Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Bakteri
Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Escherichia coli, salah satu bakteri berwujud batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) merupakan gugusan organisme yang tidak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan memiliki ukuran paling kecil (mikroskopik), serta memiliki peran akbar dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa gugusan bakteri dikenal sbg kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan gugusan yang lain bisa memberikan faedah dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang dijadikan dasar perbedaan selang sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.[5]

Bakteri bisa ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sbg kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri memiliki ukuran 0,5-5 μm, tetapi berada bakteri tertentu yang bisa berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk paling berlainan (peptidoglikan).[11] Beberapa macam bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]

Sejarah

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini paling sulit kepada dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah zaman ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, berbagai hal tentang bakteri telah sukses ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium diperkenalkan di kesudahan hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki faedah "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang diterapkan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang pakar matematika dan sejarahwan berwarga-negara Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang memuat hasil pengamatan yang diterapkan dengan memakai mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum bisa menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya tentang tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang dijadikan sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang paling sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia menciptakan mikroskop rancangannya sendiri dengan paling adun kepada mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri kepada pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kesudahan dipasarkan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera memperoleh banyak konfirmasi dari ilmuwan yang lain.[13] Sejak masa itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai berkembang.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berwarga-negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada gugusan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan gugusan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, ia juga menciptakan dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa cara kepada mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sbg penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Cara ini kesudahan digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang pakar fisika berwarga-negara Jerman, banyak menerapkan penelitian tentang penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada pertama kalinya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang sukses memperoleh isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Sesuai dua penelitian tentang penyakit ini, Robert Koch sukses menciptakan Postulat Koch, sebuah teori tentang mikroorganisme spesifik kepada penyakit yang spesfik.[13] Ia juga sukses menemukan cara kepada memperoleh isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan yang lain merupakan penggunaan media kultur padat kepada menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada pertama kalinya ia memakai potongan kentang dan kesudahan dikembangkan dengan memakai nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada akhir-akhirnya penggunaanya digantikan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga melakukan pekerjaan bersama Robert Koch.[13]

Struktur sel

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Struktur sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri yang penting merupakan dinding sel.[17] Bakteri bisa diklasifikasikan dalam dua gugusan akbar sesuai struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan memiliki struktur lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Cara yang digunakan kepada membedakan kedua macam gugusan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel yang lain seperti flagel dan fimbria yang digunakan kepada berkampanye, melekat dan konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali dijadikan faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies yang lain memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Beberapa bakteri dapat membentuk diri dijadikan endospora yang menciptakan mereka dapat bertahan hidup pada anggota yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang paling tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk kelompok bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Berbagai bentuk tubuh bakteri

Sesuai bentuknya, bakteri dibagi dijadikan tiga kelompok akbar, yaitu:

  • Kokus (Coccus) merupakan bakteri yang berwujud bulat seperti bola dan memiliki beberapa variasi sbg berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, bila kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, bila bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, bila bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, bila bergerombol
    • Streptococcus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) merupakan gugusan bakteri yang berwujud batang atau silinder, dan memiliki variasi sbg berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, bila bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) merupakan bakteri yang berwujud lengkung dan memiliki variasi sbg berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), bila lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, bila lengkung lebih dari setengah lingkaran
    • Spirochete, bila lengkung membentuk struktur yang fleksibel.[20]

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh kondisi anggota yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang bisa hidup mandiri bahkan masa terpisah dari koloninya.[20]

Peralatan gerak

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Gambar peralatan gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang berkampanye memakai flagel.[21] Bakteri yang tidak memiliki peralatan gerak pada umumnya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau anggota yang terkait tempat bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga bisa dijadikan kaki tangan penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri.[21] Sesuai tempat dan banyak flagel yang dimiliki, bakteri dibagi dijadikan lima kelompok, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tidak memiliki flagel.[22][21]
  • Monotrik, memiliki satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, memiliki sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, memiliki satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, memiliki flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang faedahnya melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat.[2] Habitatnya paling beragam; anggota yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan bisa ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Diperkirakan total banyak sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini merupakan 5x1030.[2] Bakteri bisa ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang banyak selnya 10 kali lipat lebih banyak dari banyak total sel tubuh manusia. [23] Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam macam bakteri yang dapat menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus akbar, diantaranya merupakan bakteri asam laktat dan gugusan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan merupakan Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula gugusan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena bisa menunjang kesehatan dan bahkan dapat mencegah terbentuknya kanker usus akbar.[26] Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga bisa ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat gugusan bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu gugusan bakteri yang dapat memakai senyawa karbon tunggal kepada menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini memakai senyawa dimetil sulfida yang mempunyai peran dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Beberapa gugusan mikroorganisme ini dapat hidup di anggota yang terkait yang tidak memungkinkan organisme lain kepada hidup.[32] Kondisi anggota yang terkait yang ekstrim ini menuntut beradanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Sbg contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu macam bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tidak hanya di anggota yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga bisa ditemukan pada anggota yang terkait dengan suhu yang paling dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga bisa hidup pada berbagai anggota yang terkait lain yang hampir tidak memungkinkan beradanya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. merupakan contoh dari bakteri yang bisa hidup pada kondisi garam (NaCl) yang paling tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula beberapa macam bakteri yang dapat hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH paling tinggi, dan rendah.[2]

Beberapa komunitas bakteri bisa bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 km. Sebuah tim peneliti memakai pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sbg laboratorium terbang sukses menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh anggota yang terkait terhadap bakteri

Kondisi anggota yang terkait yang mendukung bisa memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor anggota yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri merupakan suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat beberapa peralatan yang bisa digunakan kepada menerapkan pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu mempunyai peran penting dalam mengatur perlintasannya reaksi metabolisme untuk semua makhluk hidup.[2] Khususnya untuk bakteri, suhu anggota yang terkait yang berada lebih tinggi dari suhu yang bisa ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial yang lain sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu anggota yang terkaitnya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan bagian kehidupan sel akan terhenti.[2] Sesuai kisaran suhu aktivitas yang dipekerjakannya, bakteri dibagi dijadikan 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu selang 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu selang 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang bisa hidup di daerah suhu tinggi selang 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri membutuhkan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, persangkaan 85%.[2] Kelembaban relatif bisa dirumuskan sbg kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan aktivitas yang dipekerjakan metabolisme terhenti, misalnya pada bagian pembekuan dan pengeringan.[2] Sbg contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya masa RH anggota yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme yang lain bisa hidup dengan adun pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi bisa memiliki dampak fatal untuk pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma kepada mensterilkan suatu anggota yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme yang lain dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai berkembang sejak awal zaman ke-20.[41][5]. Cara ini telah diaplikasikan secara lapang kepada berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan kepada meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Beberapa contoh bakteri patogen yang dapat dihambat ataupun dibubarkan diantaranya Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu bisa menyebabkan penyimpangan dan bahkan bisa bersifat letal untuk makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Sbg contoh pada manusia, radiasi bisa menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat gugusan bakteri tertentu yang dapat bertahan dari paparan radiasi yang paling tinggi, bahkan ratusan kali lebih akbar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu gugusan Deinococcaceae. [43] Sbg perbandingan, manusia pada umumnya tidak bisa bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam gugusan ini bisa bertahan hingga 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi bisa menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri bisa mengalami kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan kepada bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melewati sistem adaptasi dan beradanya bagian perbaikan rantai DNA yang paling efisien.[45]

Peranan

Bidang anggota yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang akbar untuk anggota yang terkait.[5] Sbg contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain dijadikan CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit diantaranya Proteus dan Clostridium.[5] Tidak hanya mempunyai peran sbg pengurai senyawa organik, beberapa gugusan bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.[5]

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Gugusan bakteri yang lain mempunyai peran dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi merupakan gugusan bakteri yang dapat menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlanjut secara aerob di dalam tanah.[46] Gugusan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) dijadikan nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit dijadikan nitrat (NO3)).[46] Dalam bidang pertanian, nitrifikasi paling menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi bagian dinitrifikasi yang diterapkan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat dijadikan nitrogen lepas sama sekali (N2) yang lebih gampang diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang dapat menerapkan metabolisme ini merupakan Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tidak hanya bisa mempunyai peran penting untuk hidup berbagai organisme, tetapi juga bisa mempunyai peran dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi dijadikan senyawa NO dan kesudahan bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2).[2]

Di bidang pertanian dikenal beradanya suatu gugusan bakteri yang dapat bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup lepas sama sekali di tanah kepada membantu penyuburan tanah.[5] Gugusan bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen merupakan gugusan bakteri yang dapat mengikat nitrogen (terutaman N2) lepas sama sekali di udara dan mereduksinya dijadikan senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh pertolongan enzim nitrogenase.[48][49] Gugusan bakteri ini pada umumnya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong kepada membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar kepada mengikat nitrogen lepas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak bisa digunakan secara langsung oleh biasanya organisme.[49][2] Secara umum, gugusan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Bidang pangan

Terdapat beberapa gugusan bakteri yang dapat menerapkan bagian fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi macam makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga bisa meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen bisa tumbuh di dalam makanan.[50] Gugusan bakteri ini dapat memetabolisme berbagai komponen di dalam makanan dan kesudahan menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan sekarang senyawa tersebut digunakan sbg bahan dasar botox.[50] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:

Bidang kesehatan

Tidak hanya di bidang anggota yang terkait dan pangan, bakteri juga bisa memberikan faedah dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dibuat oleh mikroorganisme dan memiliki daya hambat terhadap aktivitas yang dipekerjakan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak macam bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, beberapa macam bakteri yang sering kali dijadikan kaki tangan penyebab penyakit merupakan Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga bisa menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Kepada infeksi pada tanaman yang umum dikenal merupakan Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Bagian degradasi jasad makhluk hidup diterapkan oleh banyak organisme, salah satunya merupakan bakteri. Beberapa macam bakteri, terutama bakteri heterotrof, dapat mendegradasi senyawa organik dan memakainya kepada menunjang pertumbuhannya.[58] Bagian dekomposisi ini dibantu oleh beberapa macam enzim kepada memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, kepada dipecah dijadikan senyawa yang lebih sederhana. Sbg contoh, enzim protease digunakan kepada memecah protein dijadikan senyawa lebih sederhana, seperti asam amino.[58] Bagian dekomposisi ini juga mempunyai peran dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia kepada masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Bagian ini dipercepat masa tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini merupakan hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah dijadikan asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH anggota yang terkait akan turun dijadikan 4-5.[59] Reaksi ini diterapkan oleh bakteri acetogen. Pada tahap kesudahan, semua senyawa tersebut diubah dijadikan gas metana oleh metanogen.[59]

Referensi

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Tautan luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 2

Bakteri
Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Escherichia coli, salah satu bakteri berwujud batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) merupakan gugusan organisme yang tidak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan mempunyai ukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran akbar dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa gugusan bakteri dikenal sbg kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan gugusan yang lain bisa memberikan faedah dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang dijadikan dasar perbedaan selang sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.[5]

Bakteri bisa ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sbg kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri mempunyai ukuran 0,5-5 μm, tetapi aci bakteri tertentu yang bisa berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berlainan (peptidoglikan).[11] Beberapa macam bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]

Sejarah

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah zaman ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, berbagai hal tentang bakteri telah sukses ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium diperkenalkan di kesudahan hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki faedah "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang diterapkan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang pakar matematika dan sejarahwan berwarga-negara Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang memuat hasil pengamatan yang diterapkan dengan memakai mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum bisa menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang dijadikan sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia menciptakan mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat adun untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kesudahan dipasarkan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera memperoleh banyak konfirmasi dari ilmuwan yang lain.[13] Sejak masa itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai berkembang.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berwarga-negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada gugusan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan gugusan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, ia juga menciptakan dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa cara untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sbg penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Cara ini kesudahan digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang pakar fisika berwarga-negara Jerman, banyak melakukan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awal mulanya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang sukses mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Sesuai dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch sukses menciptakan Postulat Koch, sebuah teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik.[13] Ia juga sukses menemukan cara untuk mendapatkan isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan yang lain merupakan penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awal mulanya ia memakai potongan kentang dan kesudahan dikembangkan dengan memakai nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada akhir-akhirnya penggunaanya digantikan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga melakukan pekerjaan bersama Robert Koch.[13]

Struktur sel

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Struktur sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri yang penting merupakan dinding sel.[17] Bakteri bisa diklasifikasikan dalam dua gugusan akbar sesuai struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Cara yang digunakan untuk membedakan kedua macam gugusan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel yang lain seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk berkampanye, melekat dan konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali dijadikan faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies yang lain memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Beberapa bakteri dapat membentuk diri dijadikan endospora yang menciptakan mereka dapat bertahan hidup pada anggota yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk kelompok bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Berbagai bentuk tubuh bakteri

Sesuai bentuknya, bakteri dibagi dijadikan tiga kelompok akbar, yaitu:

  • Kokus (Coccus) merupakan bakteri yang berwujud bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sbg berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, bila kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, bila bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, bila bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, bila bergerombol
    • Streptococcus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) merupakan gugusan bakteri yang berwujud batang atau silinder, dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, bila bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) merupakan bakteri yang berwujud lengkung dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), bila lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, bila lengkung lebih dari setengah lingkaran
    • Spirochete, bila lengkung membentuk struktur yang fleksibel.[20]

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh kondisi anggota yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang bisa hidup mandiri bahkan masa terpisah dari koloninya.[20]

Peralatan gerak

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Gambar peralatan gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang berkampanye memakai flagel.[21] Bakteri yang tidak memiliki peralatan gerak biasanya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau anggota yang terkait tempat bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga bisa dijadikan kaki tangan penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri.[21] Sesuai tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi dijadikan lima kelompok, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tidak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang faedahnya melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; anggota yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan bisa ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini merupakan 5x1030.[2] Bakteri bisa ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah total sel tubuh manusia. [23] Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam macam bakteri yang dapat menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus akbar, diantaranya merupakan bakteri asam laktat dan gugusan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan merupakan Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula gugusan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena bisa menunjang kesehatan dan bahkan dapat mencegah terbentuknya kanker usus akbar.[26] Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga bisa ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat gugusan bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu gugusan bakteri yang dapat memakai senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini memakai senyawa dimetil sulfida yang mempunyai peran dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Beberapa gugusan mikroorganisme ini dapat hidup di anggota yang terkait yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup.[32] Kondisi anggota yang terkait yang ekstrim ini menuntut keadaan toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Sbg contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu macam bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tidak hanya di anggota yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga bisa ditemukan pada anggota yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga bisa hidup pada berbagai anggota yang terkait lain yang hampir tidak memungkinkan keadaan kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. merupakan contoh dari bakteri yang bisa hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula beberapa macam bakteri yang dapat hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Beberapa komunitas bakteri bisa bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 km. Sebuah tim peneliti memakai pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sbg laboratorium terbang sukses menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh anggota yang terkait terhadap bakteri

Kondisi anggota yang terkait yang mendukung bisa memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor anggota yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri merupakan suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat beberapa peralatan yang bisa digunakan untuk melakukan pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu mempunyai peran penting dalam mengatur perlintasannya reaksi metabolisme untuk semua makhluk hidup.[2] Khususnya untuk bakteri, suhu anggota yang terkait yang berada lebih tinggi dari suhu yang bisa ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial yang lain sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu anggota yang terkaitnya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan bagian kehidupan sel akan terhenti.[2] Sesuai kisaran suhu aktivitas yang dipekerjakannya, bakteri dibagi dijadikan 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu selang 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu selang 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang bisa hidup di daerah suhu tinggi selang 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri membutuhkan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, persangkaan 85%.[2] Kelembaban relatif bisa dirumuskan sbg kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan aktivitas yang dipekerjakan metabolisme terhenti, misalnya pada bagian pembekuan dan pengeringan.[2] Sbg contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya masa RH anggota yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme yang lain bisa hidup dengan adun pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi bisa mempunyai dampak fatal untuk pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu anggota yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme yang lain dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai berkembang sejak awal zaman ke-20.[41][5]. Cara ini telah diaplikasikan secara lapang untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Beberapa contoh bakteri patogen yang dapat dihambat ataupun ditiadakan diantaranya Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu bisa menyebabkan penyimpangan dan bahkan bisa bersifat letal untuk makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Sbg contoh pada manusia, radiasi bisa menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat gugusan bakteri tertentu yang dapat bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih akbar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu gugusan Deinococcaceae. [43] Sbg perbandingan, manusia pada umumnya tidak bisa bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam gugusan ini bisa bertahan hingga 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi bisa menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri bisa mengalami kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melewati sistem adaptasi dan keadaan bagian perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Bidang anggota yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang akbar untuk anggota yang terkait.[5] Sbg contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain dijadikan CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit diantaranya Proteus dan Clostridium.[5] Tidak hanya mempunyai peran sbg pengurai senyawa organik, beberapa gugusan bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.[5]

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Gugusan bakteri yang lain mempunyai peran dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi merupakan gugusan bakteri yang dapat menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlanjut secara aerob di dalam tanah.[46] Gugusan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) dijadikan nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit dijadikan nitrat (NO3)).[46] Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi bagian dinitrifikasi yang diterapkan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat dijadikan nitrogen lepas sama sekali (N2) yang lebih gampang diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang dapat melakukan metabolisme ini merupakan Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tidak hanya bisa mempunyai peran penting untuk hidup berbagai organisme, tetapi juga bisa mempunyai peran dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi dijadikan senyawa NO dan kesudahan bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2).[2]

Di bidang pertanian dikenal keadaan suatu gugusan bakteri yang dapat bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup lepas sama sekali di tanah untuk membantu penyuburan tanah.[5] Gugusan bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen merupakan gugusan bakteri yang dapat mengikat nitrogen (terutaman N2) lepas sama sekali di udara dan mereduksinya dijadikan senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh pertolongan enzim nitrogenase.[48][49] Gugusan bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen lepas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak bisa digunakan secara langsung oleh biasanya organisme.[49][2] Secara umum, gugusan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Bidang pangan

Terdapat beberapa gugusan bakteri yang dapat melakukan bagian fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi macam makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga bisa meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen bisa tumbuh di dalam makanan.[50] Gugusan bakteri ini dapat memetabolisme berbagai komponen di dalam makanan dan kesudahan menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai sbg bahan dasar botox.[50] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:

Bidang kesehatan

Tidak hanya di bidang anggota yang terkait dan pangan, bakteri juga bisa memberikan faedah dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang diproduksi oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap aktivitas yang dipekerjakan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak macam bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, beberapa macam bakteri yang sering kali dijadikan kaki tangan penyebab penyakit merupakan Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga bisa menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal merupakan Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Bagian degradasi jasad makhluk hidup diterapkan oleh banyak organisme, salah satunya merupakan bakteri. Beberapa macam bakteri, terutama bakteri heterotrof, dapat mendegradasi senyawa organik dan memakainya untuk menunjang pertumbuhannya.[58] Bagian dekomposisi ini dibantu oleh beberapa macam enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah dijadikan senyawa yang lebih sederhana. Sbg contoh, enzim protease digunakan untuk memecah protein dijadikan senyawa lebih sederhana, seperti asam amino.[58] Bagian dekomposisi ini juga mempunyai peran dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia untuk masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Bagian ini dipercepat masa tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini merupakan hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah dijadikan asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH anggota yang terkait akan turun dijadikan 4-5.[59] Reaksi ini diterapkan oleh bakteri acetogen. Pada tahap kesudahan, semua senyawa tersebut diubah dijadikan gas metana oleh metanogen.[59]

Referensi

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Pranala luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 3

Bakteri
Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Escherichia coli, salah satu bakteri berwujud batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) merupakan gugusan organisme yang tidak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan mempunyai ukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran akbar dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa gugusan bakteri dikenal sbg kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan gugusan yang lain bisa memberikan faedah dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang dijadikan dasar perbedaan selang sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.[5]

Bakteri bisa ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sbg kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri mempunyai ukuran 0,5-5 μm, tetapi berada bakteri tertentu yang bisa berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berlainan (peptidoglikan).[11] Beberapa macam bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]

Sejarah

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah zaman ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, berbagai hal tentang bakteri telah sukses ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium diperkenalkan di kesudahan hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki faedah "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang diterapkan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang pakar matematika dan sejarahwan berwarga-negara Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang memuat hasil pengamatan yang diterapkan dengan memakai mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum bisa menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang dijadikan sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia menciptakan mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat adun untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kesudahan dipasarkan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera memperoleh banyak konfirmasi dari ilmuwan yang lain.[13] Sejak masa itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai berkembang.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berwarga-negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada gugusan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan gugusan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, ia juga menciptakan dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa cara untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sbg penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Cara ini kesudahan digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang pakar fisika berwarga-negara Jerman, banyak menerapkan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awal mulanya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang sukses memperoleh isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Sesuai dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch sukses menciptakan Postulat Koch, sebuah teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik.[13] Ia juga sukses menemukan cara untuk memperoleh isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan yang lain merupakan penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awal mulanya ia memakai potongan kentang dan kesudahan dikembangkan dengan memakai nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada akhir-akhirnya penggunaanya digantikan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga melakukan pekerjaan bersama Robert Koch.[13]

Struktur sel

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Struktur sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri yang penting merupakan dinding sel.[17] Bakteri bisa diklasifikasikan dalam dua gugusan akbar sesuai struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Cara yang digunakan untuk membedakan kedua macam gugusan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel yang lain seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk berkampanye, melekat dan konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali dijadikan faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies yang lain memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Beberapa bakteri dapat membentuk diri dijadikan endospora yang menciptakan mereka dapat bertahan hidup pada anggota yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk kelompok bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Berbagai bentuk tubuh bakteri

Sesuai bentuknya, bakteri dibagi dijadikan tiga kelompok akbar, yaitu:

  • Kokus (Coccus) merupakan bakteri yang berwujud bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sbg berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, bila kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, bila bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, bila bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, bila bergerombol
    • Streptococcus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) merupakan gugusan bakteri yang berwujud batang atau silinder, dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, bila bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) merupakan bakteri yang berwujud lengkung dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), bila lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, bila lengkung lebih dari setengah lingkaran
    • Spirochete, bila lengkung membentuk struktur yang fleksibel.[20]

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh kondisi anggota yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang bisa hidup mandiri bahkan masa terpisah dari koloninya.[20]

Peralatan gerak

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Gambar peralatan gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang berkampanye memakai flagel.[21] Bakteri yang tidak memiliki peralatan gerak biasanya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau anggota yang terkait tempat bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga bisa dijadikan kaki tangan penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri.[21] Sesuai tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi dijadikan lima kelompok, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tidak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang faedahnya melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; anggota yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan bisa ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini merupakan 5x1030.[2] Bakteri bisa ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah total sel tubuh manusia. [23] Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam macam bakteri yang dapat menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus akbar, diantaranya merupakan bakteri asam laktat dan gugusan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan merupakan Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula gugusan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena bisa menunjang kesehatan dan bahkan dapat mencegah terbentuknya kanker usus akbar.[26] Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga bisa ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat gugusan bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu gugusan bakteri yang dapat memakai senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini memakai senyawa dimetil sulfida yang mempunyai peran dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Beberapa gugusan mikroorganisme ini dapat hidup di anggota yang terkait yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup.[32] Kondisi anggota yang terkait yang ekstrim ini menuntut beradanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Sbg contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu macam bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tidak hanya di anggota yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga bisa ditemukan pada anggota yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga bisa hidup pada berbagai anggota yang terkait lain yang hampir tidak memungkinkan beradanya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. merupakan contoh dari bakteri yang bisa hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula beberapa macam bakteri yang dapat hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Beberapa komunitas bakteri bisa bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 km. Sebuah tim peneliti memakai pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sbg laboratorium terbang sukses menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh anggota yang terkait terhadap bakteri

Kondisi anggota yang terkait yang mendukung bisa memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor anggota yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri merupakan suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat beberapa peralatan yang bisa digunakan untuk menerapkan pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu mempunyai peran penting dalam mengatur perlintasannya reaksi metabolisme untuk semua makhluk hidup.[2] Khususnya untuk bakteri, suhu anggota yang terkait yang berada lebih tinggi dari suhu yang bisa ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial yang lain sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu anggota yang terkaitnya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan bagian kehidupan sel akan terhenti.[2] Sesuai kisaran suhu aktivitas yang dipekerjakannya, bakteri dibagi dijadikan 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu selang 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu selang 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang bisa hidup di daerah suhu tinggi selang 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri membutuhkan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, persangkaan 85%.[2] Kelembaban relatif bisa dirumuskan sbg kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan aktivitas yang dipekerjakan metabolisme terhenti, misalnya pada bagian pembekuan dan pengeringan.[2] Sbg contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya masa RH anggota yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme yang lain bisa hidup dengan adun pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi bisa mempunyai dampak fatal untuk pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu anggota yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme yang lain dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai berkembang sejak awal zaman ke-20.[41][5]. Cara ini telah diaplikasikan secara lapang untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Beberapa contoh bakteri patogen yang dapat dihambat ataupun ditiadakan diantaranya Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu bisa menyebabkan penyimpangan dan bahkan bisa bersifat letal untuk makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Sbg contoh pada manusia, radiasi bisa menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat gugusan bakteri tertentu yang dapat bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih akbar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu gugusan Deinococcaceae. [43] Sbg perbandingan, manusia pada umumnya tidak bisa bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam gugusan ini bisa bertahan hingga 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi bisa menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri bisa mengalami kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melewati sistem adaptasi dan beradanya bagian perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Bidang anggota yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang akbar untuk anggota yang terkait.[5] Sbg contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain dijadikan CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit diantaranya Proteus dan Clostridium.[5] Tidak hanya mempunyai peran sbg pengurai senyawa organik, beberapa gugusan bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.[5]

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Gugusan bakteri yang lain mempunyai peran dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi merupakan gugusan bakteri yang dapat menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlanjut secara aerob di dalam tanah.[46] Gugusan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) dijadikan nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit dijadikan nitrat (NO3)).[46] Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi bagian dinitrifikasi yang diterapkan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat dijadikan nitrogen lepas sama sekali (N2) yang lebih gampang diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang dapat menerapkan metabolisme ini merupakan Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tidak hanya bisa mempunyai peran penting untuk hidup berbagai organisme, tetapi juga bisa mempunyai peran dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi dijadikan senyawa NO dan kesudahan bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2).[2]

Di bidang pertanian dikenal beradanya suatu gugusan bakteri yang dapat bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup lepas sama sekali di tanah untuk membantu penyuburan tanah.[5] Gugusan bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen merupakan gugusan bakteri yang dapat mengikat nitrogen (terutaman N2) lepas sama sekali di udara dan mereduksinya dijadikan senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh pertolongan enzim nitrogenase.[48][49] Gugusan bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen lepas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak bisa digunakan secara langsung oleh biasanya organisme.[49][2] Secara umum, gugusan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Bidang pangan

Terdapat beberapa gugusan bakteri yang dapat menerapkan bagian fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi macam makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga bisa meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

No.Nama produk atau makananBahan bakuBakteri yang mempunyai peran
1.YoghurtsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
2.MentegasusuStreptococcus lactis
3.TerasiikanLactobacillus sp.
4.Asinan buah-buahanbuah-buahanLactobacillus sp.
5.SosisdagingPediococcus cerevisiae
6.KefirsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen bisa tumbuh di dalam makanan.[50] Gugusan bakteri ini dapat memetabolisme berbagai komponen di dalam makanan dan kesudahan menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan sekarang senyawa tersebut dipakai sbg bahan dasar botox.[50] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:

Bidang kesehatan

Tidak hanya di bidang anggota yang terkait dan pangan, bakteri juga bisa memberikan faedah dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dibuat oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap aktivitas yang dipekerjakan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak macam bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, beberapa macam bakteri yang sering kali dijadikan kaki tangan penyebab penyakit merupakan Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga bisa menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal merupakan Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Bagian degradasi jasad makhluk hidup diterapkan oleh banyak organisme, salah satunya merupakan bakteri. Beberapa macam bakteri, terutama bakteri heterotrof, dapat mendegradasi senyawa organik dan memakainya untuk menunjang pertumbuhannya.[58] Bagian dekomposisi ini dibantu oleh beberapa macam enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah dijadikan senyawa yang lebih sederhana. Sbg contoh, enzim protease digunakan untuk memecah protein dijadikan senyawa lebih sederhana, seperti asam amino.[58] Bagian dekomposisi ini juga mempunyai peran dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia untuk masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Bagian ini dipercepat masa tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini merupakan hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah dijadikan asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH anggota yang terkait akan turun dijadikan 4-5.[59] Reaksi ini diterapkan oleh bakteri acetogen. Pada tahap kesudahan, semua senyawa tersebut diubah dijadikan gas metana oleh metanogen.[59]

Referensi

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Tautan luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 4

Bakteri
Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Escherichia coli, salah satu bakteri berwujud batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) merupakan gugusan organisme yang tidak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan mempunyai ukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran akbar dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa gugusan bakteri dikenal sbg kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan gugusan yang lain bisa memberikan faedah dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang dijadikan dasar perbedaan selang sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.[5]

Bakteri bisa ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sbg kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri mempunyai ukuran 0,5-5 μm, tetapi berada bakteri tertentu yang bisa berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berlainan (peptidoglikan).[11] Beberapa macam bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]

Sejarah

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah zaman ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, berbagai hal tentang bakteri telah sukses ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium diperkenalkan di kesudahan hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki faedah "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang diterapkan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang pakar matematika dan sejarahwan berwarga-negara Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang memuat hasil pengamatan yang diterapkan dengan memakai mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum bisa menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang dijadikan sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia menciptakan mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat adun untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kesudahan dipasarkan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera memperoleh banyak konfirmasi dari ilmuwan yang lain.[13] Sejak masa itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai berkembang.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berwarga-negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada gugusan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan gugusan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, ia juga menciptakan dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa cara untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sbg penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Cara ini kesudahan digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang pakar fisika berwarga-negara Jerman, banyak menerapkan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awal mulanya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang sukses memperoleh isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Sesuai dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch sukses menciptakan Postulat Koch, sebuah teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik.[13] Ia juga sukses menemukan cara untuk memperoleh isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan yang lain merupakan penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awal mulanya ia memakai potongan kentang dan kesudahan dikembangkan dengan memakai nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada akhir-akhirnya penggunaanya digantikan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga melakukan pekerjaan bersama Robert Koch.[13]

Struktur sel

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Struktur sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri yang penting merupakan dinding sel.[17] Bakteri bisa diklasifikasikan dalam dua gugusan akbar sesuai struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Cara yang digunakan untuk membedakan kedua macam gugusan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel yang lain seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk berkampanye, melekat dan konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali dijadikan faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies yang lain memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Beberapa bakteri dapat membentuk diri dijadikan endospora yang menciptakan mereka dapat bertahan hidup pada anggota yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk kelompok bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Berbagai bentuk tubuh bakteri

Sesuai bentuknya, bakteri dibagi dijadikan tiga kelompok akbar, yaitu:

  • Kokus (Coccus) merupakan bakteri yang berwujud bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sbg berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, bila kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, bila bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, bila bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, bila bergerombol
    • Streptococcus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) merupakan gugusan bakteri yang berwujud batang atau silinder, dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, bila bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) merupakan bakteri yang berwujud lengkung dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), bila lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, bila lengkung lebih dari setengah lingkaran
    • Spirochete, bila lengkung membentuk struktur yang fleksibel.[20]

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh kondisi anggota yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang bisa hidup mandiri bahkan masa terpisah dari koloninya.[20]

Peralatan gerak

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Gambar peralatan gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang berkampanye memakai flagel.[21] Bakteri yang tidak memiliki peralatan gerak biasanya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau anggota yang terkait tempat bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga bisa dijadikan kaki tangan penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri.[21] Sesuai tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi dijadikan lima kelompok, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tidak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang faedahnya melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; anggota yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan bisa ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini merupakan 5x1030.[2] Bakteri bisa ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah total sel tubuh manusia. [23] Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam macam bakteri yang dapat menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus akbar, diantaranya merupakan bakteri asam laktat dan gugusan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan merupakan Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula gugusan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena bisa menunjang kesehatan dan bahkan dapat mencegah terbentuknya kanker usus akbar.[26] Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga bisa ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat gugusan bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu gugusan bakteri yang dapat memakai senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini memakai senyawa dimetil sulfida yang mempunyai peran dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Beberapa gugusan mikroorganisme ini dapat hidup di anggota yang terkait yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup.[32] Kondisi anggota yang terkait yang ekstrim ini menuntut beradanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Sbg contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu macam bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tidak hanya di anggota yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga bisa ditemukan pada anggota yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga bisa hidup pada berbagai anggota yang terkait lain yang hampir tidak memungkinkan beradanya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. merupakan contoh dari bakteri yang bisa hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula beberapa macam bakteri yang dapat hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Beberapa komunitas bakteri bisa bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 km. Sebuah tim peneliti memakai pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sbg laboratorium terbang sukses menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh anggota yang terkait terhadap bakteri

Kondisi anggota yang terkait yang mendukung bisa memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor anggota yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri merupakan suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat beberapa peralatan yang bisa digunakan untuk menerapkan pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu mempunyai peran penting dalam mengatur perlintasannya reaksi metabolisme untuk semua makhluk hidup.[2] Khususnya untuk bakteri, suhu anggota yang terkait yang berada lebih tinggi dari suhu yang bisa ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial yang lain sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu anggota yang terkaitnya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan bagian kehidupan sel akan terhenti.[2] Sesuai kisaran suhu aktivitas yang dipekerjakannya, bakteri dibagi dijadikan 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu selang 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu selang 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang bisa hidup di daerah suhu tinggi selang 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri membutuhkan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, persangkaan 85%.[2] Kelembaban relatif bisa dirumuskan sbg kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan aktivitas yang dipekerjakan metabolisme terhenti, misalnya pada bagian pembekuan dan pengeringan.[2] Sbg contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya masa RH anggota yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme yang lain bisa hidup dengan adun pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi bisa mempunyai dampak fatal untuk pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu anggota yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme yang lain dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai berkembang sejak awal zaman ke-20.[41][5]. Cara ini telah diaplikasikan secara lapang untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Beberapa contoh bakteri patogen yang dapat dihambat ataupun ditiadakan diantaranya Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu bisa menyebabkan penyimpangan dan bahkan bisa bersifat letal untuk makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Sbg contoh pada manusia, radiasi bisa menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat gugusan bakteri tertentu yang dapat bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih akbar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu gugusan Deinococcaceae. [43] Sbg perbandingan, manusia pada umumnya tidak bisa bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam gugusan ini bisa bertahan hingga 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi bisa menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri bisa mengalami kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melewati sistem adaptasi dan beradanya bagian perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Bidang anggota yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang akbar untuk anggota yang terkait.[5] Sbg contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain dijadikan CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit diantaranya Proteus dan Clostridium.[5] Tidak hanya mempunyai peran sbg pengurai senyawa organik, beberapa gugusan bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.[5]

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Gugusan bakteri yang lain mempunyai peran dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi merupakan gugusan bakteri yang dapat menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlanjut secara aerob di dalam tanah.[46] Gugusan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) dijadikan nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit dijadikan nitrat (NO3)).[46] Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi bagian dinitrifikasi yang diterapkan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat dijadikan nitrogen lepas sama sekali (N2) yang lebih gampang diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang dapat menerapkan metabolisme ini merupakan Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tidak hanya bisa mempunyai peran penting untuk hidup berbagai organisme, tetapi juga bisa mempunyai peran dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi dijadikan senyawa NO dan kesudahan bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2).[2]

Di bidang pertanian dikenal beradanya suatu gugusan bakteri yang dapat bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup lepas sama sekali di tanah untuk membantu penyuburan tanah.[5] Gugusan bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen merupakan gugusan bakteri yang dapat mengikat nitrogen (terutaman N2) lepas sama sekali di udara dan mereduksinya dijadikan senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh pertolongan enzim nitrogenase.[48][49] Gugusan bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen lepas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak bisa digunakan secara langsung oleh biasanya organisme.[49][2] Secara umum, gugusan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Bidang pangan

Terdapat beberapa gugusan bakteri yang dapat menerapkan bagian fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi macam makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga bisa meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

No.Nama produk atau makananBahan bakuBakteri yang mempunyai peran
1.YoghurtsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
2.MentegasusuStreptococcus lactis
3.TerasiikanLactobacillus sp.
4.Asinan buah-buahanbuah-buahanLactobacillus sp.
5.SosisdagingPediococcus cerevisiae
6.KefirsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen bisa tumbuh di dalam makanan.[50] Gugusan bakteri ini dapat memetabolisme berbagai komponen di dalam makanan dan kesudahan menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan sekarang senyawa tersebut dipakai sbg bahan dasar botox.[50] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:

Bidang kesehatan

Tidak hanya di bidang anggota yang terkait dan pangan, bakteri juga bisa memberikan faedah dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dibuat oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap aktivitas yang dipekerjakan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak macam bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, beberapa macam bakteri yang sering kali dijadikan kaki tangan penyebab penyakit merupakan Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga bisa menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal merupakan Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Bagian degradasi jasad makhluk hidup diterapkan oleh banyak organisme, salah satunya merupakan bakteri. Beberapa macam bakteri, terutama bakteri heterotrof, dapat mendegradasi senyawa organik dan memakainya untuk menunjang pertumbuhannya.[58] Bagian dekomposisi ini dibantu oleh beberapa macam enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah dijadikan senyawa yang lebih sederhana. Sbg contoh, enzim protease digunakan untuk memecah protein dijadikan senyawa lebih sederhana, seperti asam amino.[58] Bagian dekomposisi ini juga mempunyai peran dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia untuk masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Bagian ini dipercepat masa tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini merupakan hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah dijadikan asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH anggota yang terkait akan turun dijadikan 4-5.[59] Reaksi ini diterapkan oleh bakteri acetogen. Pada tahap kesudahan, semua senyawa tersebut diubah dijadikan gas metana oleh metanogen.[59]

Referensi

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Tautan luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 5

Bakteri
Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Escherichia coli, salah satu bakteri berwujud batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) merupakan gugusan organisme yang tidak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan mempunyai ukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran akbar dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa gugusan bakteri dikenal sbg kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan gugusan yang lain bisa memberikan faedah dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang dijadikan dasar perbedaan selang sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.[5]

Bakteri bisa ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sbg kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri mempunyai ukuran 0,5-5 μm, tetapi aci bakteri tertentu yang bisa berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berlainan (peptidoglikan).[11] Beberapa macam bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]

Sejarah

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah zaman ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, berbagai hal tentang bakteri telah sukses ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium diperkenalkan di kesudahan hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki faedah "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang diterapkan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang pakar matematika dan sejarahwan berwarga-negara Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang memuat hasil pengamatan yang diterapkan dengan memakai mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum bisa menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang dijadikan sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia menciptakan mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat adun untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kesudahan dipasarkan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera memperoleh banyak konfirmasi dari ilmuwan yang lain.[13] Sejak masa itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai berkembang.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berwarga-negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada gugusan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan gugusan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, ia juga menciptakan dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa cara untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sbg penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Cara ini kesudahan digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang pakar fisika berwarga-negara Jerman, banyak melakukan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awal mulanya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang sukses mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Sesuai dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch sukses menciptakan Postulat Koch, sebuah teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik.[13] Ia juga sukses menemukan cara untuk mendapatkan isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan yang lain merupakan penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awal mulanya ia memakai potongan kentang dan kesudahan dikembangkan dengan memakai nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada akhir-akhirnya penggunaanya digantikan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga melakukan pekerjaan bersama Robert Koch.[13]

Struktur sel

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Struktur sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri yang penting merupakan dinding sel.[17] Bakteri bisa diklasifikasikan dalam dua gugusan akbar sesuai struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Cara yang digunakan untuk membedakan kedua macam gugusan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel yang lain seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk berkampanye, melekat dan konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali dijadikan faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies yang lain memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Beberapa bakteri dapat membentuk diri dijadikan endospora yang menciptakan mereka dapat bertahan hidup pada anggota yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk kelompok bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Berbagai bentuk tubuh bakteri

Sesuai bentuknya, bakteri dibagi dijadikan tiga kelompok akbar, yaitu:

  • Kokus (Coccus) merupakan bakteri yang berwujud bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sbg berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, bila kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, bila bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, bila bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, bila bergerombol
    • Streptococcus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) merupakan gugusan bakteri yang berwujud batang atau silinder, dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, bila bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) merupakan bakteri yang berwujud lengkung dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), bila lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, bila lengkung lebih dari setengah lingkaran
    • Spirochete, bila lengkung membentuk struktur yang fleksibel.[20]

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh kondisi anggota yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang bisa hidup mandiri bahkan masa terpisah dari koloninya.[20]

Peralatan gerak

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Gambar peralatan gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang berkampanye memakai flagel.[21] Bakteri yang tidak memiliki peralatan gerak biasanya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau anggota yang terkait tempat bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga bisa dijadikan kaki tangan penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri.[21] Sesuai tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi dijadikan lima kelompok, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tidak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang faedahnya melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; anggota yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan bisa ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini merupakan 5x1030.[2] Bakteri bisa ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah total sel tubuh manusia. [23] Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam macam bakteri yang dapat menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus akbar, diantaranya merupakan bakteri asam laktat dan gugusan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan merupakan Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula gugusan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena bisa menunjang kesehatan dan bahkan dapat mencegah terbentuknya kanker usus akbar.[26] Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga bisa ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat gugusan bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu gugusan bakteri yang dapat memakai senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini memakai senyawa dimetil sulfida yang mempunyai peran dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Beberapa gugusan mikroorganisme ini dapat hidup di anggota yang terkait yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup.[32] Kondisi anggota yang terkait yang ekstrim ini menuntut keadaan toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Sbg contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu macam bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tidak hanya di anggota yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga bisa ditemukan pada anggota yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga bisa hidup pada berbagai anggota yang terkait lain yang hampir tidak memungkinkan keadaan kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. merupakan contoh dari bakteri yang bisa hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula beberapa macam bakteri yang dapat hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Beberapa komunitas bakteri bisa bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 km. Sebuah tim peneliti memakai pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sbg laboratorium terbang sukses menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh anggota yang terkait terhadap bakteri

Kondisi anggota yang terkait yang mendukung bisa memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor anggota yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri merupakan suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat beberapa peralatan yang bisa digunakan untuk melakukan pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu mempunyai peran penting dalam mengatur perlintasannya reaksi metabolisme untuk semua makhluk hidup.[2] Khususnya untuk bakteri, suhu anggota yang terkait yang berada lebih tinggi dari suhu yang bisa ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial yang lain sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu anggota yang terkaitnya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan bagian kehidupan sel akan terhenti.[2] Sesuai kisaran suhu aktivitas yang dipekerjakannya, bakteri dibagi dijadikan 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu selang 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu selang 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang bisa hidup di daerah suhu tinggi selang 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri membutuhkan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, persangkaan 85%.[2] Kelembaban relatif bisa dirumuskan sbg kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan aktivitas yang dipekerjakan metabolisme terhenti, misalnya pada bagian pembekuan dan pengeringan.[2] Sbg contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya masa RH anggota yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme yang lain bisa hidup dengan adun pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi bisa mempunyai dampak fatal untuk pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu anggota yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme yang lain dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai berkembang sejak awal zaman ke-20.[41][5]. Cara ini telah diaplikasikan secara lapang untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Beberapa contoh bakteri patogen yang dapat dihambat ataupun ditiadakan diantaranya Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu bisa menyebabkan penyimpangan dan bahkan bisa bersifat letal untuk makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Sbg contoh pada manusia, radiasi bisa menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat gugusan bakteri tertentu yang dapat bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih akbar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu gugusan Deinococcaceae. [43] Sbg perbandingan, manusia pada umumnya tidak bisa bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam gugusan ini bisa bertahan hingga 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi bisa menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri bisa mengalami kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melewati sistem adaptasi dan keadaan bagian perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Bidang anggota yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang akbar untuk anggota yang terkait.[5] Sbg contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain dijadikan CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit diantaranya Proteus dan Clostridium.[5] Tidak hanya mempunyai peran sbg pengurai senyawa organik, beberapa gugusan bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.[5]

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Gugusan bakteri yang lain mempunyai peran dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi merupakan gugusan bakteri yang dapat menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlanjut secara aerob di dalam tanah.[46] Gugusan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) dijadikan nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit dijadikan nitrat (NO3)).[46] Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi bagian dinitrifikasi yang diterapkan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat dijadikan nitrogen lepas sama sekali (N2) yang lebih gampang diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang dapat melakukan metabolisme ini merupakan Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tidak hanya bisa mempunyai peran penting untuk hidup berbagai organisme, tetapi juga bisa mempunyai peran dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi dijadikan senyawa NO dan kesudahan bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2).[2]

Di bidang pertanian dikenal keadaan suatu gugusan bakteri yang dapat bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup lepas sama sekali di tanah untuk membantu penyuburan tanah.[5] Gugusan bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen merupakan gugusan bakteri yang dapat mengikat nitrogen (terutaman N2) lepas sama sekali di udara dan mereduksinya dijadikan senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh pertolongan enzim nitrogenase.[48][49] Gugusan bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen lepas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak bisa digunakan secara langsung oleh biasanya organisme.[49][2] Secara umum, gugusan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Bidang pangan

Terdapat beberapa gugusan bakteri yang dapat melakukan bagian fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi macam makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga bisa meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen bisa tumbuh di dalam makanan.[50] Gugusan bakteri ini dapat memetabolisme berbagai komponen di dalam makanan dan kesudahan menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai sbg bahan dasar botox.[50] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:

Bidang kesehatan

Tidak hanya di bidang anggota yang terkait dan pangan, bakteri juga bisa memberikan faedah dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang diproduksi oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap aktivitas yang dipekerjakan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak macam bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, beberapa macam bakteri yang sering kali dijadikan kaki tangan penyebab penyakit merupakan Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga bisa menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal merupakan Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Bakteri yang hanya mempunyai satu flagel yang melekat pada salah satu ujung selnya disebut

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Bagian degradasi jasad makhluk hidup diterapkan oleh banyak organisme, salah satunya merupakan bakteri. Beberapa macam bakteri, terutama bakteri heterotrof, dapat mendegradasi senyawa organik dan memakainya untuk menunjang pertumbuhannya.[58] Bagian dekomposisi ini dibantu oleh beberapa macam enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah dijadikan senyawa yang lebih sederhana. Sbg contoh, enzim protease digunakan untuk memecah protein dijadikan senyawa lebih sederhana, seperti asam amino.[58] Bagian dekomposisi ini juga mempunyai peran dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia untuk masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Bagian ini dipercepat masa tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini merupakan hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah dijadikan asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH anggota yang terkait akan turun dijadikan 4-5.[59] Reaksi ini diterapkan oleh bakteri acetogen. Pada tahap kesudahan, semua senyawa tersebut diubah dijadikan gas metana oleh metanogen.[59]

Referensi

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Pranala luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 6


436. PT Valbury

Closing date : 1 November 2022

Updated date : 1 Juli 2022

Job location in Surabaya

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 14,989     Appear = 179,857

437. Victoria Service

Needed Teknisi Elektronik ..... show everything

Closing date : 1 November 2022

Updated date : 1 Juli 2022

Job location in Jakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 24,618     Appear = 300,411

438. Nissan Purwakarta

Closing date : 30 Oktober 2022

Updated date : 30 Juni 2022

Job location in Purwakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 26,342     Appear = 261,894

439. Osingdeles

Needed Cook Helper Waiter Pramuniaga ..... show everything (Image/PDF)

Closing date : 30 Oktober 2022

Updated date : 30 Juni 2022

Job location in Banyuwangi

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 12,565     Appear = 160,162

440. PT Gilland Ganesha

Needed marketing ..... show everything

Closing date : 30 Oktober 2022

Updated date : 30 Juni 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 28,044     Appear = 306,642

441. Universitas Kahuripan Kediri

Closing date : 30 Oktober 2022

Updated date : 30 Juni 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 11,041     Appear = 145,538

442. PT Petrokimia Gresik

Needed HRD ..... show everything

Closing date : 29 Agustus 2022

Updated date : 29 Juni 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 27,107     Appear = 292,481

443. CV Media Cahaya

Closing date : 28 Oktober 2022

Updated date : 28 Juni 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 19,041     Appear = 223,687

444. Permen Cui

Needed Crew Outlet ..... show everything

Closing date : 28 Oktober 2022

Updated date : 28 Juni 2022

Job location in Cilacap

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 16,080     Appear = 179,883

445. PT Astra

Needed Sales Marketing ..... show everything

Closing date : 28 Oktober 2022

Updated date : 28 Juni 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 13,114     Appear = 181,604

446. Tinara Bridal & Boutique Salon

Closing date : 28 Oktober 2022

Updated date : 28 Juni 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 22,213     Appear = 243,710

447. PT Melati Medika Indonesia

Needed Perawat Homecare (Caregiver dan Perawat Medis) ..... show everything

Closing date : 27 Oktober 2022

Updated date : 27 Juni 2022

Job location in Jakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 17,814     Appear = 264,929

448. BPF Group

Closing date : 26 Oktober 2022

Updated date : 26 Juni 2022

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 23,478     Appear = 280,333

449. Elska Skin Clinic

Needed Beauty Consultant ..... show everything

Closing date : 26 Agustus 2022

Updated date : 26 Juni 2022

Job location in Jakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 14,704     Appear = 158,147

450. Foresthree Coffee

Needed Barista ..... show everything

Closing date : 26 Oktober 2022

Updated date : 26 Juni 2022

Job location in Jakarta

Apply for a job now : Click here

Tot Clicks = 17,381     Appear = 207,016


Page 7


443. CV Media Cahaya

Tgl Penutupan : 28 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 28 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Malang

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 19.041     Tayang = 223.687

444. Permen Cui

Dibutuhkan Crew Outlet ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 28 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 28 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Cilacap

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 16.080     Tayang = 179.883

445. PT Astra

Dibutuhkan Sales Marketing ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 28 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 28 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Bekasi

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 13.114     Tayang = 181.604

446. Tinara Bridal & Boutique Salon

Tgl Penutupan : 28 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 28 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Malang

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 22.213     Tayang = 243.710

447. PT Melati Medika Indonesia

Tgl Penutupan : 27 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 27 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Jakarta

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 17.814     Tayang = 264.929

448. BPF Group

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Bogor

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 23.478     Tayang = 280.333

449. Elska Skin Clinic

Dibutuhkan Beauty Consultant ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 26 Agustus 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Jakarta

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 14.704     Tayang = 158.147

450. Foresthree Coffee

Dibutuhkan Barista ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Jakarta

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 17.381     Tayang = 207.016

451. Good Eyes

Dibutuhkan SPG / SPB / ASRO ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Jakarta

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 13.195     Tayang = 166.642

452. Pribadi Group

Dibutuhkan Sales Manager ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Jakarta

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 13.409     Tayang = 183.530

453. PT Astra Group

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Depok

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 24.035     Tayang = 293.433

454. PT Chang Sung Precision

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Bekasi

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 18.282     Tayang = 212.756

455. PT Darya Varia Laboratoria

Dibutuhkan Akreditasi Staff ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Bogor

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 12.791     Tayang = 185.825

456. PT Gillan Ganesha

Dibutuhkan Staff Marketing ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Jakarta

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 13.972     Tayang = 191.045

457. PT Gilland Ganesha

Dibutuhkan Marketing ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Surakarta

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 25.895     Tayang = 301.777

458. PT Indonesia Epson Industry

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Bogor

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 17.995     Tayang = 218.258

459. Trans F&B Cibinong

Dibutuhkan Waitress ..... tampilkan lebih lengkap

Tgl Penutupan : 26 Oktober 2022

Tgl Pasang Iklan : 26 Juni 2022

Lokasi pekerjaan di Bogor

Melamar kerja saat ini : Klik disini

Klik = 30.977     Tayang = 269.679


Page 8

PT Gilland Ganesha - lowongan utk SMU, D3, S1

Membutuhkan SEO Content Writer. Persyaratan : Pendidikan Minimal SMA / SMK. Usia tidak dibatasi Mampu melakukan pekerjaan mandiri (sendiri) maupun melakukan pekerjaan dalam tim. Jujur, ... ....... .... dokumentasikan ulasan lengkap

Melamar kerja sekarang : Klik disini      Jml Klik = 50.970.290     Jml.Tampil = 309.553.633   Cari Karir   Tgl pengahabisannya publikasi: 25 September 2022   Ditulis sedari tgl: 8 Agustus 2022  

iklan lowongan kerja


Page 9

Teeth Whitening Actived Charcoal Powder Original

Jaminan Original(murni), Organik, Higenis Actived. Tanpa Bahan Pengawet Tanpa Campuran Bahan Kimia. Dijamin Halal, Hitam Pekat, Bertekstur Sehalus Bedak Bayi, Serta Rasa Tidak Pahit. Bukti Grade A ... .... ... ..... ... .... ... .. dokumentasikan ulasan komplit

Jml Klik = 105.697     Jml.Tampil = 2.335.100   HandPhone / Kontak: Shopee.co.id/rakhisa, Https://shope.ee/7UdMZBGCfJ   Kesehatan dan Obat-obatan   Alamat: Tangerang   Ditulis sedari tgl: 20 Juli 2022   Tgl habis publikasi: 20 November 2022  

iklan baris


Page 10

Sepatu LV Louis Vuitton (ORIGINAL) model sneakers

Jml Klik = 89.464     Jml.Tampil = 1.820.507   HandPhone / Kontak: Jual Benda/barang Second, 08111636361   Busana/Pakaian dan Aksesori   Alamat: Tanah Abang, Jakarta   Ditulis sedari tgl: 28 Juli 2022   Tgl berakhir: 28 Agustus 2022  

iklan baris


Page 11

PKE = Kelas Eksekutif
SM = Kuliah Sore/Malam


Pontianak -- Kalimantan Barat :

PKE ● SM ➜ Univ. Nahdlatul Ulama Kalbar

PKE ● SM ➜ Univ. Halim Sanusi
PKE ● SM ➜ UICM Bandung


Page 12

PKE = Kelas Eksekutif
SM = Kuliah Sore/Malam


Probolinggo -- Jawa Timur :

PKE ● SM ➜ STIA Bayuangga
PKE ● SM ➜ STAI Muhammadiyah
PKE ● SM ➜ STEBI Badri Mashduqi

PKE ● SM ➜ Univ. Ubudiyah Indonesia

PKE ● SM ➜ STEBI Global Mulia

  ..... Lihat semua Daerah


Indonesia
☤  KPT - Konsultan Pendidikan Tinggi


Page 13

Pangkas rambut next-cut

Fathur ramadhan ♝ Sumedang utara


Page 14

Pangkas rambut next-cut

Fathur ramadhan ♝ Sumedang utara


Page 15

PKE = Kelas Eksekutif
SM = Kuliah Sore/Malam


Probolinggo -- Jawa Timur :

PKE ● SM ➜ STIA Bayuangga
PKE ● SM ➜ STAI Muhammadiyah
PKE ● SM ➜ STEBI Badri Mashduqi

PKE ● SM ➜ Univ. Ubudiyah Indonesia

PKE ● SM ➜ STEBI Global Mulia

  ..... Lihat semua Daerah


Indonesia
☤  KPT - Konsultan Pendidikan Tinggi