Bagaimana usaha untuk MENINGKATKAN KESADARAN generasi muda tentang sejarah bangsa

Oleh:

Indonesia patut bersyukur untuk segenap sejarah yang dimilikinya. Karena dari sejarah, Indonesia bisa meraup banyak pelajaran yang dijadikan acuan untuk kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang. Perjuangan panjang masyarakat Nusantara dalam mempertahankan tanah air seharusnya selalu diingat dan diingatkan agar Bhineka Tunggal Ika masih tetap terjaga.

Banyak tokoh yang patut dijadikan panutan dalam kehidupan bernegara. Pemikiran-pemikiran para tokoh terdahulu yang hidup di zaman yang belum secanggih sekarang, ternyata bisa menyatukan Indonesia yang tidak satu daratan. Bahkan saat pendidikan tidak semudah saat ini, pahlawan tanah air mampu menanamkan semangat juang pada generasi selanjutnya. Contohnya saja Tuanku Imam Bonjol yang menggugah naluri juang Mohammad Hatta untuk turut campur tangan memerdekakan tanah Air.

Roeslan Abdul Ghani mengatakan bahwa ilmu sejarah ibarat penglihatan terhadap tiga dimensi, yaitu penglihatan ke masa silam, ke masa sekarang, dan ke masa depan. Dengan demikian, mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah akan selalu terkait dengan "waktu� yang terus bergerak dari masa sebelumnya ke masa-masa berikutnya serta melahirkan peristiwa-peristiwa baru yang saling terkait sehingga perjalanan sejarah tidak pernah berhenti.

Peranan sejarah memang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejarah merupakan pengalaman kelompok manusia. Tanpa sejarah, manusia tidak mempunyai pengetahuan tentang dirinya, terutama dalam proses ada dan mengada. Manusia yang demikian tidak mempunyai memori atau ingatan, sehingga pada dirinya tidak dapat dituntut suatu tanggung jawab. Untuk itu, manusia yang punya rasa tanggung jawab, biasanya menyadari kedudukan sejarah sebagai suatu yang urgen dalam kehidupan terutama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Namun, pentingnya pelajaran sejarah sepertinya sudah lama diabaikan di negara ini. Belum lama ini masyarakat dikejutkan oleh pemberitaan televisi nasional mengenai minimnya pengetahuan sejarah anggota DPR RI. Seorang publik figur muda yang menjadi anggota DPR tergagap-gagap ketika harus menjawab isi sumpah pemuda. Ada juga siswa yang tidak tahu makna tiap butir pancasila. atau bahkan saat mahasiswa menjawab tidak tahu saat rekannya bertanya tentang gambar pahlawan yang tertera pada lembaran rupiah. Muncul pula keprihatinan berbagai kalangan mengenai hilangnya jati diri bangsa, KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), separatisme, dan primordialisme, serta banyak lagi lainnya.

Pengetahuan sejarah memang diberikan pada siswa SD, SLTP, dan SLTA. Namun, pemberian materi tentang sejarah dapat dikatakan belum efektif. Pelajaran sejarah yang terkandung dalam subpelajaran Ilmu Pengetahuan Sosialakan dipelajari siswa dengan waktu dua sampai tiga jam pelajaran. Selain itu tidak ada lagi asupan pengetahuan sejarah yang diberikan. Mungkin, jika tidak ada ritual kenegaraan�upacara bendera�yang dilakukan setiap hari senin di sekolah, Pancasila dan pembukaan UUD 1945 pun akan membias.

Selain batasan waktu untuk pelajaran sejarah, kurang jelinya pengajar dalam memberikan penguasaan terhadap pengetahuan sejarah juga menjadi alasan rontoknya minat siswa terhadap sejarah. Umumnya siswa menggambarkan sejarah sebagai mata pelajaran yang menghafal tanggal beserta kejadian yang terjadi pada tanggal tersebut. Orang tua yang merupakan guru bagi generasi muda Indonesia dalam lingkup lingkungan rumah juga bertanggung jawab atas fenomena kurangnya pengetahuan sejarah ini. Seharusnya orang tua dan guru saling bersinergi dalam menumbuhkan minat anak untuk pengetahuan yang lebih luas terkait sejarah.

Dari fenomena di atas, muncul pertanyaan apakah karena tidak dipentingkannya sejarah menjadi alasan minimnya kesadaran sejarah generasi muda sekarang? Lalu bagaimana usaha untuk meningkatkan kesadaran generasi muda tentang sejarah bangsa?

Revolusi kehidupan dari berbagai sisi memang mengubah padangan masyarakat dari berbagai hal, salah satunya pandangan tentang sejarah. Tidak dapat dipungkiri perkembangan zaman yang semakin maju membuat manusia kadang enggan melihat ke belakang. Hal ini pulalah yang diprediksi menjadi penyebab kurang dipentingkannya sejarah oleh generasi muda.

Sebagai negara berkembang, Indonesia selayaknya menekankan kembali aspek sejarah pada kehidupan masyarakat, khususnya pada generasi muda. Terlebih saat ini sudah dikembangkan kurikulum yang berasaskan karakter siswa. Memang sebaiknya pengetahuan sejarah lebih diresapkan pada siswa SD, SLTP dan, SLTA yang kelak akan menggantikan para pengemban amanah rakyat.

Untuk itu, menanamkan kesadaran sejarah bagi generasi muda lebih dari sekadar retorika. Membangun kesadaran sejarah bagi generasi muda harus dimulai dari hulu ke hilir. Maksudnya mempersiapkan teknik mengajar pengetahuan sejarah pada siswa dengan meminimalisir kekurangan yang terjadi sebelumnya. Sistem evaluasi yang tepat dapat menjadi aspek yang berperan penting dalam pengajaran sejarah pada siswa. Evaluasi yang dimaksudkan bukan jenis evaluasi tertulis yang formal. Namun lebih kepada pendekatan pembimbing dengan siswa yang dibimbing.

Pembelajaran sejarah merupakan proses yang mempunyai makna bagi siswa, bukan sekadar menghapal angka tahun dan peristiwa saja. Dengan menjadikan pelajaran sejarah menjadi sesuatu yang bermakna, siswa diharapkan memiliki keterikatan dengan masa lalunya untuk diambil pelajarannya di masa depan. Dari sanalah muncul kesadaran sejarah bagi anak-anak muda sebagai calon pemimpin bangsa.

Disini guru berperan penting dalam pembelajaran sejarah karena sebagai tenaga pendidik diharapkan mampu menggerakan unsur-unsur yang ada pada pembelajaran sejarah. Sebagai tenaga pendidik dalam pelajaran sejarah, guru harus mampu menghadirkan suatu hal yang baru baik yang berkaitan dengan model, strategi, metode, sampai pada penggunaan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisinya. Guru harus mampu membawa siswa ke pengalaman masa lalu kehidupan manusia Indonesia, serta memerlukan suatu strategi untuk dapat mengubah paradigma pembelajaran sejarah yang membosankan berubah menjadi pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Secara eksplisit mungkin dapat digugat, sebenarnya apa yang menjadi kegunaan dan keuntungan praktis dari kesadaran sejarah. Pertanyaan ini tentu tidak salah, akan tetapi kemudian dapat dijawab bahwa memang benar kesadaran sejarah tidak menjanjikan dan tidak akan memberikan keuntungan secara praktis dan material bagi manusia. Namun harus disadari pula bahwa bukan berarti sejarah tidak memiliki nilai guna. Sejarah sebagai pengalaman tentunya dapat memberi semangat bagi kehidupan berbangsa di masa sekarang dan masa mendatang.

Dari uraian tersebut maka dapat diambil benang merah bahwa dalam kondisi saat ini kesadaran sejarah sangat relevan dan diperlukan untuk mempertahankan identitas kebangsaan di tengah mulai mengglobalnya budaya dunia. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh J. Boorstin (Widja, 2002:44-45) bahwa “justru dalam masyarakat yang semakin didominasi oleh teknologi, semakin diperlukan kesadaran sejarah itu. Inti dari sejarah adalah perspektif waktu dan kontinuitas kebudayaan.” Ditambahkan pula oleh Latief (2006:51) bahwa kesadaran sejarah akan mampu mengimbangi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sering terkesan melesat secara liar, sehingga pembangunan tidak semata-mata harus selalu bermuatan material akan tetapi perlu keseimbangan spritual. Kesadaran sejarah kemudian berperan dalam memperkokoh muatan moral pembangunan suatu bangsa.

Selanjutnya, kesadaran sejarah yang merupakan kebutuhan mendesak bagi bangsa Indonesia dalam pembinaannya tidak dapat dilepaskan dari pemahaman akan sejarah bangsa Indonesia itu sendiri. Melalui pemahaman sejarah maka akan muncul bentuk penyadaran bahwa sejarahlah yang membentuk kehidupan di masa sekarang serta turut menentukan kehidupan yang akan datang. Sebagaimana yang diungkapkan Gonggong dan Ismail (Latief, 2006:49) yaitu sebagai berikut :

Ini perlu digaris bawahi lebih awal, sebab dalam beberapa hal pengertian tentang kesadaran sejarah bertaut erat dengan peristiwa sejarah, fakta sejarah. Hal ini tampak pula dalam pandangan Ismail yang berpendapat bahwa, “Kesadaran sejarah memang harus dimulai dengan mengetahui fakta-fakta sejarah. Malahan adakalanya harus pula pandai menghafalkan kronologi tahun-tahun kejadian dalam sejarah itu, plus pengetahuan tentang sebab musababnya antara fakta-fakta itu.”

Dalam hal ini pemahaman fakta sejarah memang bukanlah satu-satunya alat ukur penentu terhadap kesadaran sejarah. Tetapi dapat dimengerti bila tanpa adanya pengetahuan tentang sejarah sama sekali, maka kecil kemungkinan untuk dapat tumbuh suatu sikap kesadaran sejarah. Munculnya sikap dalam diri seseorang dipengaruhi oleh pengetahuannya terhadap stimulus dan pengetahuannya terhadap sikap yang akan diambilnya.

Pemahaman akan sebuah sejarah, dengan kesadaran akan sejarah (historical conciousness) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Hariyono (1995:36-37) bahwa antara kesadaran sejarah dengan wawasan sejarah tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Wawasan sejarah lebih merujuk pada aspek kognitif, sedangkan kesadaran sejarah lebih kepada aspek afeksi dan sosial. Keduanya dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Hal yang sama diungkapkan oleh Aman (2011:31) yaitu pembelajaran sejarah berfungsi sosiokultural, membangkitkan kesadaran historis.

Kesadaran sejarah sebagai salah satu tujuan dari pendidikan sejarah adalah sikap yang perlu ada dalam setiap diri manusia yang utuh, utuh akal pikirnya, serta utuh jiwa dan rasanya. Oleh karena itu dalam masyarakat yang memiliki kesadaran sejarah sebuah dehumanisasi tidak akan pernah terjadi. Pemahaman pada sejarah akan membuat manusia menjadi mengerti mana yang perlu dilakukan dan mana yang tidak, serta apa perlu dipertimbangkan dan mana yang sudah semestinya.

Melalui pendidikan sejarah inilah peserta didik diajak untuk menelaah keterkaitan kehidupan yang di alami diri masyarakat dan berbangsa, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi muda yang memiliki kesadaran akan sejarah dalam dirinya, mendapatakan inspirasi ataupun hikmah dari kisah-kisah para pahlawan, maupun tragedi nasional, yang pada akhirnya dapat mendorong terbentuknya suatu pola berfikir yang mengubah kea rah berfikir secara rasional kritis-empiris, dan tidak kalah pentingnya dari pembelajaran sejarah yang dapat mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang tumbuh pada dirinya.

KESIMPULAN

Pada dasarnya mengenal sejarah adalah cara kita menghargai dan melestarikan kekayaan atau apa yang menjadi ciri khas kita yang mungkin tidak dimilki oleh orang lain. Tentunya sekolah menjadi sarana dalam mengemban asupan mengenai sejarah. Karna yang perlu kita ketahui bahwasanya Negara yang besar adaahnegarayang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya. Karna itui Sekolah sebagai tameng pendidikan dan sosial di Indonesia, serta menjadi tempat untuk berlangsungnya suatu proses pembelajaran antara pendidik dengan peserta didiknya, selain itu juga berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu langsung terjun aktif dalam kehidupan bermasyarakat, serta meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Upaya pendidikan di sini untuk menuntut segala kekuatan jasmani maupun rohaninya, guna menyokong kemajuan hidup peserta didiknya, agar dapat menjadi anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya untuk mendapatkan kesempurnaan hidup lahir maupun bathin yang menjadi salah satu tujuannya. Jika tujuan tercapai maka akan tereaisasikanlah cita-cita bangsa yang besar itu.

SARAN

Upaya meningkatkan kesadaran sejarah generasi muda sebaiknya harus selalu dimaksimalkan karna ini menyangkut keberlangsungan dan kekhasan sejarah yang kita miliki agar tidak tergerus oleh peradaban yang tanpa kita sadari terus berevolusi setiap harinya. Lingkungan dan pendidikan adalah salah satu diantara sekian banyak

cara dalam melestarikan sejarah, seperti adanya pendidikan sejarah ataupun praktek pembelajaran sejarah. Atau seminar-seminar yang tujuannya menambah wawasan mengenai sejarah, melakukan diskusi-diskusi mengenai sejarah. Peran lingkungan orang terdekat juga sangat memberi pengaruh dan perkembangan seseorang dalam memahami serta mengerti betapa berharganya sejarah itu. Jika sesorang sapai pada tahap engerti dan memhami maka otomatis seseorang tidak akan pernah melupakan pentingnya mengingat sejarah. Kita harus selalu menjadikan sejarah sebagai acuan kita dalam bertindak dimasa yang akan datang maka dari itu semua elemen harus berkontribusi penuh terhadap keberlangsungan atau keaslian sejarah.

REFERENSI

Alfian, M. (2011). Pendidikan Sejarah dan Permasalahan Yang Dihadapi. Jurnal Ilmiah Kependidikan Khazanah Pendidikan, 3(2).

Aman. (2011). Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak. Hasan, S.H. (1996). Pandangan Dasar Mengenai Kurikulum Pendidikan Sejarah.

Pidato Pengukuhan Guru Besar.

Hasan, S.H. (2012). Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter. Paramita, 22(1), 81-95.

Hariyono. (1995). Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta : Pustaka Jaya Latief, J.A. (2006). Manusia, Filsafat, dan Sejarah. Jakarta : Bumi Aksara.

Nash, G. B., et al.. (1996). National Standards for History: Basic Edition. Los Angeles: National Center for History in the Schools.

Widja, I. G. (2002). Menuju Wajah Baru Pendidikan Sejarah. Yogyakarta : Lappera Pustaka Utama.

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR SEJARAH DI ERA