Bagaimana evaluasi proses belajar IPA di SD baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor

EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA BAB I EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA A. Latar Belakang Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru disebutkan bahwa kompetensi pedagogik untuk guru SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat, meliputi kemampuan antara lain pemahaman tentang peserta didik secara mendalam, penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyebutkan bahwa penilaian (evaluasi) bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, untuk keperluan perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa, dan untuk memperoleh umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar perlu dirancang proses pembelajarannya, diimplementasikan menggunakan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran, menggunakan media yang relevan dengan pembelajaran, serta mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. B. Masalah dan Pembatasan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas, pokok permasalahan yang akan penulis bahas adalah evaluasi proses dan hasil belajar IPA. Untuk membahas permasalahan tersebut, penulis membatasi pada: a. Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Evaluasi Pendidikan di SD b. Evaluasi Proses Belajar IPA di SD c. Evaluasi Hasil Belajar IPA di SD BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Evaluasi Pendidikan di SD Pendidikan memiliki arti yang lebih luas daripada pengajaran (Ki Hajar Dewantara dalam Sapriati, 2014:7.3). Menurut Ki hajar, pendidikan adalah peningkatan kemampuan yang diperoleh peserta didik tidak hanya dari guru selama belajar tetapi juga dari apa dan siapa saja (lingkungan) selama peserta didik dalam keadaan bangun. Pada tahun 1935, beliau menyatakan bahwa pendidikan/pengajaran bertujuan mengembangkan cipta, rasa, dan karsa peserta didik. B.S. Bloom pada tahun 1956, menjabarkan tujuan pendidikan seperti itu lebih rinci yang terkenal dengan Taksonomi Tujuan Pendidikan, yaitu: a. Ranah kognitif (ranah proses berpikir) b. Ranah afektif (ranah sikap hidup) c. Ranah psikomotor (ranah keterampilan fisik) Jika disejajarkan dengan pendapat Ki Hajar, maka taksonomi Bloom disajikan dalam tabel berikut: Ranah B.S. Bloom Ki Hajar Dewantara Proses Berpikir Kognitif Cipta Sikap Hidup Afektif Rasa Psikomotor Karsa Keterampilan Fisik Penilaian berarti pengukuran keberhasilan seseorang dalam proses maupun keberhasilan pembelajaran. Yang diukur tidak hanya materi yang dikuasai tetapi juga dampak materi itu terhadap jenjang proses berpikir, jenjang pengembangan kepribadian, dan jenjang kemampuan keterampilan. Jenjang setiap ranah dapat dilukiskan sebagai berikut: R. Kognitif (C) C6 Penilaian R. Afektif (A) A5 Menjadi PolaHidup R. Psikomotor (P) P5 Gerak Kompleks C5 Sintesis C4 Analisis C3 Penerapan C2 Pemahaman A4 Mengatur Diri P4 Gerak Mekanik A3 Menghargai P3 Menirukan A2 Menanggapi A1 Menerima P2 Siap Bertindak P1 Persepsi C1 Ingatan Guru dalam proses pembelajaran berupaya memahirkan peserta didik melalui latihan. Pada setiap latihan tersebut penilaian mulai berperan. Artinya, untuk menentukan bahwa peserta didik telah mahir “mengingat” diperlukan penilaian, dan seterusnya. Kemahiran di setiap jenjang dapat diukur dengan alat ukur (tes) untuk mengetahui tingkat kemahiran RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang disusun guru harus tergambar konsep apa yang ingin dikembangkan pada ranah mana dan pada jenjang apa. RPP dipedomani dalam proses belajar mengajar (proses pembelajaran) juga dipedomani dalam evaluasi proses maupun evaluasi hasil pembelajaran. Hubungan RPP dengan proses dan evaluasi digambarkan sebagai berikut: Menurut Tyler bagan tersebut di atas disempurnakan karena menurutnya ada hubungan timbal balik antara ketiga aspek tersebut. Setiap tujuan/indikator pembelajaran memiliki proses pembelajaran tertentu dan mempunyai alat ukur (tes) tertentu. Setelah proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut selesai, perlu diadakan penilaian apakah benar-benar tujuan telah tercapai. Kalau hasilnya baik, berarti proses sudah baik dan tujuan pembelajaran sudah dicapai. Jika sebaliknya, berarti: 1. Proses pembelajaran kurang baik/kurang tepat, dengan demikian guru harus mengulangi proses pembelajaran dengan metode yang tepat. 2. Kemungkinan proses pembelajaran sudah tepat, hasil evaluasi rendah terjadi karena kompetensi terlalu tinggi sebab ada tujuan yang lebih rendah/prasyarat yang harus dikuasai lebih dulu. Proses pembelajaran harus diulangi dengan berpedoman pada kompetensi yang lebih rendah. Proses penyempurnaan hasil evaluasi atau proses peningkatan daya serap disebut EVALUASI PROSES atau EVALUASI FORMATIF. Sebaiknya evaluasi proses dilakukan tertulis agar semua peserta mendapat kesempatan yang sama mengemukakan jawaban. Untuk kepentingan tertentu, evaluasi dapat juga dilakukan dengan lisan terutama guru yang telah mengetahui pemetaan kemampuan siswanya. Tingkat penguasaan hasil peserta didik akan lebih akurat jika tes hasil belajar sering dilakukan. Pada ulangan harian, Intan dapat menjawab 3 dari 5 pertanyaan tes uraian tetapi pada ulangan harian sebelumnya Intan hanya dapat mengerjakan dua dari lima butir soal yang disediakan. - Pertanyaan yang diberikan kepada Intan adalah contoh alat ukur untuk mengukur hasil belajar Intan. Alat ukur itu mengacu pada pengertian tes. - Keberhasilan Intan menjawab benar 3 dari 5 pertanyaan merupakan hasil pengukuran. Penggunaan alat ukur yang menghasilkan angka-angka ini mengacu pada pengertian pengukuran. - Membandingkan hasil ulangan harian pertama dan kedua, mengacu pada pengertian assesmen. - Pernyataan tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan mengacu pada pengertian evaluasi. Tes merupakan alat ukur untuk memperoleh nformasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban benar atau salah. Yang termasuk kelompok tes adalah tes objektif dan tes uraian. Yang termasuk kelompok bukan tes (nontes) antara lain pedoman pengamatan, skala rating,s kala sikap, dan pedoman wawancara. Pengukuran adalah kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur. Penentuan angka ini merupakan suatu upaya penggambaran karakteristik suatu objek. Assesmen adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswayang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Tagihan yang digunakan dalam assesmen antara lain: kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir semester, laporan kerja, dan lain-lain. Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (assesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evaluasi bertujuan untuk meingkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Prinsip-prinsip Penilaian a. Berorientasi pada pencapaian kompetensi b. Valid artinya mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk itu diperlukan alat ukur yang menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliabel. c. Adil artinya adil bagi seluruh siswa. Setiap siswa memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama d. Objektif artinya tidak boleh terpengaruhi unsur subjektivitas penilai agar pelaksnaan, penskoran, dan pengambilan keputusan tidak merugikan siswa. e. Berkesinambungan artinya terencana, bertahap, teratur, terus-menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. f. Menyeluruh, berarti penilaian yang dilakukan mampu menilai keseluruhan kompetensi yang terdapat dalam kurikulum yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. g. Terbuka, kriteria penilaian terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Bermakna, hasil penilaian bermakna bagi siswadan pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian dapat memberikan gambaran mengenaitingkt pencapaian hasil belajar siswa, keunggulan dan kelemahan siswa, minat,serta otensi siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. B. Evaluasi Proses Belajar IPA di SD 1. Tujuan Mata Pelajaran IPA di SD Dalam KTSP, tujuan tercantum tujuan mata pelajaran IPA di SD: 1. Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. 2. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitarnya. 3. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar. 4. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka kritis, mawas diri, bertangung jawab, bekerja sama, dan mandiri. 5. Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 6. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan masalh yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 7. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga mempunyai kesadaran dan kegunaan terhadap Tuhan yang maha Esa. Dikaitkan dengan tujuan pendidikan menurut taksonomi Bloom, nomor 1, 5, dan 6 termasuk ranag kognitif, nomor 3, 4, 7 termasuk ranah afektif, dan tujuan nomor 2 dan 6 termasuk ranah psikomotor. 2. Pengertian Evaluasi Proses Belajar IPA Evaluasi proses bermaksud untuk mendapatkan informasi sejauh mana kegiatan pebelajaran membawa pengaruh pada peserta didik. Hasil evaluasi proses yang kurang memuaskan berarti terdapat kekurangsempurnaan dalam pebelajaran dan harus diperbaiki segera sehingga hasil evaluasi setelah perbaikan proses menjadi sempurna atau lebih baik daripada hasil evaluasi proses yang pertama. 3. Alat Evaluasi Proses Belajar IPA di SD Alat evaluasi proses pembelajaran IPA yang dperlukan terdiri dari alat evaluasi untuk mengukur kognitif, alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati nurani, dan alat untuk mengukur kemampuan keterampilan. a. Alat evaluasi untuk mengukur kognitif Alat evaluasi untuk mengukur kognitif berupa tes sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes dapat berbentuk objektif atau uraian (esai). Teknik pemberian tes secara tertulis dapat dengan pertanyaan objektif yaitu melengkapi pilihan. Teknik lainnya dengan menyampaikan pertanyaan secara lisan. b. Alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati nurani Penilaian afektif meliputi lima jenjang: A5 Menjadi PolaHidup A4 Mengatur Diri A3 Menghargai A2 Menanggapi A1 Menerima Lebih mudah melatih anak didik untuk menghapal, memahami, menerapkan hukum, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya kognitif daripada melatih anak didik supaya berdisiplin, menghargai pendapat orang lain, tenggang rasa, tepat waktu, mau bekerja sama, dan sebagainya. Latihan ranah afektif dilakukan terus-menerus selama proses pembelajaran agar meningkat menjadi jenjang A5 atau mejadi pola hidup. Contoh yang dilatih adalah disiplin. Guru mengamati dan mengobservasi apakah siswa tepat waktu dalam hal: 1. Datang di kelas/sekolah 2. Membayar uang sekolah 3. Mengikuti upacara benderaMengerjakan pekerjaan rumah 4. 5. 6. 7. 8. Mengerjakan tugas praktikum Mengerjakan kebun sekolah Mengerjakan shalat tepat waktu Menepati janji Mengembalikan pinjaman pada waktu yang dijanjikan. Alat yang digunakan untuk menentukan adanya perubahan selama pelatihan adalah melalui observasi. c. Alat evaluasi yang akan mengukur keterampilan Jenis keterampilan yang harus dikembangkan dalam IPA 1) Keterampilan menggunakan tangan - Cara memegang gelas beker, seperti memegang gelas biasa namun harus terampil menuangkan isi yang harus dipindahkan ke tempat lain melalui “bibir” gelas yang sudah didesain untuk itu. - Cara memegang termometer, menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, tempat memegangnya di tengah termometer. Juga dilatih bagaimana mengukur menggunakan termometer. Hal ini perlu dilakukan terus-menerus dan perlu bimbingan. 2) Keterampilan menggunakan indera penglihat Observasi atau pengamatan adalah kegiatan yang sering dilakukan dalam proses pembelajaran IPA. Percobaan mengukur suhu air yang baru saja dipanaskan menggunakan termometer, si pembaca harus meletakkan matanya sama tinggi dengan permukaan air raksa termometer agar tidak keliru membaca skala. 3) Keterampilan menggunakan indera pengecap Yang dilatihkan di SD adalah mengecap rasa manis, pahit, dan asam pada bagian tertentu dari lidah. 4) Keterampilan menggunakan indera pencium Merasakan bau dalam proses pendidikan IPA di SD lebih banyak dilatihkan daripada mengecap rasa. Contoh: a) mengenali bau cuka di dapur, b) bau tape dibandingkan dengan bau cuka, c) mengenal bau belerang, d) bau gas pada tukang las karbit, e) bau di tempat pembuangan sampah,dan sebagainya. 4. Cara Menyusun Alat Evaluasi Proses Pembelajaran IPA a. Ranah Kognitif Untuk mengetahui kemampuan kognitif guru dapat bertanya secara lisan maupun dalam bentuk tertulis misalya dengan menggunakan tes objektifmisalnya pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. Contoh soal: Gas yang paling banyak volumenya di udara adalah .... A. Hidrogen B. Helium C. Oksigen D. Nitrogen Butir soal di atas masih mengukur C1. Untuk mengukur kemampuan C2 (memahami) guru dapat membuat pertanyaan : - Jelaskan mengapa perbandingan volume oksigen dengan volume nitrogen di udara selalu tetap, walaupun udara tersebut diambil dari tempat A maupun dari tempat B! Jika diubah dalam bentuk objektif: Perbandingan volume oksigen dan volum nitrogen di udara yang diambil dari berbagai tempat akan selalu sama karena .... A. Udara merupakan campuran dari berbagai jenis gas B. Adanya angin yang selalu bergerak, campuran dalam gas dalam udara menjadi homogen C. Proses fotosintesis menyebabkan volume oksigen di udara menjadi tetap D. Bernapas artinya mengambil oksigen dari udara, sedangkan fotosintesismengeluarkan oksigen ke udara b. Ranah Psikomotor Percobaan menentukan volume oksigen di udara mengembangkan keterampilan: menelungkupkan gelas pada lilin yang sedang terbakar dan terapung di atas air dan keterampilan lain. Guru mengamati menggunakan lembar observasi misalnya sebagai berikut: Lembar Observasi Menentukan Volume Oksigen di Udara Kualitas kegiaatn (beri tanda check) No Kegiatan yang Dilatihkan Baik Sekali 1 Memilih alat dan bahan yang sesuai 2 Cara menyalakan lilin 3 Cara meletakkan batang penyangga 4 Cara menuangkan air di bejana 5 Cara menelungkupkan gelas kosong di atas lilin 6 Cara memberi tanda permukaan air sebelum Baik Kurang Baik Sangat kurang baik percobaan 7 Cara memberi tanda permukaan air sesudah percobaan 8 Membersihkan alat yang sudah digunakan 9 Menyimpan alat dan bahan yang sudah digunakan c. Ranah Afektif Adanya kerja kelompok dalam percobaan telah membuahkan sifat tenggang rasa yang makin tinggi dapat dicatat melalui pengamatan. Indikator tenggang rasa misalnya: a. Tidak memaksakan kehendak sendiri b. Mau menerima pendapat orag lain c. Tidak mudah tersinggung d. Kesediaan menjalin persahabatan tanpa pamrih Contoh Format Observasi: Format Observasi: Kualitas Kepribadian Kualitas kegiaatn (beri tanda check) No Kegiatan yang Dilatihkan Baik Sekali Baik Kurang Sangat Baik kurang baik Tenggang rasa/toleransi C. 1 Tidak memaksakan kehendak sendiri 2 Mau menerima pendapat orang lain 3 Tidak mudah tersinggung 4 Bersedia menjalin persahabatan tanpa pamrih Evaluasi Hasil Belajar IPA di SD Untuk dapat mengkur kemampuan berpikir (kognitif, C), kemampuan keterampilan (psikomotor, P), dan kualitas kepribadian (afektif, A) diperlukan alat ukur (tes) yang dapat dipercaya, yaitu alat tes yang memiliki: a) validitas (ketepatan, kesahihan) yang tinggi, b) keseimbangan kesesuaian materi yang dipelajari, c) adaya pembeda yang minimal cukup, d) objektivitasnya tinggi, dan e) reliabilitas (ketetapan) yang tinggi. 1. Tes Evaluasi Belajar IPA di SD Ranah Kognitif Tes hasil belajar yang baik memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Penulisan konstruksi soal melengkapi kalimat, di akhir kalimat diberi empat titik. b. Pilihan aternatif pada butir soal objektif berebntuk pilihan ganda hendaknya homogen. c. Setiap butir soal tidak tergantung dengan soal lain, artinya setiap butir soal mengukur konsep yang beridiri sendiri d. Memperhatikan efisiensi kalimat, jangan mengunakan kata yang sama pada pilihan jawaban. e. Mempertimbangkan situasi dan kondisi untk memilih cara pelaksanaan secara lisan atau tertulis, namun sebagiknya dilaksanakan tertulis jika butir yang ditanyakan cukup banyak. 2. Evaluasi Belajar IPA di SD Ranah Psikomotor Keterampilan peserta didik menggunakan dan merancang alat-alat IPA hanya diperoleh dari guru IPA. Hasil belajar keterampilan melalui IPAdapat diketahui melalui observasi cara merancang dan melaksanakan kegiatan. Alat ujinya adalah pedoman observasi. Kualitas keterampilan berupa pernyataan baik sekali, baik, kurang baik, dan kuang kualitas keterampilannya, diubah menjadi angka 1, 2, 3, dan 4. Skor tertinggi adalah banyaknya butir jenis keterampilan/indiator dikalikan 4. Contoh sebagai berikut: Lembar Observasi Jenis Kegiatan: Memindahan cairan dari satu bejana ke bejana Kualitas kegiaatn (beri tanda check) No Kegiatan yang Dilatihkan Baik Sekali (4) 1 Cara memegang kedua bejana 2 Ketelitian menuangkan 3 Kecepatan mengerjakan tugas 4 Hasil akhir Baik (3) Kurang Sangat Baik kurang baik (2) (1) Nilai Keterampilan IPA sebagai berikut: NA = x 100 Nlai Akhir IPA (Teori dan Praktek) a. Bobot Praktek Sama dengan Bobot Teori NA = b. Bobot Praktek berbanding teori 1 : 3 NA = (¼ x Nilai Praktek) + (¾ xNilai Teori) 3. Nilai Hasil Pembelajaran IPA di SD Ranah Afektif Upaya peningkatan kualitas kepribadian menjadi tanggung jawab semua guru. Jika dilakukan dengan cara observasi dapat memakan waktu lama.menyiasati hal itu, digunakanlah angket dalam bentuk “Skala Likert” yakni skala sikap berupa pernyataan posiitf maupun negatif terhadap suatu hal dan siswa dminta pendpatnya: setuju sekali, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Penyekoran pada skala sikap, jika pernyataan setuju, pilihan jawaban setuju sekali, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju diberi skor 4,3,2,1. Jika pernyataan negatif skor dibalikkan menjadi 1,2,3,4. Pada waktu merakit naskah selalu diupayakan pernyataan yang positif diselang-seling dengan pernyataan negatif. Contoh skala sikap: Sikap yang diukur misalnya “tenggan rasa” Pilihan Jawaban Pernyataan Sangat Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Tidak Setuju Saya lebih senang berteman dengan siswa yang pandai Perkawinan antarsuku perlu digalakkan Pangukuran hasil pembinaan peningkatan kualitas kepribadian ini dilakukan satu kali dalam satu periode. BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengukuran berarti pengukuran keberhasilan seseorang dalam proses maupun keberhasilan pembelajaran yang mengukur penguasaan materi dan dampaknya terhadap jenjang proses berpikir, jenjang pengembangan kepribadian, dan jenjang keterampilan menggunakan alat ukur berupa tes. 2. Evaluasi proses adalah pelaksanaan pengukuran yang bertujuan untu mengetahui apakah tujuan pmbelajaran telah tercapai. Evaluasi proses sebaiknya dilakukan secara tertulis agar semua peserta mendapat kesempatan yang sama mengemukakan pendapatnya. Hasilnya akan akurat jika dilakukan lebih sering. 3. Penilaian proses pembelajaran IPAdibagi atas ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian proses yang sifatnya kognitif dilaksanakan dengan lisan atau tertulis dalam bentuk pertanyaan objektif atau esai objektif. Penilaian proses yang sifatnya psikomotor dan afektif dilakukan dengan observasi dan dugunakan untuk menentukan kualitas pembelajaran bukan untuk menentukan nilai peserta didik. 4. Penilaian hasil pembelajaran IPA yang berkenaan dengan kognitif menggunakan tes berbentuk objektif atau tes bentuk uraian. Pengembangan keterampilan di laboratorium adalah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari penilaian kognitif dan menjadi tanggung jawab guru IPA untuk melaksanakannya, teknik mengukurnya dengan observasi. 5. Pengebangan kualitas kepribadian menjadi tanggung jawab semua pihak di sekolah, dilakukan dengan observasi atau dengan angket berupa “Skala Likert” yaitu skala sikap dengan pilihan jawaban: sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Penyekoran pernyataan positif pada pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju adalah 4, 3, 2, 1, sebaliknya penyataan negatif dibalik menjadi 1, 2, 3, 4. Pengukuran hasil pembinaan peningkatan kualitas kepribadian dinilai satu kali dalam satu periode, akhr semester dan akhir tahun. B. Saran Dari kesimpulan di atas, penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Guru perlu mengembangkan alat evaluasi proses pembelajaran pada ketiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotor. Jika hasil yang diperoleh belum sesuai denganstandar yang ditetapkan, guru melakukan upaya perbaikan pmbelajaran. 2. Guru perlu mengembangkan alat evaluasi hasil pembelajaran agar alat ukurnya valid, reliabel, memiliki tingkat kesukaran yang proporsional, efisien, dan lingkup materinya sesuai dengan yang diajarkan. EVALUASI HASIL BELAJAR IPA DI SD Penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa merupakan salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran dapat tercapai. Aspek terpenting yang berkaitan dengan teknik pembelajaran IPA adalah sistem evaluasi yang digunakan. Sistem evaluasi yang dilakukan guru sangat menentukan pola belajar siswa. Jika dalam evaluasi yang ditanyakan hanya hapalan, jangan mengharapkan bahwa siswa akan mempelajari di luar hapalan. Jika guru tak pernah mengevaluasi kemampuan keterampilan proses, wajar mereka enggan atau tak suka mempelajari atau melakukannya. Jika evaluasi pembelajaran IPA selalu berupa soal-soal yang mengutamakan perhitungan matematik, maka wajar mereka tertarik belajar soal-soal dan penyelesaiannya, tanpa belajar memahami konsepnya lebih dulu. Sistem evaluasi yang ada sekarang perlu dikembangkan sesuai dengan teknik pembelajaran yang selaras dengan tujuan pendidikan IPA itu sendiri. Pengembangan pertama yang terpenting adalah bahwa evaluasi pembelajaran IPA tidak cukup hanya mengevaluasi aspek produk IPA yang berupa pemahaman ter-hadap konsep, prinsip, teori, dan hukum IPA saja. Evaluasi pem-belajaran IPA hendaknya mencakup ketiga aspek yang ada pada IPA yaitu produk, proses, dan sikap. Dalam penilaian hasil belajar terdapat beberapa istilah yaitu evaluasi, pengukuran, tes, dan asesmen. Evaluasi yang sering diartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen tes maupun nontes. Tujuannya adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu untuk menjawab pertanyaan bagaimana suatu proses atau hasil suatu program (Nitko, 1996:7). Evaluasi lebih diarahkan pada seberapa jauh sesuatu proses atau suatu hasil seseorang atau program telah dicapai/diperoleh (Zainul, 1993:6). Pengukuran diartikan sebagai prosedur pemberian angka (biasa disebut skor) kepada suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki seseorang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan yang jelas (Zainul & Nasution, 1993:6; Nitko, 1983:5). Pengukuran adalah proses kuantifikasi, hasilnya selalu digambarkan dalam angka-angka (Noll, 1957). Demikian juga halnya dengan pengukuran dalam bidang pendidikan, yang diukur adalah atribut atau karakteristik siswa, misalnya pengetahuannya, keterampilannya dan sikapnya. Tes dapat diidentifikasikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Zainul dan Nasution, 1993:2). Asesmen, Istilah asesmen berasal dari kata assess yang berarti menempatkan sesuatu atau membantu penilaian. Dalam konteks evaluasi, assessment berarti proses pengambilan data dan membuat data tersebut ke dalam suatu bentuk yang dapat diinterprestasikan; keputusan atau pertimbangan dapat dibuat berdasarkan asesmen ini. (Encyclopedia of Education and Evaluation; 1989). Asesmen adalah kegiatan mengevaluasi pendidikan dengan cara mengumpulkan informasi mengenai siswa untuk menentukan strategi pengajaran yang tepat (Wallace & Larsen, 1979). Pengertian lainnya mengenai asesmen adalah suatu istilah yang meliputi semua metode yang dikemas dan digunakan untuk menilai kinerja siswa, baik secara perseorangan maupun secara kelompok. Asesmen merujuk pada penilaian menyeluruh yang meliputi beberapa aspek yang dimiliki siswa, yaitu pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap; atau dapat pula merujuk pada alat ukur yang digunakannya. Alat ukur yang digunakan pada asesmen meliputi berbagai metode atau prosedur, formal maupun informal untuk menghasilkan informasi mengenai siswa, misalnya tes tertulis atau pedoman wawancara (Conner,1997:10). b. Target Pencapaian Hasil Belajar Target pencapaian hasil belajar siswa, menurut Stiggins (1994) meliputi pengetahuan, penalaran, produk, keterampilan, dan afektif. Pembahasan target hasil belajar dibagi atas ranah kognitif yang membahas aspek pengetahuan dan penalaran, ranah afektif, serta ranah keterampilan dan produk. Guru Sebagai Pemegang Otoritas, Guru secara langsung melakukan penilaian untuk mengukur apa yang telah dipelajari siswa dan apa yang dirasakan siswa. Guru adalah pengendali sistem penilaian yang dapat menentukan keefektifan sekolah. Siswa Sebagai Pemegang Kunci, Siswa adalah pengguna yang utama hasil penilaian. Siswa menggunakan hasil penilaian guru mereka untuk menyusun harapan-harapan diri mereka. Mereka menaksir kemungkinan sukses berdasar pada penilaian sebelumnya. Target yang Jelas dan Tepat Kualitas penilaian bergantung pada hal yang pertama dan utama, yakni kejelasan dan ketepatan definisi dari tujuan pencapaian yang akan dinilai. Kita tidak bisa menilai secara efektif jika kita tidak mengetahui dan memahami apa itu nilai keluaran. Ada beraneka macam nilai keluaran dari sistem pendidikan, mulai dari pengetahuan yang sederhana sampai dengan pemecahan masalah yang kompleks. Semua itu penting. Tetapi untuk menilai mereka, kita harus bertanya pada diri kita sendiri: Apakah kita mengetahui dengan baik maksud dari melakukan penilaian? Dan, apa arti „berhasil secara akademis‟ itu? Kita siap untuk menilai ketika kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan jelas dan percaya diri. Penilaian mencakup lima standar mutu yang khas. Dan semua penilaian harus memenuhi lima standar tersebut. Lima standar mutu penilaian adalah sebagai berikut. a) Standar pertama, penilaian muncul dari pencapaian target atau tujuan yang jelas. b) Standar kedua, mempertimbangkan tujuan atas penilaian yang dibuat. c) Standar ketiga, penilaian menggunakan satu metode penilaian yang mampu mencerminkan target yang dihargai. d) Standar keempat, memberi prestasi kepada siswa sewajarnya. e) Standar kelima, mendisain, mengembangkan, dan menggunakan penilaian dengan cara yang diizinkan untuk mengendalikan semua sumber yang dapat menyebabkan penyimpangan. Memperhatikan Dampak Hubungan Antarpribadi Penilaian adalah suatu aktivitas antarpribadi yang sangat kompleks yang hampir selalu disertai oleh pribadi yang terdahulu dan konsekuensi- konsekuensi pribadi. Ketika kita membiarkan para siswa kita untuk ditaksir, kita mengungkapkan kepada mereka kemungkinan manfaat dan keburukannya terhadap pribadinya dan nilai akademisnya. Penilaian menghubungkan para siswa agar terus-menerus memunculkan konsep diri pribadi dan akademis. Menurut Messick (1989), para siswa lebih merasa terkendali ketika mereka mengetahui bagaimana caranya berhasil, dan merasakan mereka dapat mempengaruhi masa depan mereka sendiri. Mereka kehilangan kontrol ketika mereka tidak memahami arti dari sukses atau gagal. Jadi, penilaian dapat menjaga perasaan mereka menjadi terkendali. Dengan demikian, kita harus selalu mengejar penilaian yang berkualitas tinggi, komunikasikan hasil penilaian dengan cara sensitif dan pribadi, dan hasil penilaian disiapkan agar dapat memberikan dukungan kepada para siswa yang prestasinya rendah. Metode-Metode Dasar dalam Pengevaluasian Berdasarkan target-target pencapaian hasil belajar yang dapat digunakan untuk menilai target-target hasil belajar yang diharapkan dari siswa tersebut, di antaranya adalah respon pilihan, esai, asesmen kinerja, komunikasi personal, dan portofolio. a. Respon pilihan Respon pilihan termasuk ke dalam jenis tes obyektif. Tes obyektif artinya hanya ada satu jawaban yang benar. Siswa diberi sejumlah pertanyaan, yang masing-masing disertai dengan jawaban pilihan. Kemudian siswa diminta untuk memberikan jawaban yang benar atau jawaban yang paling tepat dari pilihan. Respon pilihan dapat berupa soal benar-salah, pilihan ganda, dan mencocokkan. b. Esai Esai termasuk ke dalam tipe pertanyaan subyektif. Di dalam pertanyaan esai, siswa bebas untuk memilih, membingkai, dan memberikan buah pikiran mereka dengan cara mereka sendiri. Pertanyaan esai biasanya berupa kalimat prosa atau risalah pendek. c. Penilaian kinerja Penilaian kinerja dilandaskan pada pengamatan selama proses peragaan kemampuan atau pada evaluasi penciptaan produk. Hasil penilaian kinerja ditunjukkan dengan kualitas proses dan produk yang dihasilkan. d. Komunikasi personal Salah satu cara yang lazim digunakan dalam melakukan penilaian seorang siswa adalah dengan cara berbicara dengan mereka. Bentuk komunikasi personal seorang siswa dapat menghadirkan penilaian tentang prestasi siswa itu. Bentuk-bentuk penilaian komunikasi pribadi siswa ini termasuk di dalamnya adalah pertanyaan dan jawaban selama berlangsungnya pengajaran, wawancara, konferensi, percakapan, dan mendengarkan selama diskusi kelas, percakapan dengan orang lain (guru lain dan orang tua) tentang prestasi siswa, dan ujian lisan. Penilaian komunikasi personal adalah penilaian yang terlihat menonjol dalam penilaian kelas. Portofolio, Selain metode-metode penilaian di atas, ada juga penilaian yang digunakan dari portofolio. Penilaian Ranah Kognitif, Untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dapat menggunakan berbagai tipe tes. Dalam bagian ini, Anda akan mempelajari bagaimana cara-cara mengkonstruksi butir soal terutama soal esai dan pilihan ganda. Uraian pada bagian ini diharapkan tidak saja akan membekali Anda mengenai pengetahuan konstruksi soal tetapi diharapkan mampu menyusun butir soal sendiri sehingga Anda memiliki keterampilan dalam pengkonstruksian butir soal. Klasifikasi Ranah Kognitif dan Tujuan Belajar Prinsip atau dasar pertama dalam mengkonstruksi butir soal adalah harus dapat mengukur apa yang telah dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Prinsip ini tentunya harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ada dalam setiap kegiatan pembelajaran. Untuk keperluan ini Anda harus sudah memahami cara-cara merumuskan tujuan pembelajaran baik yang merujuk pada taksonomi tujuan pendidikan menurut Bloom atau Mager atau yang lainnya. Bloom mengklasifikasikan unjuk perbuatan kognitif ke dalam enam tataran perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Model Evaluasi Pembelajaran IPA Penilaian unjuk kerja Merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu seperti praktek di laboratorium. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak). Penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. Penilaian secara tertulis Dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu 1) soal dengan memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan); 2) Soal dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi,uraian terbatas,uraian obyektif/non obyektif, dan uraian terstruktur/nonterstruktur). Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Siswa mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan katakatanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas. Penilaian proyek Merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu secara Penilaian produk Adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Penilaian portofolio Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleg guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.

Penilaian diri Adalah suatu teknik penilaian di mana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: siswa diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, siswa dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.