Bersegera pergi ke masjid untuk melaksanakan salat jum at adalah ciri orang yang

Jakarta -

Sholat Jumat adalah sholat yang dilakukan setiap hari Jumat oleh muslim pria yang sudah akhil baligh. Perbedaannya dengan sholat fardhu lainnya adalah ada syarat wajib sholat Jumat yang harus diperhatikan.

Sholat Jumat asal mulanya dari hari Jumat yaitu hari berkumpulnya orang-orang. Hari Jumat adalah hari di mana nabi Adam a.s. diciptakan dan juga Jumat merupakan hari bertemunya Adam dan Hawa di bumi.

Sholat Jumat memiliki hukum fardhu-ain atau wajib dan juga bukan pengganti sholat Dzuhur. Sholat Jumat juga merupakan sebaik-baiknya waktu sholat dan Jumat merupakan hari yang paling baik diantara hari lainnya bahkan hari yang cerah sekalipun.

Sama halnya seperti sholat lima waktu, sholat Jumat memiliki rukun, syarat, dan adab. Namun perbedaannya terletak pada syarat-syarat wajib sholat Jumat. Hal yang perlu diketahui adalah bahwasannya sholat Jumat tidak diwajibkan kepada seluruh orang.

Berikut 5 syarat wajib sholat Jumat dikutip dari Kitab Fiqhul Islam wa Adillathuhu karya Syekh Wahbah Az Zuhaili juz 2.

1. Islam, baligh, dan berakal

Syarat wajib sholat Jumat yang pertama adalah beragama islam, sudah baligh, dan berakal sehat. Selain ketiga syarat tersebut, menurut madzhab Maliki ada tujuh tambahan lagi yaitu tidak sedang haidh atau nifas, sudah masuk waktu sholat, tidak sedang tertidur, tidak lupa, tidak membenci sholat Jumat, adanya aliran air untuk yang tinggal di dataran tinggi, dan dapat dilakukan sesuai kemampuannya.

2. Laki-laki

Syarat wajib sholat Jumat selanjutnya adalah laki-laki. Sholat Jumat tidak diwajibkan bagi perempuan. Tetapi jika perempuan ingin melaksanakan sholat Jumat diperbolehkan dengan beberapa syarat tertentu.

3. Merdeka


Maksudnya merdeka adalah mereka yang bukan seorang budak atau hamba sahaya. Hal ini tertulis dalam riwayat hadist nabi yang berbunyi "Jumat adalah kewajiban bagi setiap Muslim secara jamaah kecuali empat orang. Hamba sahaya yang dimiliki, perempuan, anak kecil dan orang sakit". (HR. Abu Daud).

4. Tinggal di Tempat Dilaksanakannya Sholat Jumat

Sholat Jumat tidak diwajibkan bagi seorang musafir kecuali musafir tersebut berniat menetap selama kurang lebih 4 hari. Sholat Jumat diwajibkan bagi seseorang yang menetap di suatu kota maupun daerah yang luas. Sholat Jumat diwajibkan bagi mereka yang bermukim di sebuah daerah.

5. Tidak Mendapatkan Halangan

Syarat wajib sholat Jumat yang kelima adalah tidak mendapatkan halangan yang berarti mereka yang sehat, merasa aman, merdeka, dapat berjalan, tidak ada hal yang menahannya, tidak hujan lebat, berlumpur, maupun bersalju, dan lain sebagainya.

(erd/erd)

Page 2

Jakarta -

Sholat Jumat adalah sholat yang dilakukan setiap hari Jumat oleh muslim pria yang sudah akhil baligh. Perbedaannya dengan sholat fardhu lainnya adalah ada syarat wajib sholat Jumat yang harus diperhatikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sholat Jumat asal mulanya dari hari Jumat yaitu hari berkumpulnya orang-orang. Hari Jumat adalah hari di mana nabi Adam a.s. diciptakan dan juga Jumat merupakan hari bertemunya Adam dan Hawa di bumi.

Sholat Jumat memiliki hukum fardhu-ain atau wajib dan juga bukan pengganti sholat Dzuhur. Sholat Jumat juga merupakan sebaik-baiknya waktu sholat dan Jumat merupakan hari yang paling baik diantara hari lainnya bahkan hari yang cerah sekalipun.

Sama halnya seperti sholat lima waktu, sholat Jumat memiliki rukun, syarat, dan adab. Namun perbedaannya terletak pada syarat-syarat wajib sholat Jumat. Hal yang perlu diketahui adalah bahwasannya sholat Jumat tidak diwajibkan kepada seluruh orang.

Berikut 5 syarat wajib sholat Jumat dikutip dari Kitab Fiqhul Islam wa Adillathuhu karya Syekh Wahbah Az Zuhaili juz 2.

1. Islam, baligh, dan berakal

Syarat wajib sholat Jumat yang pertama adalah beragama islam, sudah baligh, dan berakal sehat. Selain ketiga syarat tersebut, menurut madzhab Maliki ada tujuh tambahan lagi yaitu tidak sedang haidh atau nifas, sudah masuk waktu sholat, tidak sedang tertidur, tidak lupa, tidak membenci sholat Jumat, adanya aliran air untuk yang tinggal di dataran tinggi, dan dapat dilakukan sesuai kemampuannya.

2. Laki-laki

Syarat wajib sholat Jumat selanjutnya adalah laki-laki. Sholat Jumat tidak diwajibkan bagi perempuan. Tetapi jika perempuan ingin melaksanakan sholat Jumat diperbolehkan dengan beberapa syarat tertentu.

3. Merdeka


Maksudnya merdeka adalah mereka yang bukan seorang budak atau hamba sahaya. Hal ini tertulis dalam riwayat hadist nabi yang berbunyi "Jumat adalah kewajiban bagi setiap Muslim secara jamaah kecuali empat orang. Hamba sahaya yang dimiliki, perempuan, anak kecil dan orang sakit". (HR. Abu Daud).

4. Tinggal di Tempat Dilaksanakannya Sholat Jumat

Sholat Jumat tidak diwajibkan bagi seorang musafir kecuali musafir tersebut berniat menetap selama kurang lebih 4 hari. Sholat Jumat diwajibkan bagi seseorang yang menetap di suatu kota maupun daerah yang luas. Sholat Jumat diwajibkan bagi mereka yang bermukim di sebuah daerah.

5. Tidak Mendapatkan Halangan

Syarat wajib sholat Jumat yang kelima adalah tidak mendapatkan halangan yang berarti mereka yang sehat, merasa aman, merdeka, dapat berjalan, tidak ada hal yang menahannya, tidak hujan lebat, berlumpur, maupun bersalju, dan lain sebagainya.

(erd/erd)

Sebagian orang cenderung abai bergegas menuju sholat Jumat

Selasa , 09 Mar 2021, 13:46 WIB

Republika/Prayogi

Sebagian orang cenderung abai bergegas menuju sholat Jumat. Ilustrasi sholat Jumat

Rep: Rossi Handayani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seorang Muslim hendaknya segera bergegas pergi ketika akan melaksanakan sholat Jumat. 

Baca Juga

Jangan menunda-nunda untuk berangkat ke masjid, karena ada keistimewaan bagi siapa pun yang berangkat lebih awal.

Dikutip dari laman Islamweb pada Selasa (9/3), Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad ﷺ bersabda: 

ﻣﻦ اﻏﺘﺴﻞ ﻳﻮﻡ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻏﺴﻞ اﻟﺠﻨﺎﺑﺔ ﺛﻢ ﺭاﺡ ﻓﻲ اﻟﺴﺎﻋﺔ اﻷﻭﻟﻰ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﻗﺮﺏ ﺑﺪﻧﺔ ﻭﻣﻦ ﺭاﺡ ﻓﻲ اﻟﺴﺎﻋﺔ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﻗﺮﺏ ﺑﻘﺮﺓ ﻭﻣﻦ ﺭاﺡ ﻓﻲ اﻟﺴﺎﻋﺔ اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﻗﺮﺏ ﻛﺒﺸﺎ ﺃﻗﺮﻥ ﻭﻣﻦ ﺭاﺡ ﻓﻲ اﻟﺴﺎﻋﺔ اﻟﺮاﺑﻌﺔ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﻗﺮﺏ ﺩﺟﺎﺟﺔ ﻭﻣﻦ ﺭاﺡ ﻓﻲ اﻟﺴﺎﻋﺔ اﻟﺨﺎﻣﺴﺔ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﻗﺮﺏ ﺑﻴﻀﺔ ﻓﺈﺫا ﺧﺮﺝ اﻹﻣﺎﻡ ﺣﻀﺮﺕ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻳﺴﺘﻤﻌﻮﻥ اﻟﺬﻛﺮ

"Barangsiapa mandi di hari Jumat seperti mandi junub (keramas) kemudian berangkat di gelombang pertama maka seperti sedekah unta. Barangsiapa berangkat gelombang kedua maka seperti sedekah sapi. Barangsiapa berangkat di gelombang ketiga maka seperti sedekah kambing. Barangsiapa berangkat di jam keempat maka seperti sedekah ayam. Barangsiapa berangkat di jam kelima maka seperti sedekah telor. Jika imam sudah keluar maka malaikat hadir untuk mendengarkan dzikir." (Muttafaq Alaih).  

Masih dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda dalam sabdanya sebagai berikut ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ الْمَلاَئِكَةُ يَكْتُبُونَ الأَوَّلَ فَالأَوَّلَ فَإِذَا جَلَسَ الإِمَامُ طَوَوُا الصُّحُفَ وَجَاؤُوا يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ.

"Jika tiba hari Jumat, para malaikat berada di setiap pintu masjid untuk mencatat siapa yang datang pertama. Jika Imam sudah duduk (di mimbarnya) para malaikat itu menutup catatannya dan masuk ke masjid untuk mendengarkan khutbah." (HR. Bukhari).

Sebagian besar kaum Muslim akan kesulitan untuk bersedekah setiap pekan dengan memberikan unta, sapi atau kambing. 

Namun dengan sholat Jumat datang lebih awal, Allah SWT memudahkan semua itu. Allah SWT memberikan pahala yang setara dengan memberikan sedekah unta jika sholat Jumat lebih awal.

Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu-waktu berangkat sholat Jumat yang disebutkan dalam hadits. Namun itu akan tercapai insya Allah jika seorang muslim pergi satu jam atau kurang sebelum sholat, dan yang terpenting jangan ditunda sampai imam naik ke mimbar. 

Sumber: islamweb

Khutbah Pertama:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ

أَمَّا بَعْدُ

أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى

Kaum muslimin rahimakumullah,

Hari ini, kita saksikan di masyarakat kita, banyak orang di hari Jumat datang ke masjid sesaat sebelum shalat Jumat ditunaikan. Yakni ketika khotib akan turun dari mimbar menyelesaikah khotbahnya. Kaum muslimin malas untuk mendengarkan nasihat dari khotib. Mereka lebih memilih hanya menunaikan shalatnya saja. Yang lebih memprihatinkan, keadaan demikian terjadi di semual lini usia; tua maupun muda. Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٩﴾ فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿١٠﴾ وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا ۚ قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ ۚ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Al-Jumu’ah: 9-11).

Ibadallah,

Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya kaum mukminin untuk menghadiri shalat Jumat, dan bersegera mendatanginya ketika panggilan adzan dikumandangkan. Yang dimaksud dengan {فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ = Bersegeralah kamu kepada mengingat Allah, shalat Jumat } adalah memperhatikannya dengan baik dan tidak sibuk sendiri diri dengan yang lain sehingga melalaikannya, bukan maksudnya berjalan cepat (berlari) untuk mendatanginya karena hal itu dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat seseorang mendatangi shalat. Adab mendatangi shalat adalah dengan tenang, tanpa tergesa-gesa. Inilah maksud bersegera untuk mendatangi shalat Jumat di sini.

Adapun makna firman-Nya: { وَذَرُوا الْبَيْعَ = dan tinggalkanlah jual beli }, pengertiannya dalah tinggalkanlah jual-beli (terlebih dahulu) pada saat kalian diperintahkan untuk mendatangi shalat Jumat. Apabila Allah memerintahkan agar perniagaan ditinggalkan padahal merupakan aktifitas yang disukai dan dikejar oleh manusia, maka tuntutan meninggalkan kesibukan lainnya lebih besar lagi.

Firman-Nya: { ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ = Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui} hakikat perkara-perkara (yang diperintahkan Allah ‘Azza wa Jalla) dan dampak positifnya. Kebaikan-kebaikan itu berupa mengikuti perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, konsentrasi dengan kewajiban shalat Jumat yang merupakan salah satu kewajiban yang penting, memperoleh kebaikan dan pahala dari shalat itu, balasan-balasan baik berupa kebaikan dan pahala yang ditetapkan oleh syariat atas tindakan bersegera mendatangi shalat Jumat dan persiapan-persiapan yang dilakukan untuk itu. Selain itu, kebaikan dicapai karena dengan shalat Jumat tersebut, orang akan meraih keutamaan-keutamaan dan jauh dari hal-hal yang rendah. Sebab di antara perbuatan rendahan, antusias seseorang untuk mengejar yang bersifat rendah (duniawi) dengan mengorbankankan kebaikan yang hakiki (ukhrawi).

Termasuk bentuk kebaikan yang jelas, orang yang mendahulukan perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan mengutamakan perbuataan taat kepada-Nya di atas keinginan nafsunya. Ini jelas merupakan bukti keimanannya dan petunjuk inabahnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah ‘Azza wa Jalla, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla akan mengganti yang lebih baik dari itu bagi dirinya. Dan barangsiapa lebih mengutamakan memperturutkan hawa nafsunya di atas ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, sungguh ia telah mengalami kerugian dalam agamanya yang akan diikuti oleh kerugian duniawi.

Ibadallah,

Perintah meninggalkan jual-beli ini hanya berlangsung sementara sampai shalat Jumat selesai {فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ = Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi } untuk mencari penghasilan-penghasilan dengan cara yang diperbolehkahn. {وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ = Dan carilah karunia Allah}: Maksudnya, seharusnya seorang Mukmin yang mendapatkan taufik, saat ia sibuk mencari penghidupan, hendaknya ia berniat agar hasilnya dapat membantu dirinya menjalankan kewajiban ibadah, dengan selalu mengharap pertolongan dari Allah ‘Azza wa Jalla dalam proses tersebut, mencari karunia dari-Nya, selalu menempatkan sikap raja` (harap) dan antusias besar terhadap karunia-Nya di depan matanya. Sebab bergantung kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan ‘haus’ terhadap keutamaan dari-Nya termasuk bukti keimanan dan termasuk ibadah juga.

Lantaran aktifitas perdagangan sering kali melalaikan orang dari dzikrullah, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk banyak-banyak mengingat-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: {وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ = Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung } : Yaitu saat kalian berdiri, duduk, dan dalam semua aktifitasmu serta seluruh kondisi yang meliputimu. Karena sesungguhnya dzikrullah merupakan jalan menuju kesuksesan, yaitu teraihnya apa yang yang diidamkan (Jannah) dan selamat dari yang ditakuti (neraka).

Dalam konteks ini, menjalin muamalah (jual-beli) dengan cara-cara yang baik dan bersikap luhur dengan sesama termasuk dzikrullah,. Setiap hal yang mendekatkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla termasuk dzikrullah. Dan setiap perkara dimana seorang hamba mengharapkan pahala kepada Allah ‘Azza wa Jalla termasuk dzikrullah,pula. Apabila seseorang tulus dalam muamalahnya yang baik, tidak menipu, sesungguhnya ia telah mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla, sebab Allah ‘Azza wa Jalla menyukai sikap ini, dan lantaran sikap ini menghindarkan seseorang dari perbuatan yang merugikan orang lain. Setiap kali memudahkan urusan orang dalam jual-beli dengannya, atau memudahkan pembayaran barang dagangan maupun pelunasan utang dan lainnya, itu termasuk perbuatan baik dan utama, dan termasuk dzikrullah.

Adapun firmanNya: {وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah)”}: Maksudnya, mereka meninggalkan engkau sendirian di masjid untuk mengejar perniagaan dan hal-hal yang melalaikan, mereka meninggalkan kebaikan yang sedang berlangsung. Sampai-sampai mereka meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam khutbah sendirian. Sikap itu mereka lakukan karena kebutuhan mereka yang mendesak terhadap kafilah dagang yang baru tiba di Madinah dan lantaran mereka belum tahu keburukan dan tercelanya tindakan tersebut.

Ibadallah,

Terkumpulnya dua perkara inilah yang membuat mereka bersikap demikian. Meskipun demikian, mereka tetap orang yang paling cinta kepada kebaikan dan paling semangat untuk mengambil petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling besar penghormatan dan pengagungannya kepada beliau. Kondisi seharian mereka menjadi bukti tetsebut. Akan tetapi, seperti ungkapan pepatah, ‘setiap kuda pernah tergelincir jatuh’. Kemudian apabila seorang hamba pernah terpeleset dengan berbuat kekeliruan, kemudian ia telah bertaubat, kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan Allah mengampuni keteledoran itu dan menggantinya dengan kebaikan, maka ia tidak boleh dicela kembali.

Maka katakanlah kepada orang yang lebih suka permainan dan perniagaan, “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan” . Bersabar dalam ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan menghilangkan rezeki, karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla sebaik-baik pemberi rezeki. Barang siapa bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla , niscaya Allah ‘Azza wa Jalla memberinya rezeki dari tempat yang tidak ia sangka-sangka. Dan siapa saja lebih mengutamakan aktifitas perdagangannya dibandingkan melaksanakan ibadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla , niscaya Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan memberkahi usaha tersebut. Itu menjadi bukti kekosongan hatinya dari usaha mencari karunia dari Allah ‘Azza wa Jalla dan terputusnya hubungan hatinya dari Allah ‘Azza wa Jalla , dan hanya mengandalkan usaha pribadi semata. Ini merupakan perbuatan yang benar-benar buruk, hanya akan mendatangkan kerugian.

نَسْأَلُهُ جَلَّ فِيْ عُلَاهُ أَنْ يُوَفِّقَنَا أَجْمَعِيْنَ وَأَنْ يُصْلِحَ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ وَأَنْ لَا يَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، نَسْأَلُهُ جَلَّ وَعَلَا بِمَنِّهِ وَكَرَمِهِ وَجُوْدِهِ وَجَمِيْعِ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا مَنًّا مِنْهُ وَتَكَرَّمًا بِأَنْ يِجْعَلَنَا مِنْ هَؤُلَاءِ عِبَادِ الرَّحْمَنِ؛ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيْعُ الدُّعَاءِ وَهُوَ أَهْلُ الرَّجَاءِ وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الوَكِيْلِ .

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ،

أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ فِي السِّرِّ وَالعَلَانِيَةِ وَالغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ.

Ibadallah,

Dari ayat ini dapat kita petik beberapa pelajaran, di antaranya:

Pertama: Bahwa shalat Jumat hukumnya wajib bagi kaum lelaki dari kalangan Mukminin. Mereka dituntut untuk bersegera mendatanginya dan memperhatikannnya dengan baik. Dan kebaikan-kebaikan yang ada dalam shalat Jumat tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan duniawi apapun.

Kedua: Disyariatkannya dua khutbah dalam shalat Jumat, dan khatib berdiri saat khutbah. Karena firman Allah : {فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ = Bersegeralah kamu kepada mengingat Allah } mencakup bersegera mendangi shalat Jumat dan menyimak khutbah juga. Sebab Allah ‘Azza wa Jalla mencela orang-orang yang beranjak pergi dari menyimak khutbah.

Ketiga: Disyariatkannya adzan Jumat

Keempat: Larangan berjual-beli setelah adzan Jumat dikumandangkan.

Kelima: Penetapan kaedah hukum wasilah (sarana, sesuatu) sesuai dengan tujuannya. Jual-beli pada dasarnya mubah, akan tetapi karena menyeret kepada perbuatan meninggalkan kewajiban maka Allah ‘Azza wa Jalla melarangnya pada saat itu.

Keenam: Dilarangnya berbicara saat khatib berkhutbah. Apabila sibuk dengan jual-beli dan aktifitas serupa lainnya saja dilarang padahal tempatnya lebih jauh dari masjid, maka orang yang berada di masjid tidak boleh sibuk dengan selain menyimak khutbah.

Ketujuh: Orang yang sedang dalam ibadahnya kemudian ia melihat sesuatu kenikmatan duniawi atau hal lain yang disukai jiwanya, namun akan melalaikan dirinya dari kebaikan ibadah tersebut, hendaknya ia mengingatkan jiwanya dengan apa yang ada di sisi Allah ‘Azza wa Jalla .

Mudah-mudahan Allah memberi taufik kepada kita untuk segera menjaga shalat Jumat kita. Menjaganya dengan cara bersegera mendatanginya, menjaga adab-adabnya, dan hal-hal lainnya.

وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ:  إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)).

للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.

وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةِ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وُلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ ، سِرَّهُ وَعَلَنَهُ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ .

(Diadaptasi dari tulisan Ustadz Abu Minhal di majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XVI/1433H/2012M).

www.KhotbahJumat.com

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA