Dalam menarik kesimpulan debat diperlukan penalaran apa itu penalaran

4 Cara Cepat Menarik Kesimpulan yang Baik dan Benar – Pada dasarnya, tulisan banyak berisi tentang informasi yang penting atau pendapat dari si penulisnya sendiri dalam bentuk kumpulan paragraf-paragraf. Kualitas dari isi tulisan serta bahasan dari antar paragraf yang saling tersambung merupakan salah satu faktor untuk mengetahui kualitas dari tulisan tersebut. Selain itu, kemampuan dalam mencari cara menarik kesimpulan merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya. Jika dapat menangkap kesimpulan dengan baik, maka penyampaiannya juga akan semakin mudah untuk dipahami.

Pentingnya Kemampuan dalam Menarik Kesimpulan dengan Baik

unsplash.com

Dalam menulis, terkadang kita terlalu fokus terhadap kualitas dari isi yang disampaikan. Padahal, tidak hanya isi saja melainkan ada bagian lain yang juga sama pentingnya, termasuk juga kesimpulan. Bagian paling akhir dalam tulisan ini memiliki peranan yang cukup penting karena perlu untuk mengandung isi dari tulisan secara singkat, padat, dan jelas. Tidak jarang juga pembaca akan langsung menuju bagian kesimpulan untuk mendapatkan inti dari isi seluruh tulisan.

Kesimpulan adalah bagian yang digunakan oleh pembaca untuk dijadikan pegangan informasi atas tulisan yang mereka baca. Dalam bagian ini juga biasanya mengandung fokus dari topik bacaan dan seberapa jauh pembahasan yang dilakukan. Oleh karena itu, cara menarik kesimpulan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Kamu mungkin membutuhkan beberapa referensi untuk dapat membuat kesimpulan secara tepat dan baik.

1. Cara Menarik Kesimpulan dalam Paragraf

unsplash.com

Dalam sebuah artikel atau tulisan, perlu bagi tiap-tiap paragrafnya untuk saling berkaitan satu dengan lainnya agar tulisan mudah untuk dipahami. Melalui paragraf ini pula pembaca dapat menarik kesimpulan atas informasi atau pesan apa yang ingin disampaikan. Sebelum membahas terkait cara menarik kesimpulan, perlu untuk mengetahui apa saja unsur yang ada dalam sebuah paragraf. Unsur tersebut diantaranya gagasan utama, kalimat utama, dan kalimat penjelas.

Gagasan utama ide pokok merupakan ide pokok atau fokus utama dari apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Sementara kalimat utama merupakan gagasan dari penulis yang biasanya ditaruh pada bagian awal atau akhir paragraf. Kalimat ini kemudian dikembangkan oleh kalimat-kalimat lain yang disebut sebagai kalimat pendukung atau penjelas. Agar antar kalimat dalam paragraf ini dapat saling berkaitan dan dapat dipahami, penulis menggunakan konjungsi atau kata penghubung.

Cara menarik kesimpulan yang baik dan benar dari bacaan dapat dilakukan dengan memahami antar paragrafnya. Agar mendapatkan kesimpulan dari paragraf, kamu dapat membaca teks hingga selesai dan menemukan dimana letak kalimat utama per paragrafnya. Dari kalimat utama tersebut, kamu dapat menemukan inti dari informasi atau pesan apa yang disampaikan oleh penulis. Di sini, kamu dapat mengambil kesimpulan atas apa isi dari paragraf tersebut.

Penggunaan cara menarik kesimpulan yang dilakukan per paragraf dapat membuat kamu menjadi lebih memahami isi dari bacaan. Kesimpulan dari tiap paragraf yang sudah ditemukan dapat kamu susun menjadi satu paragraf baru di akhir yang berisi kesimpulan dari keseluruhan bacaan.

2. Cara Menarik Kesimpulan Debat

pexels.com

Penarikan kesimpulan tidak hanya digunakan pada hal yang bersifat visual saja seperti bahan bacaan, tetapi juga untuk hal yang bersifat verbal seperti saat menjalankan debat. Kesimpulan saat debat biasanya menjadi bagian akhir yang dilakukan oleh setiap tim debat untuk menyampaikan penegasan dan hasil akhir dari argumen yang sudah mereka sampaikan. Kesimpulan ini didapatkan dari argumen yang telah disampaikan oleh tiap anggota sebelumnya.

Terdapat tiga cara menarik kesimpulan ketika debat, diantaranya yaitu dengan generalisasi, analogi, dan sebab-akibat. Pertama, yaitu generalisasi atas berbagai pernyataan yang telah disampaikan dan memiliki sifat khusus, kemudian ditarik untuk dijadikan satu pernyataan yang sifatnya umum.

Cara kedua yaitu dengan menggunakan analogi. Cara satu ini menggunakan perbandingan antara dua hal yang berbeda namun masih memiliki kesamaan, baik itu dari sisi fungsi maupun ciri khas. Keduanya ini nantinya dibandingkan dengan mengambil kesamaan yang mereka miliki. Kesamaan ini yang digunakan sebagai bahan untuk pengambilan kesimpulan.

Cara menarik kesimpulan saat debat yang ketiga yaitu dengan cara mencari sebab-akibat. Gagasan utama dapat digunakan baik untuk sebab maupun akibat, begitupun dengan kalimat penjelas. Biasanya kalimat penjelas akan disebutkan terlebih dahulu saat debat dan dijadikan sebagai sebab, kemudian baru menarik kesimpulan dengan menggunakan kalimat utama sebagai akibatnya. Dalam debat, melihat argumen seperti apa yang disebutkan, baru kamu dapat mengambil kesimpulan dari argumen tersebut.

3. Menarik Kesimpulan Logika Matematika

pexels.com

Kamu dapat coba menggunakan cara menarik kesimpulan dengan logika matematika yang dapat membuat kamu menarik kesimpulan dengan lebih tepat.

Modus Ponens

Dalam modus ponens, penarikan kesimpulan menggunakan pernyataan majemuk yang termasuk pada implikasi dan pernyataan tunggal. Rumus dari modus ponens ini yaitu jika p → q dan p, maka dapat ditarik untuk kesimpulan q.

Misalnya diketahui ada dua premis yaitu “Jika Ibu membeli ikan maka adik akan tersenyum” dan “Ibu membeli ikan”. Dari pernyataan tersebut, terdapat premis pertama yang terdiri dari dua proposisi tunggal, yaitu p = “Ibu membeli ikan” dan 1 = “Adik akan tersenyum”. Sementara, premis kedua yaitu proposisi tunggal dengan, “Ibu membeli ikan”. Maka, dari modus ponens ini dapat ditarik kesimpulan yaitu “Adik akan tersenyum” (q).

Modus Tollens

Dalam cara menarik kesimpulan menggunakan modus tollens, kesimpulan ditarik dari pernyataan bahwa jika pernyataan benar, maka kontra positif yang ada juga menjadi benar. Rumus dari modus tollens yaitu jika p → q dan ~q, maka kesimpulan dapat ditarik yaitu ~p.

Contoh yaitu diketahui terdapat dua premis, “Jika Ibu membeli ikan maka adik akan tersenyum” dan “Adik tidak akan tersenyum”. Dapat diketahui pada premis pertama ada dua proposisi yang tunggal yaitu p = “Ibu membeli ikan” dan q = “Adik akan tersenyum”. Sementara pada premis kedua terdapat proposisi tunggal yang benar, yaitu “Adik tidak akan tersenyum”. Maka, jika menggunakan modus tollens dapat ditarik kesimpulan yaitu “Ibu tidak membeli ikan”.

Silogisme

Metode logika matematika satu ini menarik kesimpulan dari dua pernyataan yang ada. Rumus dari silogisme yaitu jika p → q dan q → r, maka kesimpulan yang dapat ditarik yaitu p → r.

Contoh yaitu terdapat dua premis, yaitu “Jika Ibu membeli ikan maka adik akan senang” dan “Jika adik akan senang maka kakak akan membuatkan kolam”. Dapat dilihat bahwa premis yang pertama terdiri dari dua proposisi tunggal yaitu p = “Ibu membeli ikan” dan q = “Adik akan tersenyum”. Sementara itu, premis yang kedua juga memiliki dua proposisi tunggal “Adik akan senang” dan “Kakak akan membuatkan kolam”. Maka, dapat ditarik kesimpulan dengan menggunakan silogisme yaitu “Jika Ibu membeli ikan maka kakak akan membuatkan kolam”.

4. Cara Menarik Kesimpulan dengan Menyampaikan Gagasan Utama

pixabay.com

Kamu dapat menggunakan penyampaian gagasan utama sebagai cara menarik kesimpulan. Untuk menggunakan gagasan utama ini, terdapat dua macam simpulan yang dapat digunakan, diantaranya yaitu secara deduktif dan induktif.

Jika kamu ingin menarik kesimpulan dengan menyampaikan gagasan utama secara deduktif, berarti kamu menyatakan gagasan utama di awal kemudian diikuti dengan kalimat penjelasnya di belakang. Kamu juga dapat menyusun kesimpulan ini dengan menggunakan pernyataan yang sifatnya umum lalu ke khusus. Sementara penyampaian secara induktif, kamu menyampaikan pernyataan yang sifatnya khusus terlebih dahulu, kemudian diakhiri dengan yang umum. Jika menggunakan induktif, kamu dapat menyampaikan gagasan utama pada akhir paragraf.

Kesimpulan memiliki peranan yang penting dalam sebuah tulisan sehingga kamu perlu menentukan cara menarik kesimpulan mana yang paling cocok untuk digunakan. Beberapa cara di atas dapat kamu gunakan sebagai referensi untuk membantu membuat kesimpulan. Kali ini, apakah kamu dapat menarik kesimpulan dari tulisan di atas? Jika kamu melakukannya, tulis di kolom komentar bawah ya!

Klik dan dapatkan info kost di dekat mu:

Kost Jogja Harga Murah

Kost Jakarta Harga Murah

Kost Bandung Harga Murah

Kost Denpasar Bali Harga Murah

Kost Surabaya Harga Murah

Kost Semarang Harga Murah

Kost Malang Harga Murah

Kost Solo Harga Murah

Kost Bekasi Harga Murah

Kost Medan Harga Murah

Ketika menghadapi suatu misteri atau masalah, ada dua metode penalaran yang sangat umum digunakan: deduktif dan induktif. Kira-kira, apa ya perbedaannya?

Coba lihat gambar di bawah ini. Apakah ada tokoh detektif yang elo kenali?

Kira-kira, apa sih hal pertama yang muncul di pikiran elo ketika melihat mereka? Kalo gue, langsung ingat betapa briliannya mereka ketika memecahkan misteri atau kasus yang begitu membingungkan.

Kok bisa ya mereka menemukan jawaban dari kasus-kasus yang mereka temui? Seruwet apapun, pasti ketemu aja penjelasannya.

Kalo diperhatikan, mereka selalu melakukan observasi terhadap tempat kejadian, mencari informasi lebih lanjut tentang latar belakang tokoh, dan menggunakan pengetahuan umum mereka. 

Nah, ketika mereka menganalisis dan kemudian menggunakan pikiran mereka untuk memproses kejadian dan kemungkinan yang ada, mereka sedang menggunakan penalaran.

Umumnya, penalaran dibagi menjadi dua, yakni penalaran deduktif dan induktif. 

 Loading ...

Kali ini, kita akan bahas dua metode penalaran tersebut. Penasaran gimana pembahasannya? Check it out!

Apa itu Penalaran?

Sebelum kita bahas lebih dalam soal penalaran deduktif dan induktif, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan penalaran?

Penalaran sendiri merupakan aktivitas kognitif untuk menilai atau menarik kesimpulan tertentu berdasarkan suatu informasi yang kita dapatkan, dengan menggunakan kaidah logika. 

Untuk elo yang mau tahu lebih banyak tentang logika, bisa cek nih video Zenius berikut: 

Nah, penalaran logis sendiri umumnya dibagi menjadi dua, yakni penalaran deduktif dan induktif

Dua-duanya merupakan cara berpikir logis atau bernalar dengan pendekatan yang berbeda. Yuk, kita cari tahu perbedaannya dengan membahas dua metode tersebut.

Apa itu Penalaran Deduktif?

Simpelnya, penalaran deduktif merupakan pengambilan kesimpulan secara logis berdasarkan premis-premis yang ada.

Premis di sini merupakan asumsi, pemikiran, dan landasan kesimpulan yang dianggap benar. Berikut ini contoh pengambilan kesimpulan dari premis-premis secara deduktif.

Menurut penalaran deduktif, jika premis-premis yang disediakan benar, maka kesimpulannya pasti benar atau valid.

Jadi, kalo ternyata kesimpulannya gak benar atau gak valid, berarti ada yang salah sama premis-premisnya.

Premis 1: Setiap hewan adalah makhluk hidup.

Premis 2: Anjing adalah hewan.

Maka, anjing adalah makhluk hidup.

Kalo dilihat lagi, sebenarnya ada pola dalam penalaran deduktif. Coba lihat dari contoh tadi di bawah ini.

Setiap hewan (A) adalah makhluk hidup (B).  → A=B

Setiap anjing (C) adalah hewan (A). → C=A

Maka, anjing adalah makhluk hidup. → Maka, C=B

Wah, menarik banget ya, Sobat Zenius. Elo ada contoh penalaran deduktif lain gak? Kalo ada, coba share  ya di kolom komentar.

Sejarah penalaran deduktif dapat dilacak hingga zaman dulu banget, ketika Aristoteles banyak berkarya. 

Filsuf Yunani ini tercatat banyak mendokumentasi penalaran deduktif di abad ke-4 sebelum masehi. 

Nah, Aristoteles dikenal sebagai Bapak Penalaran Deduktif (bahasa Inggris: Father of Deductive Reasoning), karena ia orang pertama yang mengembangkan sistem formal penalaran tersebut.

Ia mengamati bahwa sebenarnya validitas deduktif bisa dilihat dari struktur yang tadi kita sudah bahas. Berikut ini contoh paling klasik yang dibuat Aristoteles.

Premis 1: All men are mortal. (Semua manusia bisa mati)

Premis 2: Socrates is a man. (Socrates adalah manusia)

Therefore, Socrates is mortal. (Maka, Socrates bisa mati)

Sebagai catatan, mortal memiliki arti fana, gak abadi, dan bisa mati.

Oke, itulah pembahasan singkat tentang penalaran deduktif. Sekarang, kita lanjut ke penalaran induktif yuk. 

Apa itu Penalaran Induktif?

Ada satu kata yang lekat banget sama penalaran induktif: generalisasi.

Berbeda dengan penalaran deduktif, penalaran induktif mengambil kesimpulan dari premis-premis umum (pengamatan, data, fakta) lalu kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat spesifik (hipotesis). 

Contohnya, elo mengamati bahwa udara di Pantai Kuta panas, udara di Pantai Ancol panas, dan udara di Pantai Pasir Putih juga panas.

Maka, elo menyimpulkan bahwa udara di pantai itu panas. Sebenarnya, penalaran induktif memiliki beberapa bentuk seperti generalisasi, analogi, dan hubungan kausal.

Kalo Bapak Penalaran Deduktif itu Aristoteles, siapa ya Bapak Penalaran Induktif? Kenalin, ini Francis Bacon.

Francis Bacon merupakan filsuf asal Inggris yang juga dikenal sebagai Bapak Empirisme berkat karyanya dalam mengembangkan metode ilmiah.

Ia mengemukakan bahwa dengan melakukan penalaran induktif dan mengobservasi alam dengan hati-hati, kita bisa memahami berbagai kemungkinan pengetahuan ilmiah.

Menurutnya, kita bisa menguji dan memperkuat hipotesis dengan melakukan observasi, pengukuran, dan eksperimen.

Itulah pembahasan singkat mengenai penalaran induktif. Apakah elo ada pertanyaan? Kalo ada, boleh banget ya elo tulis di kolom komentar.

Perbedaan Penalaran Deduktif dan Induktif

Sobat Zenius, dengan pembahasan di atas, apakah elo sekarang sudah bisa menarik kesimpulan apa perbedaan penalaran deduktif dan induktif?

Secara singkat, bisa dibilang kalo deduktif itu berangkat dari premis umum ke kesimpulan yang spesifik, sedangkan induktif mulai dari premis spesifik ke kesimpulan umum (generalisasi).

Selain itu, kesimpulan dari deduktif haruslah valid atau benar. Sedangkan, kesimpulan dari induktif memiliki kemungkinan benar karena sains bisa berubah dan terus berkembang.

Kebetulan banget nih, ada video menarik yang membahas soal perbedaan dua metode penalaran tersebut.

Langsung aja ya klik di sini. Eh, tapi pastikan elo login melalui akun Zenius dan refresh halaman elo supaya bisa akses videonya ya.

Penutup

Bagaimana Sobat Zenius, apakah elo ada pertanyaan seputar topik kita kali ini? Atau mungkin elo punya ide untuk artikel selanjutnya? 

Oh iya, gue juga mau ingetin kalau elo pingin belajar lebih efisien dan tetep asik, berlangganan paket belajar Zenius bisa jadi salah satu solusinya! Klik aja gambar di bawah ini untuk info lengkapnya!

Kalo elo punya pertanyaan maupun pernyataan, jangan ragu buat komen di kolom komentar, oke? Sampai sini dulu artikel kali ini dan sampai jumpa di artikel selanjutnya, ciao!

Referensi

//www.livescience.com/21569-deduction-vs-induction.html

//thedailycoach.substack.com/p/the-power-of-inductive-reasoning

//www.dictionary.com/e/inductive-vs-deductive/

//lib-dbserver.princeton.edu/visual_materials/maps/websites/thematic-maps/bacon/bacon.html

//whatis.techtarget.com/definition/deductive-reasoning

//medium.com/@daniellekkincaid/the-sherlock-holmes-conundrum-or-the-difference-between-deductive-and-inductive-reasoning-ec1eb2686112

//iep.utm.edu/aristotl/

//examples.yourdictionary.com/examples-of-inductive-reasoning.html

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA