Rumah Adat Betawi KOMPAS.com - Rumah Kebaya merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat Betawi yang berada di DKI Jakarta. Disebut sebagai rumah Kebaya, karena bentuk atapnya menyerupai pelana yang berlipat dan jika dilihat dari samping maka lipatan-lipatan terlihat seperti kebaya. Rumah Kebaya dibuat dengan bahan utama dari kayu dan bilik bambu. Rumah Kebaya biasanya dibuat melebar untuk memaksimalkan lebar tanah, sehingga masih ada halaman depan yang cukup luas. Dikutip dari buku Arsitektur Tradisional (1986) karya Zohra Mahmud, Lola Radjulaeni, dan Aris Sahido, rumah Kebaya memiliki beberapa pasang atap, yang apabila dilihat dari samping tampak berlipat-lipat seperti kebaya. Kalau dilihat dari depan bagian atap rumah kebaya bentuknya memanjang. Bentuk atapnya segitiga. Ciri khas rumah Kebaya adalah adanya langkan, yaitu bagian rumah yang berpagar rendah dan berfungsi sebagai serambi rumah. Baca juga: Mengenal Rumah Tradisional Suku Sunda Langkan tersebut terbuat dari kayu atau bambu dan bentuknya beraneka ragam. Pada umumnya rumah Betawi berangka kayu dan berlantai tanah, tegel atau semen (rumah Depok), hanya di daerah pantai atau pesisir yang berbentuk panggung. Bagian rumah KebayaSusunan ruangan rumah Kebaya memiliki ciri khas. Rumah Kebaya memiliki ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. Ruang depan sering disebut serambi depan, karena keadaannya terbuka. Ruang tengah sering disebut ruang dalam yang terdiri dari kamar tidur, kamar makan, dan pendaringan. Rumah kebaya merupakan sebuah nama rumah adat suku Betawi.[1] Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya.[1] [2] Selain Rumah Kebaya, suku Betawi juga memiliki rumah adat lainnya, seperti Rumah Gudang, Rumah Joglo, dan Rumah Panggung.
Ciri khas dari rumah ini adalah rumah ini memiliki teras yang luas yang berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantai keluarga.[3] Pada zaman dahulu, masyarakat betawi membuat sumur di depan rumahnya dan pemakaman yang berada disamping rumah.[4] [5] [2] Dan, dinding rumahnya terbuat dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan agar rumah terasa lebih luas.[3] [1] [3] Rumah ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian dari segi sifatnya, yakni bagian depan bersifat semi publik, sehingga setiap orang dapat melihat betapa asri dan sejuknya rumah tersebut.[2] [6] Dan yang kedua adalah bagian belakang yang bersifat pribadi.[2] [6] Bagian ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang dekat dari pihak pemilik rumah.[2] [6] Material yang digunakan untuk menutup atap rumah adalah genteng atau atep (daun kirai yang dianyam), konstruksi kuda-kuda dan gording (balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda) menggunakan kayu gowok (Syzygium Polycephalum) atau kayu kecapi (Sandoricum Koetjape), balok tepi, terutama diatas dinding luar menggunakan kayu nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk yang sudah tua, sedangkan kaso (balok kayu dengan ukuran 4cm x 6cm atau 5cm x 7cm yang berfungsi sebagai dudukan reng) dan reng (balok kayu dengan ukuran 2cm x 3cm atau 3cm x 4cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng) menggunakan bambu tali, yakni bambu yang batangnya (setelah dibelah-belah) dapat dijadikan tali.[2] Bambu yang digunakan sebagai kaso adalah bambu utuh dengan diameter ± 4cm, sedangkan yang digunakan untuk reng adalah bambu yang dibelah.[2] Material DindingMaterial yang digunakan untuk dinding depan adalah kayu gowok/kayu nangka yang terkadang dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau.[2] Dinding rumah lainnya menggunakan bahan anyaman bambu dengan atau tanpa pasangan bata dibagian bawahnya.[2] Daun pintu/jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horizontal (jalusi adalah pintu yang memilik lubang udara pada pintu yang membuat sirkulasi udara tetap terjaga dalam ruang yang tertutup, seperti pada kamar mandi) pada bagian atasnya atau pada keseluruhan daun pintu/jendela.[2] Material StrukturBahan yang digunakan untuk pondasi rumah adalah batu kali dengan sistem pondasi umpak (pondasi rumah/tiang yang terbuat dari batu) yang diletakkan dibawah setiap kolom, sementara untuk landasan dinding digunakan pasangan batu bata dengan kolon dari kayu nangka yang sudah tua.[2] Ragam HiasRumah Betawi umumnya memiliki ragam hias yang sangat spesifik.[2] Ragam hias ini biasa dibuat untuk dinding pembatas teras, untuk hiasan dinding, tapi terutama digunakan untuk menutup lubang ventilasi pada dinding depan.[2] Setiap rumah pasti memiliki ruangan-ruangan yang digunakan untuk tujuan tertentu. Dan setiap ruangan tersebut ada yang bersifat pribadi atau untuk umum.[4] Adapun ruangan yang ada di rumah Kebaya:
|