Bagaimana sistem tingkatan pendidikan di Indonesia yang diterapkan pada masa kolonial Belanda?

1) pendidikan dasar a) ELS (Europese legerschool) dan HIS ( holandschool), untuk keturunan indonesia asli golongan atas. merupakan sekolah kelas satu. b) sekolah kelas dua, untuk golongan indonesia asli kelas bawah.2) pendidikan tingkat menengah a) HBS (Hogere Burger School), MULO (Meer Uitegbreit Ondewijs) dan AMS (Algemene Middelvare School). b) sekolah kejuruan, seperti Kweekschoolen (guru pribumi) dan Normaal School.3) pendidikan tinggi a) Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk Intituut Voor Hoger Technisch Ondewijs Nederlandsch Indie). b) Sekolah Tinggi Hukum (Rechtschool). c) sekolah Tinggi Kedokteran, berkembang sejak dari nama Sekolah Dokter Jawa, STOVIA, NIAS dan GHS (Geeneeskundige Hoogeschool).

d) sekolah pelatihan untuk kepala atau pejabat pribumi, Hoofdenscholen, OSVIA (Opleidingsscholen Voor Inlansche Ambtenaren)

Bagaimana sistem tingkatan pendidikan di Indonesia yang diterapkan pada masa kolonial Belanda?

Putri Puspita

Pendidikan di masa penjajahan.

Bobo.id - Rakyat Indonesia begitu semangat untuk memperoleh pendidikan sejak zaman dahulu.

Semangat ini bisa kita lihat dari R.A. Kartini yang suka membaca dan menulis, serta memperjuangkaan hak pendidikan untuk wanita.

Lalu Ki Hajar Dewantara yang mendirikan sekolah untuk Taman Siswa untuk masyarakat.

Bisa dibilang, sekolah dan pendidikan di Indonesia cukup banyak dipengaruhi oleh masa penjajahan yang berlangsung.

Dulunya, sekolah hanya untuk kaum bangsawan, tetapi lambat laun berubah menjadi sekolah untuk semua.

Zaman Pendudukan Belanda

Memasuki abad ke 16, bangsa Portugis datang ke Indonesia, ternyata mereka juga mendirikan sekolah yang bertujuan memberikan pendidikan baca, tulis, dan hitung sekaligus mempermudah penyebaran agama katolik.

Ketika Belanda memasuki Indonesia, kegiatan sekolah oleh Portugis ini berhenti, digantikan dengan sekolah yang dirintis oleh Belanda, masih dengan basis keagamaan.

Baca Juga: Perbedaan Pendidikan Indonesia di Masa Penjajahan Belanda dan Jepang

Ambon menjadi tempat yang pertama dipilih oleh Belanda dan setiap tahunnya, beberapa penduduk Ambon dikirim ke Belanda untuk dididik menjadi guru.

Ketika Indonesia memasuki tahun 1627, telah terdapat 16 sekolah yang memberikan pendidikan kepada sekitar 1300 siswa.

Tidak berhenti sampai di Ambon, Belanda memperluas pendidikan di pulau Jawa dengan mendirikan sekolah di Jakarta pada tahun 1617.

Memasuki abad ke 19, Belanda mendirikan 20 sekolah untuk penduduk Indonesia di setiap ibukota keresidenan karena pada masa diberlakukannya Tanam Paksa tahun itu, Van den Bosch membutuhkan banyak tenaga ahli.

Namun, saat itu pelajar hanya boleh berasal dari kalangan bangsawan.

Ketika era tanam paksa berakhir dan memasuki masa politik etis, beberapa sekolah Belanda mulai menerima pelajar dari berbagai kalangan yang kemudian berkembang menjadi bernama Sekolah Rakjat.

Pada akhir era abad ke 19 dan awal abad ke 20, Belanda memperkenalkan sistem pendidikan formal yang lebih terstruktur pada rakyat Indonesia, yaitu:

1. ELS (Europeesche Lagere School) – Sekolah dasar bagi orang eropa.

2. HIS (Hollandsch-Inlandsche School) – Sekolah dasar bagi pribumi.

3. MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) – Sekolah menengah.

4. AMS (Algeme(e)ne Middelbare School) – Sekolah atas.

5. HBS (Hogere Burger School) – Pra-Universitas.

BACA JUGA: Pengamen di Kota Ini Harus Punya Ijazah Pendidikan Musik

Tidak berhenti sampai disana, Belanda juga mendirikan sejumlah perguruan tinggi di Pulau Jawa pada abad ke-20.

Tujuannya saat itu adalah Belanda ingin memperdalam pendidikan di Indonesia.

Beberapa perguruan tinggi yang didirikan, yaitu:

1. School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) – Sekolah kedokteran di Batavia.

2. Nederland-Indische Artsen School (NIAS) – Sekolah kedokteran di Surabaya.

3. Rechts Hoge School – Sekolah hukum di Batavia.

4. De Technische Hoges School (THS) – Sekolah teknik di Bandung.

Zaman Pendudukan Jepang

Ketika Belanda menyerah pada Jepang di Kalijati, Subang, sistem pendidikan di Indonesia pun diambil alih oleh Jepang.

Bedanya, Jepang membuka sekolah ini untuk seluruh kalangan masyarakat, bukan hanya bangsawan.

Jepang menyediakan sekolah rakyat (Kokumin Gakko) sebagai pendidikan dasar, sekolah menengah sebagai pendidikan menengah, dan sekolah kejuruan bagi guru.

Jika pada masa penjajahan Belanda, bahasa utama yang digunakan adalah Bahasa Belanda, maka saat masa pendudukan Jepang berubah  menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa utama diikuti bahasa Jepang sebagai bahasa kedua.

Selain itu, Jepang juga banyak menanamkan ideologi mental kebangsaan dengan memberlakukan tradisi seperti menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, senam bersama menggunakan lagu Jepang (taiso), mengibarkan bendera, dan penghormatan terhadap kaisar.

BACA JUGA: Manfaat Mendengarkan Musik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Jumat, 16 Agustus 2019 16:32 WIB

Bagaimana sistem tingkatan pendidikan di Indonesia yang diterapkan pada masa kolonial Belanda?
lihat foto
Bagaimana sistem tingkatan pendidikan di Indonesia yang diterapkan pada masa kolonial Belanda?

Bobo.grid.id

Mengenal Nama Sekolah di Masa Kolonial Belanda 

Mengenal Sekolah di Masa Kolonial Belanda

Laporan Reporter Tribunjogja.com, Dwi Latifatul Fajri

TRIBUNJOGJA.COM - Pendidikan di Indonesia sekarang ini semakin berkembang dan merata di berbagai wilayah.

Namun dahulu ketika masa penjajahan Belanda, hanya masyarakat tertentu yang dapat mengenyam pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Pendidikan tinggi didapatkan anak-anak keturunan Belanda atau masyarakat pribumi dari kelas bangsawan.

Kemudian, banyak tokoh pendidikan di Indonesia memperjuangkan hak warga Indonesia untuk mendapatkan pendidikan.

Akhirnya, Belanda mengizinkan dan mendirikan sekolah umum untuk penduduk Indonesia.

Berikut beberapa sekolah di era kolonial Belanda, dikutip dari Bobo.id :

1. Eurospeesch Lagere School (ELS)

Eurospeesch Lagere School (ELS) ini setara dengan tingkat sekolah dasar.

Siswa yang bisa bersekolah disini adalah keturunan Belanda, Eropa, dan anak-anak dari bangsawan pribumi.

Sekolah ini ditempuh selama tujuh tahun. ELS ini berdiri tahun 1817, menggunakan bahasa Belanda untuk materi pembelajaran.

Awalnya ELS untuk keturunan Belanda saja, namun tahun 1903 rakyat prbumi dapat bersekolah di ELS.

2. Hollandsch Chineesche School (HCS)

Berdiri tahu 1908 oleh pemerintah Belanda, HCS adalah sekolah dasar untuk keturunan Tionghoa di Indonesia.

Sama seperti ELS, pendidikan ditempuh selama tujuh tahun dan memakai bahasa Belanda.

3. Hollandsch Inlandsche School (HIS)

HIS adalah sekolah dasar yang berdiri tahun 1914. Materi yang dipelajari menggunakan bahasa Belanda.

Sekolah ini ditujukan untuk pribumi keturunan bangsawan dan tokoh terkemuka.

Hollandsch Inlandsche School (HIS) juga merupakan sekolah dasar yang ditempuh dalam waktu tujuh tahun.

4. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)

Sekolah ini setara dengan sekolah menengah pertama (SMP).

Pendidikan ditempuh selama tiga tahun.

Anak-anak lulusan ELS yang bersekolah di sini bisa menempuh pendidikan selama tiga tahun.

Sementara sekolah lain belajar selama empat tahun.

5. Algemeene Middelbare School (AMS)

AMS seperti sekolah menengah atas atau SMA.

Di Algemeene Middelbare School (AMS), siswanya belajar selama tiga tahun.

• 4 Pahlawan Indonesia yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Luar Negeri

6. Hoogere Burgerschool (HBS)

Sekolah HBS setara dengan sekolah setingkat SMP. Murid di sekolah ini berasal dari orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan rakyat Indonesia yang terpandang.

Sekolah ini ditempuh selama lima tahun. Menghabiskan waktu lebih sedikit dari sekolah MULO dan AMS setelah menjalani pendidikan di sekolah dasar.

7. Schakel School

Sekolah ini dibuat untuk pribumi di daerah.

Menggunakan bahasa pengantar Belanda, lulusan ini disamakan dengan lulusan HIS.

Sebelum sekolah disini, pribumi harus menempuh sekolah rakyat tingkat desa selama 2 sampai 3 tahun. Kemudian di Schakel School masyarakat melanjutkan sekolah selama lima tahun.

8. School Tot Opleiding Van Inlansche Artsen (STOVIA)

STOVIA merupakan sekolah pendidikan dokter yang diperuntukkan rakyat Indonesia. Dokter Wahidin Soedirohoesodo pernah bersekolah di STOVIA.

Semua calon dokter yang bersekolah di Stovia harus tinggal di asrama dan memakai pakaian adat masing-masing daerah.

(Tribunjogja.com | Dwi Latifatul Fajri)