Identifikasi dan analisislah berbagai macam risiko operasional perusahaan.

Identifikasi dan analisislah berbagai macam risiko operasional perusahaan.


Di masa pandemi seperti saat ini, pelaku industri keuangan wajib meninjau kembali manajemen risiko operasional lembaganya.

Risiko operasional adalah risiko kerugian yang disebabkan beragam kegagalan. Di era pandemi seperti saat ini, lembaga keuangan harus meninjau kembali manajemen risiko operasionalnya.

Dengan terbatasnya hubungan tatap muka, kegiatan operasional lembaga keuangan terancam berkurang kualitasnya. Karena adanya adaptasi yang dilakukan meliputi penutupan unit operasional, perubahan jam kerja, split operation, kebijakan bekerja dari rumah, dan meningkatnya biaya operasional untuk aspek kesehatan.

Berbagai biaya yang awalnya tidak ada menjadi keharusan di masa pandemi, seperti kewajiban memakai hand sanitizer, masker, dan pengukuran suhu tubuh bagi karyawan dan konsumen. Ditambah lagi dengan penggunaan disinfektan yang mau tidak mau turut membebani anggaran lembaga keuangan.

Secara umum, manajemen risiko operasional memiliki keterkaitan satu sama lain. Adapun 5 jenis risiko operasional lembaga keuangan yang perlu ditinjau ulang antara lain.

1. Risiko Internal

Risiko internal terkait dengan kegagalan prosedur dan proses. Hal ini dikarenakan karyawan lembaga keuangan tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan. Secara umum, risiko internal terdiri dari kesalahan transaksi, kelalaian pemasaran, dan pencucian uang.

Risiko internal bisa terjadi di sebuah lembaga keuangan karena beberapa sebab, misalnya praktik bisnis yang tidak efisien, perusahaan kurang terorganisir, dan mudahnya melakukan manipulasi.

2. Risiko Sumber Daya Manusia

Risiko SDM berhubungan langsung dengan karyawan lembaga keuangan yang bersangkutan, baik disengaja maupun tidak disengaja. Permasalahan di sektor SDM bisa disebabkan oleh beragam hal, misalnya pelatihan yang kurang berkualitas, tingginya pergantian (turnover) karyawan, praktik manajemen yang buruk, dan terlalu mengandalkan karyawan kunci (one man show).

3. Risiko Sistem dan Teknologi

Risiko ini datang karena permasalahan sistem dan teknologi. Penyebab adanya risiko sistem dan teknologi adalah kerusakan sistem, kesalahan data entry, kesalahan program, keamanan sistem (virus dan hacking), dan kurangnya pengawasan terhadap perubahan.

Mitigasi risiko ini bisa berupa penggunaan sistem yang ter-updated dan pelatihan SDM yang kredibel.

4. Risiko Hukum

Ketidakpastian hukum bisa menjadi salah satu faktor risiko operasional yang bisa terjadi. Adanya perubahan aturan negara mengenai lembaga keuangan, jika ada, membuat lembaga keuangan perlu melakukan adaptasi cepat.

5. Risiko Eksternal

Risiko eksternal berasal dari hal-hal di luar kuasa lembaga keuangan yang turut mempengaruhi kinerja operasional perusahaan. Jika lambat memberi respons, risiko yang ditimbulkan bisa cukup fatal.

Contoh dari risiko eksternal seperti kebakaran, bencana alam, demonstrasi massa, dan gangguan pada layanan publik seperti transportasi dan komunikasi.

Identifikasi dan analisislah berbagai macam risiko operasional perusahaan.

Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal yang berlaku, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan faktor eksternal seperti bencana alam, demontrasi besar, dll. Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan sumber daya manusia. Secara umum, risiko operasional terkait dengan sejumlah masalah yang berasal dari kegagalan suatu proses atau prosedur. Risiko operasional merupakan risiko yang mempengaruhi semua kegiatan usaha karena merupakan suatu hal yang inherent dalam pelaksanaan suatu proses atau aktivitas operasional.

Terdapat empat jenis kejadian risiko operasional berdasarkan frekuensi dan dampak, yaitu :

  1. Low Frequency/Low Impact(LF/LI) – jarang terjadi dan dampaknya rendah.
  2. Low Frequency/High Impact(LF/HI) – jarang terjadi namun dampaknya sangat besar.
  3. High Frequency/Low Impact (HF/LI) – sering terjadi namun dampaknya rendah.
  4. High Frequency/High Impact (HF/HI) – sering terjadi dan dampaknya sangat besar.

Karena itu untuk memastikan bahwa manajemen risiko operasional berjalan dengan baik dan kontinu, biasanya akan dibentuk pertahanan yang disebut three lines of defense. Team ini bertugas dan berfungsi sebagai pagar dan pertahanan untuk prefentif, detektif dan korektif action atas apa yang terjadi dalam proses operasional, yaitu

  1. Pertahanan lapis pertama berfungsi sebagai mekanisme kontrol preventif.
    1. Unit Bisnis/Supportsebagai risk taking unit yang mengelola risiko operasional sehari-hari
    2. Quality Assurance/ Internal Controldi setiap unit kerja
    3. Fungsi Support
  2. Pertahanan lapis kedua berfungsi sebagai mekanisme kontrol detektif.
  3. Risk Management
  4. Legal dan Compliance
  5. Pertahanan lapis ketiga berfungsi sebagai mekanisme kontrol korektif.
    Audit Internal (SKAI)

Manajemen Risiko Operasional terdiri dari 4 tahapan yang saling terkait, dimulai dari identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian.

  1. Identification (Identifikasi)
    Proses untuk melihat dan identifikasi secara kontinu atas paparan risiko operasional dan penerapan manajemen risiko operasional serta melakukan pelaporan internal/eksternal atas paparan risiko yang terjadi.
  2. Measurement (Pengukuran)
    Proses menilai paparan risiko operasional pada produk, jasa, proses, dan sistem untuk mengetahui profil risiko perusahaan secara kuantitatif serta efektifitas penerapan manajemen risiko operasional.
  3. Monitoring (Pemantauan)
    Proses untuk mengamati secara berkelanjutan atas paparan risiko operasional dan penerapan manajemen risiko operasional serta melakukan pelaporan internal/eksternal atas paparan risiko yang terjadi.
  4. Controlling (Pengendalian)
    Proses kontrol atau pengendalian untuk memastikan risiko operasional berada pada tingkat yang minimal dan masih dapat diterima oleh perusahaan.

Untuk membantu ke-4 tahapan proses tersebut diatas, kita dapat menggunakan perangkat kerja Manajemen Risiko Operasional yang biasa dikenal sebagai berikut:

  1. RCSA (Risk Control Self Assessment)
    Perangkat untuk melakukan penilaian diri sendiri atas risiko dan kontrol yang ada di unit kerja.
  2. R/LED (Risk/ Loss Event Database)
    Perangkat yang digunakan untuk mencatat data kejadian atau kerugian yang disebabkan oleh risiko operasional.
  3. KRI (Key Risk Indicator)
    Perangkat untuk mengidentifikasi potensi risiko kritikal dengan memonitor indikator yang berfungsi sebagai sinyal peringatan awal sebelum risiko tersebut terjadi.

Mengidentifikasi Risiko Operasional.docx - Nama : Alvisyahrin NIM : 1836011033 Mengidentifikasi Risiko Operasional Identifikasi risiko adalah usaha

BibTex Citation Data :

@article{IEOJ14043, author = {Normaria Sirait and Aries Susanty}, title = {ANALISIS RISIKO OPERASIONAL BERDASARKAN PENDEKATAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (ERM) PADA PERUSAHAAN PEMBUATAN KARDUS DI CV MITRA DUNIA PALLETINDO}, journal = {Industrial Engineering Online Journal}, volume = {5}, number = {4}, year = {2016}, keywords = {risiko operasional ;manajemen risiko ; Enterprise Risk Management (ERM); matriks risiko}, abstract = { Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko – risiko yang mungkin dalam perusahaan kemudian membuat matriks risiko untuk mengetahui risiko yang terparah untuk dijadikan prioritas dalam pengendalian. Penelitian ini dilakukan pada CV Mitra Dunia Palletindo dengan menggunakan pendekatan Enterprise Management Risk. (ERM) dengan memfokuskan pada risiko operasional perusahaan. Dari identifikasi risiko yang dilakukan, temuan dari penelitian menunjukan bahwa terdapat 32 risiko operasional yang mungkin terjadi dalam perusahaan. Risiko tersebut berasal dari adanya risiko sumber daya manusia, produktivitas, pengadaan bahan baku, pergudangan, risiko sistem, delivery, lingkungan, reputasi dan risiko penanganan limbah. Perhitungan penilaian setiap risiko didasarkan pada tingkat keparahannya dan tingkat peluang terjadinya. Dari perhitungan yang dilakukan dalam penelitian, dapat diketahui bahwa risiko yang perlu diprioritaskan untuk dikendalikan adalah mengenai penumpukkan buffer stock yang ada di gudang, ketidaksesuaian jumlah barang datang dan barang pesanan dari supplier dan penanganan kapasitas gudang.       Abstra ct   [Title: Operational Risk Analysis Approach Based on Enterprise Risk Management (ERM) At the Company Manufacturing Cartons CV Mitra Dunia Palletindo] The objective of this study is to identify possible risks that may happen in a company, then creates a risk matrix so that we are able to determine the most severe risk to be the priority in managing the risk. This study was conducted at CV Mitra Dunia Palletindo, which uses the ERM (Enterprise Risk Management) approach, focusing on operational risk. From the risk identification, there are 3 2 findings referring to the operational matters, that could potentially harm the company. These risks are found in the scope of human resource, productivity, procurement, warehousing, system, delivery, environment, reputation, and waste handling. Calculation of any risk assessment is based on the severity and the level of chance occurrence. From calculations carried out in the research, it is known the risks that has to be prioritized and to be controlled later are buffer stock storage system inside the warehouse, mismatch between ordered amount and delivered amount from supplier, and warehouse capacity handling . }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/view/14043} }