Jelaskan akibat kekurangan dan kelebihan protein dalam tubuh

Jumat, 27 Mei 2005 10:57 WIB

- detikHealth

Jakarta - Manusia memerlukan makanan yang bergizi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Makanan bergizi adalah makanan yang cukup mengandung hidrat arang, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Kebutuhan kandungan makanan ini harus seimbang. Ketidakseimbangan kandungan makanan akan berdampak pada kesehatan salah satunya adalah kekurangan protein.Kekurangan protein menyebabkan manusia menderita penyakit yang disebut kwasiorkor atau busung lapar. Namun, kekurangan protein ini tidak semata-mata disebabkan karena kurang pangan.Selain kurang pangan, beberapa kondisi dapat disebut sebagai penyebab busung lapar. Antara lain mempunyai makanan tetapi tidak memiliki pengetahuan pemberian makanan dan menderita penyakit berkepanjangan sehingga menurunkan nafsu makan yang pada gilirannya menyebabkan busung lapar.Protein berasal dari bahasa Yunani, proteus yang berarti utama. Oleh karena protein berarti utama maka protein memang harus dapat dipenuhi oleh tubuh. Protein adalah sesuatu yang vital dalam kehidupan manusia.Begitu banyak peran protein bagi tubuh. Protein berperan untuk pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, mengganti dan memperbaiki sel yang rusak, mengatur keseimbangan asam basa, membentuk hormon dan enzim yang diperlukan dalam berbagai proses kimia tubuh. Selain itu protein juga sebagai sumber energi cadangan jika kebutuhan karbohidrat atau lemak tubuh tidak tercukupi.Kelebihan atau kekurangan protein tidak baik untuk kesehatan. Kelebihan protein dapat mengganggu metabolisme protein yang berada di hati. Ginjal akan terganggu karena harus membuang hasil metabolisme protein yang berlebihan dan tidak terpakai oleh tubuh.Kekurangan protein juga akan membuat tubuh mudah lelah. Tekanan darah dan daya tahan terhadap infeksi pun dapat menurun. Pada anak-anak, selain mudah terserang penyakit kwasiorkor atau busung lapar, juga pertumbuhan dan tingkat kecerdasannya akan terganggu.Tubuh menyerap protein dari makanan yang mengandung protein dalam bentuk asam amino. Asam amino harus diperoleh dari makanan sebab tubuh tidak bisa membuat asam amino. Berbagai jenis asam amino adalah isoleusin, leusin, lisin, methionin, femialanin, threonin, triptofan, dan valin.Makanan sumber protein bisa berasal dari hewani maupun nabati. Sumber protein hewani seperti daging, ikan, ayam, telur, susu dan produk turunannya seperti keju dan yoghurt. Protein hewani memiliki semua asam amino sehingga dapat disebut sebagai protein yang lengkap.Sumber protein nabati berasal dari tumbuhan seperti misalnya padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan termasuk produk turunannya seperti tahu, tempe, dan susu kedelai. Sumber protein jenis ini disebut sumber protein yang tidak lengkap sebab mempunyai kekurangan satu atau lebih asam amino.Agar tubuh dapat terpenuhi kebutuhan protein yang lengkap maka mengkonsumsi sumber protein harus dikombinasikan antara sumber protein hewani dan sumber protein nabati sehingga saling melengkapi.Jumlah protein yang harus dikonsumsi seseorang setiap hari tergantung dari umur seseorang, berat badan, jenis kelamin, mutu protein yang dikonsumsi, serta keadaan tertentu --misalnya sedang sakit atau baru sembuh dari sakit, yang mengharuskan orang untuk mengkonsumsi protein dalam jumlah yang lebih besar.Umumnya tingkat kebutuhan protein dalam keadaan sehat-normal orang membutuhkan sekitar 40-60 gram protein tiap hari. Ada pula yang menyebut 1 gram per kilogram berat badan per hari. Namun, harus tetap dicatat bahwa mengkombinasikan beragam sumber protein baik nabati maupun hewani dapat memberi hasil yang maksimal bagi kesehatan. (berbagai sumber)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

(msh/)

Halodoc, Jakarta – Kamu mungkin sudah akrab dengan program diet protein tinggi yang sampai saat ini masih populer. Misalnya, diet atkins yang pernah dicoba seleb Hollywood seperti Kim Kardashian. Diet tinggi protein katanya ampuh untuk menurunkan berat badan. Namun, bagi kamu yang ingin menjajal diet protein tinggi atau gemar mengonsumsi makanan tinggi protein, kamu harus tau efek sampingannya bagi tubuh. Pasalnya, dampak kelebihan protein bisa menimbulkan pelbagai masalah bagi tubuh.

Terlalu banyak mengonsumsi daging merah dan susu berlemak tinggi yang merupakan bagian menu dari program diet protein tinggi, bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Hal ini dikaitkan dengan asupan lemak jenuh dan kolesterol yang lebih tinggi.

Menurut studi yang dilansir oleh AHA Journal, mengonsumsi daging merah dalam jumlah besar dan produk susu berlemak tinggi terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada wanita.

Melansir Health Line, menurut sebuah studi, kenaikan berat badan secara signifikan dikaitkan dengan diet, di mana protein menggantikan karbohidrat, tapi tidak menggantikan lemak. Diet tinggi protein mungkin memang menjanjikan penurunan berat badan. Namun, umumnya kondisi itu hanya berjangka pendek. Kelebihan protein biasanya disimpan sebagai lemak. Sementara itu kelebihan asam amino akan keluar dari tubuh lewat proses ekskresi atau pengeluaran ampas hasil metabolisme yang tidak dibutuhkan tubuh.  

Nah, hal inilah yang bisa menyebabkan peningkatan berat badan dari waktu ke waktu. Peningkatan berat badan akan semakin menjadi bila kamu mengonsumsi terlalu banyak kalori di saat mengonsumsi protein dalam takaran yang banyak.  

Bau mulut enggak cuma disebabkan oleh konsumsi makanan tertentu seperti bawang. Mengasup protein dalam jumlah besar juga bisa jadi biang keladinya. Menurut studi, hal ini disebabkan karena tubuh masuk ke dalam tahap ketosis yang menghasilkan zat keton yang mengeluarkan bau tak sedap.

Sayangnya, hanya menyikat gigi enggak akan menghilangkan baunya. Solusinya, cobalah untuk lebih banyak mengonsumsi air putih, sikat gigi lebih sering, atau mengunyah permen karet untuk sementara waktu.  

Selain jarang mengonsumsi sayur, sembelit juga bisa disebabkan ketika tubuh kelebihan protein. Menurut sebuah studi (2003), 40 persen subjek penelitian mengalami konstipasi alias sulit buang air besar karena diet protein tinggi yang membatasi karbohidrat.  Agar buang air besar kembali lancar, cobalah tingkatkan asupan air dan serat harian.

Dampak kelebihan protein juga bisa menyebabkan diare. Misalnya, mengasup produk susu tinggi protein, tapi enggak diimbangi dengan kebutuhan serat tubuh. Diare ini bisa semakin parah bila tubuh enggak bisa mentoleransi laktosa yang terkandung dalam produk susu tersebut. Untuk menghindari kondisi ini, cobalah lebih banyak mengonsumi air, menghindari minuman berkafein, dan meningkatkan asupan serat.

 (Baca juga: Musim Hujan Waspada 4 Penyebab Diare) 

Ketika kamu mengasup banyak protein, tentunya nitrogen yang merupakan zat sampingan juga bisa masuk ke dalam tubuh. Jika level nitrogen dalam tubuh cukup tinggi, tubuh akan mengeluarkannya secara otomatis melalui cairan, sehingga tubuh butuh lebih banyak air. Apabila hal ini tidak terpenuhi maka dapat meningkatkan resiko dehidrasi.

Menurut ahli, diet tinggi protein dalam jangka waktu yang lama bisa meningkatkan risiko kerusakan ginjal. Selain itu, terlalu banyak mengonsumsi protein juga bisa memengaruhi seseorang yang telah mengidap penyakit ginjal. Pasalnya, ginjal harus bekerja ekstra keras untuk menyingkirkan nitrogen dan produk limbah dari metabolisme protein.

Berdasarkan penelitian, tingkat level protein yang tinggi dalam tubuh juga bisa menyebabkan warna urin lebih pekat dan keabnormalan blood urea nitrogen (BUN). BUN sendiri merupakan jumlah nitrogen urea yang hadir di dalam darah.  

Dampak kelebihan protein juga dikaitkan dengan hilangnya kalsium tubuh. Imbasnya, kondisi ini bisa menyebabkan osteoporosis dan menurunnya kesehatan tulang. Berdasarkan tinjauan studi pada tahun 2013, para ahli menemukan hubungan antara tingginya tingkat konsumsi protein dan kesehatan tulang yang buruk. Namun, menurut ahli lain, butuh penelitian lebih lanjut untuk menyimpulkan temuan tersebut.

Nah, bagi kamu yang ingin menjajal diet protein tinggi, ada baiknya untuk berdiskusi dahlu dengan dokter dan ahli gizi. Kamu bisa lho  menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc untuk berdiskusi mengenai diet tersebut. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Protein, merupakan senyawa organik yang tersusun dari C, H, 0, N, dan kadang kala S, P. Fungsi protein antara lain sebagai sumber energi,  untuk pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan sel-sel tubuh, penyusun hormon, zat antibodi, dan menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh. Kelebihan Protein akan meningkatknya kerja ginjal, akibatnya terjadi kerusakan pada ginjal. Selain itu asupan tinggi protein bisa menyebabkan tubuh lebih banyak membuang kalsium. Berkurangnya jumlah kalsium dalam tubuh dapat membuat tulang keropos dan meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis.