Berapa lama efek obat dalam tubuh

UNS — Saat puasa seperti ini, kesehatan dan kondisi tubuh harus ekstra diperhatikan. Jika sedikit saja merasakan gejala flu atau penyakit lain di tubuh, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Hal ini supaya Anda lebih khidmat dan khusyuk menjalankan puasa.

Saat periksa ke dokter, pasien biasanya akan diberi atau diminta menebus obat. Setiap obat yang diresepkan biasanya sudah disertai dengan dosis tertentu misalkan obat A diminum 3 kali sehari, setiap minum dosisnya 1 tablet. Ada juga obat B yang hanya diresepkan diminum 2 kali sehari. Perbedaan dosis itu harus benar-benar diperhatikan.

Kepala Program Studi (Kaprodi) S1 Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS, Dr. rer. nat Saptono Hadi, S.Si., M.Si., Apt., menegaskan bahwa konsumen harus benar-benar mengetahui dosis obat dan meminumnya secara tepat.

“Cara menggunakan obat yang baik itu salah satunya tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara penggunaan. Kalau tepat waktu yang baik itu memang sesuai jam yaitu kalau 3 kali sehari ya 24 jam dibagi 3 yaitu 8 jam per minum,” jelas Dr. Saptono kepada tim uns.ac.id.

Pembagian jam tersebut maksudnya konsumen harus melihat berapa kali sehari dosis minum obatnya. Jika obatnya harus diminum dua kali sehari berarti misal minum pertama pukul 09.00, obat selanjutnya baru boleh diminum pada pukul 21.00.

Dengan penjelasan tersebut, kebiasaan yang ada di masyarakat perlu diperbaiki. Kebiasaan minum obat masyarakat Indonesia selama ini yaitu meminum obat berbarengan dengan jam makan. Jika obat diminum tiga kali sehari, masyarakat umumnya akan meminumnya saat sarapan, jam makan siang, dan jam makan malam. Padahal, jarak tiap jam makan tidak konsisten.

Kebiasaan tersebut perlu diperbaiki karena obat yang tidak tepat waktu diminum tidak akan maksimal memberikan khasiatnya.

“Efektivitas obat itu kan dari cara makannya. Kalau cara makannya nggak benar nanti obatnya nggak efektif. Secara teori, dosis yang ada dalam tubuh harus konstan misal 6 jam. Setelah 6 jam itu kadar dalam darah sudah turun, makanya harus minum obat lagi. Harus konstan gitu. Kalau jaraknya nggak sama itu kan naik turun jadinya,” tegas Dr. Saptono.

Secara lebih lanjut, Dr. Saptono juga menjelaskan mengenai cara minum obat. Pada kemasan obat yang diresepkan dokter, biasanya tertulis obat diminum sebelum atau sesudah makan. Hal itu harus juga dipatuhi, lo. Jika obat tertulis sebelum makan, kamu hendaknya meminum obat itu paling tidak 30 menit sebelum makan. Jika obat diresepkan untuk sesudah makan, bukan berarti sesudah makan langsung kamu minum obat. Kamu perlu menunggu sekitar 30-60 menit sesudah makan untuk minum obat. Hayo, jangan salah lagi dalam meminum obat, ya. Humas UNS

Reporter: Ida Fitriyah
Editor: Dwi Hastuti

Jargon iklan “jangan sedikit-sedikit minum obat” mungkin memang ada benarnya. Selain mengurangi gejala hingga menyembuhkan penyakit, ternyata ada hal yang harus diperhatikan ketika kita mengonsumsi obat, terutama dalam waktu panjang. Hal tersebut yaitu efek samping obat. 

Efek samping obat adalah reaksi tidak diinginkan yang terjadi ketika kita mengonsumsi suatu obat. Efek samping yang terjadi ini bisa menambah parah penyakit yang diderita pasien, bahkan hingga berujung kematian. Hal ini bisa terjadi karena tenaga kesehatan lalai dalam memeriksa kandungan obat yang dikonsumsi pasien atau tidak teliti memeriksa kondisi pasien. 

Interaksi obat juga bisa menjadi salah satu penyebab munculnya efek samping. Setiap obat akan memberikan reaksi yang berbeda pada setiap orang karena setiap orang memiliki kondisi yang berbeda pula. 

Jika efek samping yang muncul cukup serius, maka pasien perlu mendapatkan perhatian khusus dan harus berkonsultasi dengan dokter yang meresepkan. Apalagi jika efek yang muncul tersebut dirasa sudah sangat menganggu. Pergi ke dokter adalah keharusan.

Sebenarnya, tidak semua efek samping yang muncul akibat obat bisa berakibat buruk. Misalnya, efek mengantuk yang muncul ketika kita mengkonsumsi obat batuk, flu atau obat alergi sepeti CTM. Efek mengantuk yang muncul tersebut tidak perlu diatasi karena memang dibutuhkan oleh pasien untuk berisitirahat. 

Beberapa contoh efek samping dari obat yang sering muncul antara lain :

Sakit Kepala

Efek ini sering muncul akibat konsumsi obat jantung, terutama obat-obatan antiangina yang bekerja dengan melebarkan pembuluh darah. Bagi penderita sakit jantung, obat ini ampuh untuk mencegah serangan jantung. Namun, efek yang  muncul bisa menyebabkan sakit hebat di kepala. Bagaimanapun, ketika pilihannya adalah sakit kepala atau meninggal karena serangan jantung, orang tentu lebih memilih untuk menahan sakit kepala daripada kehilangan nyawa.

Nyeri Otot

Biasanya, efek ini muncul pada orang yang minum obat untuk menanggulangi masalah pada kolesterolnya. Sekitar 1 dari 20 orang yang rutin mengonsumsi obat kolesterol akan mengalami efek samping berupa nyeri otot ini. Hal tersebut bisa memengaruhi produktivitas saat bekerja dan mengurangi kualitas hidup. Jika sudah sangat mengganggu, konsultasikan segera dengan dokter yang meresepkan untuk mengurangi dosisnya atau menggantinya dengan obat lain dengan efek samping minimal.

Memburuknya Fungsi Hati

Pemakaian obat pereda nyeri dalam waktu lama dan dosis yang tidak sesuai bisa menyebabkan memburuknya fungsi hati. Hal ini karena obat tersebut dimetabolisme dalam hati. Contoh obat yang banyak dikonsumsi untuk pereda sakit ini yaitu paracetamol. Oleh karena itu, hati-hatilah dalam mengonsumsinya. Saat nyeri datang, jangan langsung diberi obat. Lakukan penanganan pertama, seperti mengompres hangat atau dingin,mengistirahatkan bagian tubuh yang sakit, menekan secara lembut, dan mengangkat daerah yang nyeri lebih tinggi daripada tubuh.

Mual

Mengonsumsi obat jenis antibiotik, seperti eritromisin, antireumatik dan fluorokuinolon, serta anti kanker bisa menimbulkan mual yang mengganggu pada pemakainya. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya adalah makan dulu sebelum minum obat. Dengan begitu, lambung tidak akan langsung menggerus obat yang masuk. Jika dirasa akan menganggu, makan obat antimual satu jam sebelum makan dapat membantu. 

Pemakaian obat memang harus dilakukan dengan bijaksana, tidak berlebihan dan juga tidak dalam jangka waktu yang panjang. Kini, banyak sekali beredar obat yang bebas dijual tanpa resep dokter. Sebagai pasien yang cerdas, sebaiknya kita menggunakannya sesuai dosis. Lebih baik lagi jika Anda pergi ke dokter untuk mendapatkan resep obat yang tepat. (AH)

Selamat siang JV,Alprazolam adalah salah satu obat golongan benzodiazepine yang seringkali digunakan sebagai obat penenang atau obat untuk mengatasi gangguan sulit tidur. Sering terjadi kesalahpahaman ketika seseorang sulit tidur maka yang diatasi bukan penyebabnya, melainkan hanya minum obat tidur saja, sehingga lambat laun akan terjadi ketergantungan obat. Karena yang diatasi bukanlah penyebabnya melainkan hanya menghilangkan gejalanya saja.Perlu Anda ketahui bahwa alprazolam bukan obat untuk gangguan lambung. Obat yang sering dipakai untuk mengatasi gangguan lambung adalah omeprazole. Kedua obat ini sama-sama memerlukan resep dokter karena sama-sama obat golongan keras.Jika yang Anda maksud berapa lama alprazolam akan bertahan di dalam tubuh, maka untuk golongan benzodiazepine maka mampu bertahan di dalam urin hingga waktu 21 hari. Namun perkiraan hari ini tergantung seberapa lama Anda sudah mengonsumsi alprazolam. Semakin lama atau semakin sering Anda mengonsumsi alprazolam maka akan semakin lama pula zat aktif tersebut hilang dari dalam urin.Sebaiknya lakukan program rehabilitasi ke psikiater untuk membantu pemulihan Anda. Atasi masalah yang selama ini mengganggu pikiran Anda. Jauhkan diri dari lingkungan yang tidak baik.Salam sehat,dr. Vina

KOMPAS.com - Obatan-obatan ilegal, termasuk narkotika, dapat dideteksi keberadaannya lewat organ Si Pemakai.  Zat-zat candu, meski Anda tidak sedang memakainya, tetap tinggal di dalam sistem tubuh kita dalam jangka waktu tertentu dan merusak banyak hal, baik fisik maupun mental.

Tak peduli apakah mereka tinggal selama satu atau dua jam, atau beberapa hari, Anda tetap akan merasakan efeknya. Ingin tahu berapa lama obat-obatan ilegal tinggal untuk merusak tubuh?


Mariyuana

Meski ganja adalah jenis candu yang paling kecil bahayanya di antara jenis candu lainnya namun tetap bekasnya akan bertahan cukup lama di dalam tubuh kita.

Mariyuana mengandung bahan aktif THC yang diolah di dalam liver menjadi THC-COOH dan akan tinggal di dalam tubuh dalam waktu yang sangat lama.

Berapa lama mariyuana tinggal, tergantung pada beberapa factor, seperti seberapa sering pemakaiannya. Rata-rata, mariyuana akan tinggal di:

Urin: 7-30 hariDarah: dua minggu

Rambut: Hingga 90 hari


Kokain

Kokain adalah jenis obat-obatan ilegal yang sangat kuat. Candu yang satu ini memunculkan perasaan senang dan energi yang berlebihan, kewaspadaan mental dan hipersensitivitas.

Penyalahgunaan kokain dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius seperti malnutrisi dan naiknya risiko Parkinson. Kokain tinggal di dalam sistem tubuh dalam waktu yang relatif singkat.

Urin: 3-4 hariDarah: 1-2 hari

Rambut: Hingga 90 hari


Heroin

Heroin adalah jenis obat-obatan opioid, menurut  National Survey on Drug Use and Health. Heroin sangat bersifat candu. Heroin tinggal di dalam tubuh dalam waktu relatif singkat.

Urin_ 3-4 hariDarah: 12 jam

Rambut: Hingga 90 hari.


LSD

LSD (D-lysergic acid diethylamide), adalah obat ilegal yang bersifat halusinogenik dan bisa memengaruhi persepsi sehat penggunanya.

Pengguna akan merasa rileks dan bersahabat ke semua orang saat menggunakan obat ini tapi saat mereka sakau, mereka akan berpotensi mengancam dan panik. LSD juga tidak lama bertahan di dalam tubuh.

Urin: 1-3 hariDarah: 2-3 jam

Rambut: Hingga 3 hari


MDMA (ECSTASY)

MDMA adalah obat psikoaktif sintetik ilegal yang membuat penggunanya merasa hangat secara emosional dan mengurangi kecemasan.

Biasanya, MDMA berbentuk tablet dan sangat popular di kalangan penggemar kehidupan malam. MDMA tinggal di dalam tubuh selama:

Urin: 3-4 hariDarah: 1-2 jam

Rambut: Hingga 90 hari.

Lama atau sebentar obat-obatan ini tinggal di dalam sistem tubuh kita, mereka tetap sangat berpotensi menyebabkan, tidak hanya kecanduan, tapi juga kerusakan fisik dan mental yang sulit diperbaiki.

Semakin lama Anda menggunakannya, semakin besar kerugian yang akan Anda dapatkan. Hindari penyalahgunaannya adalah satu-satunya cara untuk tetap menjaga tubuh dan mental Anda tetap sehat, bebas dari bahan-bahan candu yang berbahaya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.