Kapan terjadinya peristiwa perobekan bendera belanda di hotel yamato

Kapan terjadinya peristiwa perobekan bendera belanda di hotel yamato

Kapan terjadinya peristiwa perobekan bendera belanda di hotel yamato
Lihat Foto

Wikipedia/Nationaal Museum van Wereldculturen

Hotel Yamato kini bernama Hotel Majapahit

KOMPAS.com - Peristiwa perobekan warna biru pada bendera Belanda tercatat dalam sejarah sebagai Insiden Hotel Yamato.

Insiden Hotel Yamato terjadi di Surabaya pada 19 September 1965, yang dipicu gagalnya perundingan antara Soedirman dan WVC Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda.

Peristiwa ini berlangsung di puncak Hotel Yamato, yang sekarang bernama Hotel Majapahit.

Namun, ada juga sebutan lain untuk insiden bersejarah ini, yaitu Peristiwa Tunjungan.

Lantas, mengapa peristiwa bendera di puncak Jotel Yamato disebut juga Peristiwa Tunjungan?

Baca juga: Insiden Hotel Yamato, Perobekan Bendera Belanda di Surabaya

Insiden bendera di puncak Hotel Yamato disebut juga Peristiwa Tunjungan karena lokasinya berada di Jalan Tunjungan, Surabaya.

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat 31 Agustus 1945.

Isinya maklumat tersebut adalah, mulai 1 September 1945, bendera Merah Putih akan dikibarkan secara terus-menerus di seluruh wilayah Indonesia, tidak terkecuali Surabaya.

Pada 18 September 1945, datang para opsir Sekutu dan Belanda dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) ke Surabaya.

Mereka kemudian ditempatkan di Hotel Yamato, yang terletak di Jalan Tunjungan no 65, Surabaya.

Kapan terjadinya peristiwa perobekan bendera belanda di hotel yamato
Peserta bersorak ketika bendera Merah Putih berkibar di Hotel Majapahit saat aksi teatrikal peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato, sekarang Hotel Majapahit, di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur, Rabu, 19 September 2018. Aksi teatrikal ini melibatkan pelajar dan warga Surabaya. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 18 September 1945, Hotel Yamato di Surabaya, yang saat ini bernama Hotel Majapahit merupakan saksi bisu sejarah Indonesia. Hotel ini tempat terjadinya peristiwa perobekan bagian biru pada bendera Belanda di Surabaya.

Peristiwa tersebut menimbulkan konflik yang lebih besar pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia. Peristiwa tersebut diketahui terjadi karena perundingan antara Jenderal Soedirman yang merupakan residen Surabaya dan WVC Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda mengalami kegagalan.

Perundingan tersebut mengakibatkan Ploegman tewas dicekik dan Sudirman yang melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sementara itu, di luar hotel, para pemuda yang mendengar kabar bahwa perundingan tersebut gagal langsung mendobrak masuk dan perkelahian di lobi pun terjadi. Mengutip dari Tempo edisi 19 September 2021, sejumlah pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda.

Hariyono, yang sebelumnya bersama Sudirman pun masuk kembali ke dalam hotel dan ikut memanjat tiang bendera. Hariyono bersama Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan menaikannya kembali ke puncak tiang Hotel Yamato. Arek-arek Suroboyo di bawah Hotel Yamato yang menyaksikan peristiwa tersebut pun menyambut dengan pekik 'Merdeka' berulang kali.

Perundingan antara Indonesia dan AFNEI (Sekutu Pasukan Hindia Belanda) tidak pernah menemukan kesepakatan hingga pada 10 November 1945, perang terbesar pasca perang hari kemerdekaan pun terjadi. Mengutip dari Akvo RSR, perang tersebut memakan waktu 3 minggu hingga akhirnya tentara Inggris, yang saat itu merupakan pasukan sekutu Belanda mengklaim bahwa Indonesia adalah bagian dari penjajahan mereka.

Perang berakhir setelah tentara Inggris menyerah dan jatuhnya korban jiwa sebanyak 600 hingga 2.000. Di sisi lain, Indonesia telah kehilangan sedikitnya 6.000 sampai 16.000 korban jiwa dan 200.000 pengungsi. Kemudian sejak pertempuran tersebut, Indonesia memperingati 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional. Hotel Yamao pun menjadi perlawanan arek Surabaya saat itu.

VALMAI ALZENA KARLA

Baca: Mengenang Peristiwa Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Kapan terjadinya peristiwa perobekan bendera belanda di hotel yamato
Perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato. ©2012 Merdeka.com

JATENG | 19 September 2021 07:15 Reporter : Jevi Nugraha

Merdeka.com - Tepat hari ini, 19 September pada tahun 1945 silam, terjadinya peristiwa bersejarah perobekan bendera Belanda oleh pemuda Surabaya. Aksi heroik yang dilakukan oleh arek Surabaya ini terjadi di Hotel Yamato, atau saat ini dikenal dengan Hotel Majapahit.

Peristiwa perobekan bendera Merah Putih Biru itu dipicu dari sikap angkuh orang Belanda dan Inggris yang datang ke kotanya. Kala itu, mereka datang sebagai Palang Merah (Intercross) untuk mengurus tawanan. Kemarahan pemuda Surabaya pun semakin memuncak saat melihat bendera Belanda berkibar kembali setelah Indonesia merdeka.

Perobekan bendera Belanda yang terjadi di Kota Pahlawan itu, menjadi peristiwa bersejarah bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tak heran jika hingga detik ini aksi heroik itu masih terus dikenang oleh bangsa Indonesia. Berikut kronologi lengkap peristiwa perobekan bendera Belanda di Surabaya yang dilansir dari Liputan6.com:

2 dari 4 halaman

Kapan terjadinya peristiwa perobekan bendera belanda di hotel yamato

©2016 merdeka.com/masfiatur rochma

Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno memerintahkan untuk mengibarkan bendera merah putih di seluruh penjuru tanah air. Kala itu, dengan semangat yang membara, masyarakat Indonesia dengan bangga mengibarkan bendara merah putih di berbagai titik kota.

Di tengah perintah Soekarno untuk mengibarkan bendera merah putih, pada tanggal September 1945, AFNEI datang ke Surabaya untuk mengurus tentara Jepang dan tawanan perang Belanda. Mereka datang dan menggunakan Hotel Yamato sebagai markas. Tanpa berkomunikasi dengan pemerintahan Republik Indonesia, semakin memperburuk citra Belanda di mata masyarakat Indonesia.

Melihat kecongkakan orang Belanda terhadap masyarakat setempat, memicu amarah para pemuda di Surabaya. Puncak amarah mereka terjadi pada tanggal 19 September 1945, seorang Indo Belanda bernama Ploegman telah berani mengibarkan bendera Belanda di atas tiang bendera Hotel Yamato.

Melihat pengibaran Bendera Merah Putih Biru itu, Bapak Residen Soedirman memperingatkan agar bendera tersebut segera diturunkan. Namun, peringatan itu sema sekali tidak digubris oleh mereka. Hal inilah yang kemudian menyulut amarah para pemuda di Surabaya.

3 dari 4 halaman

Kapan terjadinya peristiwa perobekan bendera belanda di hotel yamato
©©2012 Merdeka.com

Melihat bendera Belanda masih berkibar di atas Hotel Yamato, ditambah dengan tindakan-tindakan angkuh orang Belanda, membuat suasana semakin memanas. Tentu saja hal ini membuat para pemuda Surabaya berkumpul dan membaur. Para pemuda saling bertanya-tanya tentang langkah selanjutnya terhadap sikap Belanda yang merendahkan harga diri bangsa Indonesia yang telah merdeka.

Melihat keadaan semakin tidak kondusif, arek-arek Surabaya satu persatu mendatangi halaman Hotel Yamato. Tidak butuh waktu lama, tiba-tiba hotel itu pun menjadi penuh sesak. Terjadilah perkelahian antara pemuda Surabaya dengan pemuda Belanda di kamar-kamar Hotel Yamato.

Di tengah perkelahian itu, dua pemuda Surabaya menyelinap untuk naik ke bagian atas Hotel Yamato. Satu orang membawa tangga, dan seorang lagi naik ke atas tiang. Dengan cepat, Koesnowibowo, pemuda yang naik tangga itu, menurunkan bendera Belanda yang sedang berkibar.

Setelah diturunkan, Ia segera merobek warna biru dari bendera itu dengan kekuatan giginya, kemudian dibuangnya. Ia segera mengerek kembali bendera yang sudah tersisa warna merah putih ke atas tiang untuk berkibar kembali.

4 dari 4 halaman

Akhirnya bendera Merah Putih dapat berkibar menggantikan bendera Belanda yang sejak pagi 19 September 1945 itu berkibar di Hotel Yamato. Melihat hal ini, para pemuda Surabaya yang sejak tadi mengepung Hotel Yamato bersorak-sorai gembira.

Melalui peristiwa 19 September 1945 ini, telah menyulut api revolusi masyarakat Indonesia. Hal ini juga menjadi bukti bahwa kemerdekaan indonesia bukan datang dengan sendirinya, melainkan dari keringat dan perjuangan.

(mdk/jen)