraisy ikut membantu Bani Bakr, padahal berdasarkan kesepakatan damai dalam perjanjian tersebut di mana Bani Khuza'ah telah bergabung ikut dengan Nabi Muhammad dan sejumlah dari mereka telah memeluk islam, sedangkan Bani Bakr bergabung dengan musyrikin Quraisy.

Abu Sufyan, kepala suku Quraisy di Mekkah, pergi ke Madinah untuk memperbaiki perjanjian yang telah dirusak itu, tetapi nabi Muhammad menolak, Abu Sufyan pun pulang dengan tangan kosong. Sekitar 10.000 orang pasukan Muslim pergi ke Mekkah yang segera menyerah dengan damai. Nabi Muhammad bermurah hati kepada pihak Mekkah, dan memerintahkan untuk menghancurkan berhala di sekitar dan di dalam Ka'bah. Selain itu hukuman mati juga ditetapkan atas 17 orang Mekkah atas kejahatan mereka terhadap orang Muslim, meskipun pada akhirnya beberapa di antaranya diampuni.[butuh rujukan] [4]

Pemimpin pasukan

Tanggal 10 Ramadan 8 H, Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kota Madinah diwakilkannya kepada Abu Ruhm Al-Ghifary.

Ketika sampai di Dzu Thuwa, Nabi Muhammad membagi pasukannya, yang terdiri dari tiga bagian, masing-masing adalah:

  1. Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk memasuki Mekkah dari bagian bawah,
  2. Zubair bin Awwam memimpin pasukan memasuki Mekkah bagian atas dari bukit Kada', dan menegakkan bendera di Al-Hajun,
  3. Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan dari tengah-tengah lembah hingga sampai ke Mekkah. Menurut pendapat lain, empat bagian pasukan, bagian yang keempat dipimpin oleh
  4. Sa'ad bin 'Ubadah memimpin orang madinah supaya memasuki Mekkah dari arah sebelah barat.[5]

Dari Al-Hajun Nabi Muhammad memasuki Mesjid Al-Haram dengan dikelilingi kaum Muhajirin dan Anshar. Setelah thawaf mengelilingi Ka'bah, Nabi Muhammad mulai menghancurkan berhala dan membersihkan Ka'bah. Dan selesailah pembebasan Mekkah.

Lihat pula

  • Mekkah
  • Muhammad setelah Pembebasan Mekkah

Referensi

  1. ^ "صحيح مسلم/كتاب الجهاد والسير - ويكي مصدر". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-25. Diakses tanggal 2021-05-17. 
  2. ^ Akram, Agha Ibrahim (10 August 2007). Khalid Bin Al-waleed: Sword of Allah: A Biographical Study of One of the Greatest Military Generals in History. Maktabah Publications. hlm. 57. ISBN 978-0954866525. 
  3. ^ Akram 2007, p. 61.
  4. ^ http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/Bebas3.html
  5. ^ Dr. Muhammad Husain Haekal, Ph. D, Sejarah Hidup Muhammad (terjemah oleh Ali Audah dari Hayatu Muhammad), Penerbit Tintamas, Jakarta, 1984, Cet. ke-9, hal. 508.)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembebasan_Mekkah&oldid=21011154"

Peristiwa surat yang dikirim Hatib bin Abi Balta’ah bukanlah akhir dari Fathu Makkah. Rasulullah pun tetap membawa sepuluh ribu pasukan keluar Madinah menuju Makkah, dan beliau memerintahkan pasukan untuk membuat obor sejumlah pasukan saat sampai di suatu tempat yang bernama Marra Dhahraan, dekat dengan Makkah. Beliau juga mengangkat Umar radhiyallahu ‘anhu sebagai penjaga.

Abbas, paman Rasulullah yang ditemui di tengah perjalanan dan akhirnya mengikuti pasukan pun pergi ke menuju Makkah. Ia mencari penduduk Makkah agar mereka keluar dan menemui Nabi Muhammad SAW untuk meminta jaminan keselamatan, sehingga tidak akan terjadi pertumpahan darah di Makkah. Pada saat itu, Abbas bertemu dengan salah satu pimpinan kaum Quraisy, Abu Sufyan. Abbas mengatakan bahwa Rasulullah akan memenggal leher Abu Sufyan jika ia kalah dari peperangan. Abbas meminta Abu Sufyan untuk ikut dengannya menemui Rasulullah, dan Abu Sufyan pun mengikutinya.

Saat bertemu dengan Abu Sufyan, Rasulullah menekankan kembali agar Abu Sufyan mau menyembah Allah tanpa ada sembahan yang lain dan Rasulullah sebagai utusan Allah. Melalui pertemuan tersebut, Abu Sufyan pun akhirnya masuk Islam. Saat Nabi Muhammad SAW dan pasukan melanjutkan perjalanan menuju Makkah, Rasulullah memerintahkan Abbas untuk membawa Abu Sufyan menuju jalan pintas agar nanti dapat melihat semua pasukan kaum muslimin.

Setelah agak jauh dari pasukan, Abu Sufyan sangat takjub saat melihat pasukan yang begitu banyak dan menanyakannya pada Abbas. Abbas pun menjawab bahwa pasukan tersebut adalah Rasulullah bersama kaum Muhajirin dan Anshar. Bendera Anshar dipegang oleh Sa’ad, dan ia berkata pada Nabi Muhammad SAW bahwa hari ini adalah hari dihalalkannya darah di tanah haram, karena kaum kafir Quraisy akan dihinakan. Namun Nabi Muhammad SAW justru menegaskan bahwa sesungguhnya hari ini adalah hari diagungkannya ka’bah dan dimuliakannya Quraisy oleh Allah.

Perjalanan pun dilanjutkan, hingga sampai di tanah Makkah Rasulullah menundukkan kepala sebagai rasa tawadlu’ pada Allah Penguasa Alam, dan membacakan firman Allah:

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا

Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.
QS. Al Fath: 1

Setelahnya, Rasulullah berkata pada penduduk Makkah,

“Siapa yang masuk masjid maka dia aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia aman, siapa yang masuk rumahnya dan menutup pintunya maka dia aman.”

Beliau terus berjalan hingga Masjidil Haram, dan thawaf dengan menunggang onta sambil membawa busur yang beliau gunakan untuk menggulingkan berhala-berhala di sekeliling ka’bah yang beliau lewati. Saat itu, beliau membaca firman Allah:

جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
QS. Al-Isra’: 81

Rasul pun memasuki ka’bah dan memerintahkan pasukan untuk menghapus semua gambar yang ada di dalam ka’bah. Setelahnya, Rasulullah melaksanakan salat lalu mengitari ka’bah sambil bertakbir di pojok-pojok ka’bah. Dengan memegangi pinggiran pintu Ka’bah, beliau bersabda:

“لا إِله إِلاَّ الله وحدَّه لا شريكَ له، لَهُ المُلْكُ وله الحمدُ وهو على كَلِّ شَيْءٍ قديرٌ، صَدَقَ وَعْدَه ونَصرَ عَبْدَه وهَزمَ الأحزابَ وحْدَه

“Wahai orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah menghilangkan kesombongan jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyang. Manusia dari Adam dan Adam dari tanah.”

Sejak saat itu, Makkah pun telah bebas dan menjadi negeri Islam, sehingga tidak ada lagi hijrah dari Makkah menuju Madinah.