Kesegaran jasmani adalah suatu keadaan yang dimiliki atau dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik. Kesegaran jasmani berkaitan dengan kesehatan ketika aktivitas fisik dapat dilakukan tanpa kelelahan berlebihan, terpelihara seumur hidup dan sebagai konsekuensinya memiliki risiko lebih rendah untuk terjadinya penyakit kronik lebih awal. Seseorang yang secara fisik bugar dapat melakukan aktivitas fisik sehari-harinya dengan giat, memiliki risiko rendah dalam masalah kesehatan dan dapat menikmati olahraga serta berbagai aktivitas lainnya. Komponen kesegaran jasmani secara garis besar dibagi menjadi 2 yakni kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (meliputi : kecepatan, daya ledak otot, ketangkasan, keseimbangan dan koordinasi) dan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (meliputi : kekuatan otot, daya tahan otot, kelenturan, daya tahan kardiorespirasi, dan komposisi tubuh). Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain umur, jenis kelamin, genetik, ras, aktivitas fisik termasuk latihan dan kadar hemoglobin. Pada anak kesegaran jasmani ini seringkali terlupakan. Padahal kesegaran jasmani ini sangat bermanfaat untuk menunjang kapasitas kerja fisik anak yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasinya. Daya tahan kardiovaskuler yang baik akan meningkatkan kemampuan kerja anak dengan intensitas lebih besar dan waktu yang lebih lama tanpa kelelahan. Daya tahan otot akan memungkinkan anak membangun ketahanan yang lebih besar terhadap kelelahan otot sehingga mereka bisa belajar dan bermain untuk jangka waktu lebih lama. Terlebih lagi kesegaran jasmani yang rendah diduga merupakan prekursor terhadap mortalitas pada orang dewasa, sedangkan tingkat kesegaran jasmani sedang memperlihatkan efek protektif terhadap beberapa prediktor mortalitas seperti merokok, hipertensi dan hiperkolesterolemia. Penelitian di Jakarta (1997) pada anak-anak usia 6-12 tahun menunjukkan bahwa 41,5 % anak memiliki tingkat kesegaran jasmani sedang, sedangkan 41,1% memiliki tingkat kesegaran jasmani kurang dan kurang sekali. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang diperoleh Departemen Kesehatan pada tahun 1993, yakni 47,8% anak usia sekolah dasar di 20 SD DKI memiliki tingkat kesegaran jasmani kurang dan kurang sekali. Salah satu komponen kesegaran jasmani yang penting adalah komposisi tubuh. Beberapa penelitian tentang kesegaran jasmani berkaitan dengan komposisi tubuh telah dilakukan. Penelitian pada laki-laki dewasa di Jepang menunjukkan bahwa kesegaran jasmani laki-laki obesitas lebih rendah dibandingkan subyek normal atau borderline. Penelitian diantara kelompok etnik berumur 9 tahun di Inggris menunjukkan bahwa anak obesitas dan anak yang pendek memiliki kesegaran jasmani lebih buruk dibandingkan anak-anak lainnya. Dari penelitian di Birmingham pada anak umur 6-11 tahun diperoleh kesimpulan bahwa terdapat korelasi negatif antara kesegaran kardiorespirasi dan peningkatan jaringan lemak. Hal ini hampir serupa dengan penelitian di Jakarta yang mengukur tingkat kesegaran jasmani secara umum yakni didapatkan bahwa makin tinggi persen lemak tubuh makin rendah tingkat kesegaran jasmaninya. Sebaliknya penelitian pada anak muda Flemish (2003) ternyata didapatkan bahwa subyek dengan obesitas menunjukkan kekuatan pegangan tangan (handgrip strength) yang lebih besar dibandingkan non obesitas, meskipun komponen kesegaran jasmani yang lain memiliki skor yang lebih rendah. Saat ini prevalensi obesitas pada anak dan remaja meningkat tajam di seluruh dunia. Prevalensi pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Prevalensi obesitas pada anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi 19%. Di Jakarta (1998) pada umur 6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2%, dan umur 17-18 tahun 11,4 %. Penelitian di Semarang (2003) menunjukkan proporsi obesitas pada murid sekolah dasar usia 6-7 tahun adalah sebesar 10,6%, bahkan di salah satu sekolah dasar favorit di Semarang (2004) diperoleh prevalensi obesitas sebesar 28,6 %. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan cepat dan terjadi perubahan dramatis pada komposisi tubuh yang mempengaruhi aktivitas fisik dan respon terhadap latihan. Terdapat peningkatan pada ukuran tulang dan massa otot serta terjadi perubahan pada ukuran dan distribusi dari penyimpanan lemak tubuh. Salah satu cara penentuan obesitas adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT bisa menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian populasi berskala besar. Pengukurannya hanya membutuhkan 2 hal yakni berat badan dan tinggi badan, yang keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit latihan. Mengingat pentingnya kesegaran jasmani pada anak dan kecenderungan peningkatan prevalensi obesitas di Indonesia perlu penelitian-penelitian tentang hubungan obesitas dengan tingkat kesegaran jasmani pada anak di Indonesia karena belum banyak penelitian yang dilakukan dalam hal ini. Adapun tatacara Untuk melakukan Pengujian Harvard Step Test bisa anda lakukan dengan cara berikut ini;
Alat dan Bahan :
Cara lambat : Indeks Kesanggupan = ( Lama naik turun ( Detik ) x 100 ) / 2 x ( N1+N2+N3 )Nilai normal : < 55 : kurang 55-64 : sedang 65-79 : cukup 80-89 : baik > 89: sangat baikCara Cepat : Indeks Kesanggupan = ( Lama naik turun ( Detik ) x 100 ) / 5,5 x N1 Untuk Tabel Kumulatif penilaiannya bisa anda lihat melalui tabel / gambar dibawah ini;
Semoga apa yang saya sampaikan mengenai tatacara melakukan uji Harvard Step test bisa membantu rekan semua yang ingin menguji tingkat kesegaran jasmani peserta didiknya ataupun atletnya, semoga bermanfaat, terimakasih
VO2 max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2 max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau milliliter/menit/kg berat badan. Setiap sel dalam tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mengubah energi makanan menjadi ATP (Adenosine Triphosphate) yang siap dipakai untuk kerja tiap sel yang paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah otot dalam keadaan istrahat. Sel otot yang berkontraksi membutuhkan banyak ATP. Akibatnya otot yang dipakai dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen dan menghasilkan CO2. Kebutuhan akan Oksigen dan menghasilkan CO2 dapat diukur melalui pernafasan kita. Dengan mengukur jumlah oksigen yang dipakai selama latihan, kita mengetahui jumlah oksigen yang dipakai oleh otot yang bekerja. Makin tinggi jumlah otot yang dipakai maka makin tinggi pula intensitas kerja otot. Tingkat Kebugaran dapat diukur dari volume Anda dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas maksimum. Kelelahan atlet yang dirasakan akan menyebabkan turunnya konsentrasi sehingga tanpa konsentrasi yang prima terhadap suatu permainan, sudah hampir dipastikan kegagalan yang akan diterima. Cepat atau lambatnya kelelahan oleh seorang atlet dapat diperkirakan dari kapasitas aerobik atlet yang kurang baik. Kapasitas aerobik menunjukkan kapasitas maksimal oksigen yang dipergunakan oleh tubuh (VO2Max). Dan seperti kita tahu, oksigen merupakan bahan bakar tubuh kita. Oksigen dibutuhkan oleh otot dalam melakukan setiap aktivitas berat maupun ringan. Dan semakin banyak oksigen yang diasup/diserap oleh tubuh menunjukkan semakin baik kinerja otot dalam bekerja sehingga zat sisa-sisa yang menyebabkan kelelahan jumlahnya akan semakin sedikit. VO2Max diukur dalam banyaknya oksigen dalam liter per menit (l/min) atau banyaknya oksigen dalam mililiter per berat badan dalam kilogram per menit (ml/kg/min). Tentu, semakin tinggi VO2 max, seorang atlet yang bersangkutan juga akan memiliki daya tahan dan stamina yang istimewa. Bagaimana mengukur VO2 max ? Sebagai pertimbangan dalam mengukur VO2 max adalah tes harus diciptakan demikian rupa sehingga tekanan pada pasokan oksigen ke otot jantung harus berlangsung maksimal. Kegiatan fisik yang memenuhi criteria ini harus:
Salah satu cara untuk mengukur Vo2Max adalah metode Cooper Test , metode ini cukup sederhana. Dimana atlet melakukan lari/jalan selama 12 menit pada lintasan lari sepanjang 400 meter. Setelah waktu habis jarak yang dicapai oleh atlet tersebut dicatat. Rumus sederhana untuk mengetahui VO2Maxnya adalah : Jarak yang ditempuh dalam meter – 504.9) / 44.73. atau memakai tes Harvard Step Test Tes ini adalah pengukuran yang paling tua untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat oleh Brouha pada tahun 1943. Ada beberapa istilah seperti kemampuan jantung-paru, daya tahan jantung-paru, aerobic power, cardiovascular endurance, cardiorespiration endurance, dan kebugaran aerobik yang mempunyai arti yang kira-kira sama. Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard, USA, jadi nama tes ini dimulai dengan nama Harvard. Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik turun bangku selama 5 (lima) menit. Pelaksanaan: 1. Tinggi bangku 20 feet (50 cm) 2. Irama langkah pada waktu naik turun bangku (NTB) adalah 30 langkah per menit, jadi 1 (satu) langkah setiap 2 (dua) detik 3. 1 (satu) langkah terdiri dari 4 (empat) gerakan/hitungan:
4. Ganti langkah diperbolehkan tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) kali 5. Supaya irama langkah ajeg/stabil, maka digunakan alat metronome 6. NTB dilakukan selama 5 (lima) menit. Saat aba-aba stop, tubuh harus dalam keadaan tegak. Kemudian duduk dibangku tersebut dengan santai selama 1 (satu) menit 7. Hitung denyut nadi (DN) orang coba (testi) selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 1 8. 30 detik kemudian hitung kembali DN testi selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 2 9. 30 detik kemudian hitung kembali DN testi selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 3 10. Setelah mendapatkan DN 1, DN 2, DN 3, maka data tersebut dimasukan kedalam rumus Indeks kebugaran yang selanjutnya dikonversikan sesuai rumus yang dipilih 11. Apabila testi tidak kuat melakukan NTB selama 5 (lima) menit, maka waktu lama NTB tersebut dicatat, lalu DN-nya diukur/dihitung sesuai dengan petunjuk pengambilan DN tersebut Indeks Kebugaran Rumus Panjang: Durasi NTB (detik) x 100/2 (DN 1+DN 2+DN 3) Indeks Kebugaran Kategori Kebugaran < 55 Jelek 55-64 Kurang dari rata-rata 65-79 Rata-rata 80-89 Baik ≥90 Baik sekali Rumus Pendek: Durasi NTB (detik) x 100/(5,5 x DN 1) Indeks Kebugaran Kategori Kebugaran < 50 Jelek 50-80 Rata-rata >80 Baik Disamping dari kedua tes diatas, beberapa cara untuk mengetahui kapasitas VO2Max, seperti : • 2.4km Run Test • Astrand 6 minute Cycle test – VO2max test on a static bike • Balke VO2max test – suitable for endurance sports • Conconi test • Multistage Fitness Test or Bleep test – VO2max test for endurance sports • Treadmill VO2max test – VO2max test • VO2max from non-exercise data – VO2max test Semoga bermanfaat, Dan tahukah anda, bagaimana cara mendapatkan penghasilan dari dunia online…! Silahkan klik disini atau klik gambar dibawah ini untuk menuju website panduan bisnis online dahsyat…!! Dan anda pun nanti bisa menghubungi kami, kami akan siap embantu anda dari Nol sampai benar-benar mendapatkan dollar dg sendiri…!! -7.580308 112.405033 |