Magelang, NU Online Show
DESKJABAR – Beginilah kehidupan di alam kubur yang sebenarnya, benarkah orang meninggal bisa melihat akhirat dan kehidupan di dunia yang masih berjalan? Kehidupan alam kubur masih menjadi misteri dan rahasia Allah SWT hingga detik ini. Sang Khalik menutup rapat kehidupan alam kubur dari penglihatan jin maupun manusia. Kendati demikian, kehidupan alam kubur senantiasa mengusik rasa ingin tahu setiap kita sebagai makhluk hidup. Karena mati, adalah sebuah kepastian yang akan menghampiri setiap yang bernyawa. Baca Juga: Rekrutmen Pegawai BPJS Kesehatan 2022, Berikut Persyaratan dan Link Informasi Lengkapnya Bagaimanakah kehidupan alam kubur sebenarnya? Benarkah orang yang sudah meninggal masih bisa melihat kehidupan di dunia yang masih berjalan? Melansir dari mui.or.id “Seperti Apa Kehidupan di Alam Barzah? Ini Penjelasannya”, 21 Juli 2021, diterangkan mengenai hal ini. Kehidupan alam kubur atau setelah kematian memang kerap menimbulkan rasa ingin tahu kita. Sebab, setiap manusia pasti akan memasuki kehidupan di alam barzah tersebut. Apakah orang yang sudah meninggal masih mempunyai perasaan? Misalnya: melihat, mendengar, merasakan sakit. Apakah ada dalilnya? Mohon penjelasannya, syukron sebelumnya. Jawab: Bismillah wal hamdulillah wa alshalatu wa al salam ala Rasulillah, Amma ba’du: Salah satu buktinya adalah dua orang atau lebih yang berdekatan di alam barzakh dan berdampingan kuburannya, bisa jadi salah seorang di antaranya merasakan kenikmatan alam barzakh yang tidak dinikmati orang yang tepat berada disampingnya. Sebaliknya orang yang ada di sampingnya boleh jadi sedang merasakan dahsyatnya siksaan azab kubur dan sama sekali tidak dirasakan oleh tetangganya. Yang lebih mengherankan, seandainya tanah kuburannya disentuh, dipegang atau diinjak oleh orang yang masih hidup maka ia tidak akan merasakan apa-apa, padahal orang yang ada di baliknya sedang merasakan dahsyatnya azab kubur. Hal itu karena alam orang yang telah meninggal sudah berbeda dengan orang masih hidup di dunia ini. Realitasnya manusia mengalami beberapa alam yang berbeda antara satu dengan lainnya. Sebelum hidup di dunia ini manusia berada di alam ketiadaan dan belum di sebut-sebut. Allah berfirman: {هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا} [الإنسان: 1] “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”. (QS. Al-Insan: 1). Setelah Allah menciptanya di dunia, mereka berada di alam rahim yang kondisinya tidak sepenuhnya sama dengan kehidupan dunia, lalu mereka hidup di dunia yang berbeda dengan alam sebelum dan sesudahnya. Selanjutnya ia akan beralih ke alam barzakh yang juga berbeda dengan alam sebelum dan sesudahnya. Dan terakhir nanti akan memasuki alam akhirat yang tidak sama dengan alam sebelumnya. Setiap alam tersebut memiliki kondisi dan hukum-hukum yang berbeda antara satu dengan lainnya. Sehingga kehidupan di suatu alam yang masih bersifat gaib bagi yang belum merasakannya tidak dapat disamakan dengan kehidupan di alam lainnya kecuali jika terdapat dalil berupa ayat atau hadits shahih yang menjelaskannya. Jawabannya; Iya, manusia masih memiliki perasaan, mereka dapat melihat, mendengar dan merasa sakit. Meski perasaan tersebut atau kemampuan mendengar dan lain-lain tidak dapat dipastikan bahwa hal itu dapat berlangsung terus-menerus. Yang pasti, dalam beberapa kondisi tertentu mereka dapat mendengar dan merasakan sesuatu di sekitarnya. Hal itu dapat dipahami dari beberapa hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam, antara lain: »إِنَّ الْعَبْدَ، إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ، وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ، إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ« Seorang hamba, jika ia telah diletakkan di kuburnya, dan para pengantarnya berpaling meninggalkannya, maka ia mendengarkan suara sandal atau alas kaki mereka”. (HR. Bukhari-Muslim). Hadits ini menjadi salah satu bukti bahwa mereka memiliki perasaan dan mendengarkan suara. 2. Kisah orang-orang kafir Quraisy yang terbunuh dalam perang Badar, yang ditanya oleh Nabi setelah tiga hari mereka meninggal; “apakah kalian juga telah merasakan apa yang dijanjikan Allah dan Rasulnya? Karena sesungguhnya Aku telah merasakan janji Tuhanku. Mendengar pertanyaan Nabi tersebut, Umar bin Khatthab bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana mungkin Engkau berbicara kepada jasad-jasad yang tidak lagi memiliki roh? Rasulullah menjawab: »مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُولُ مِنْهُمْ، غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيعُونَ أَنْ يَرُدُّوا عَلَيَّ شَيْئًا« “Kalian tidak lebih mendengar dari apa yang Aku katakan daripada mereka, hanya saja mereka tidak dapat membalas pertanyaan Aku”. (HR. Muslim). 3. Teks do’a ziarah kubur yang diajarkan oleh Nabi. Yaitu: »السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ، مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاَحِقُونَ، وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتأْخِرِينَ، أَسْاَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ« “Semoga kesejahteraan senantiasa tercurah untukmu, wahai para penghuni kubur dari orang-orang mukmin dan muslim, dan sesungguhnya kami pun akan menyusul kalian insya Allah. Semoga Allah merahmati orang yang mendahului di antara kita dan yang akan menyusul kemudian. Aku memohon keselamatan kepada Allah untuk diri kami dan diri kalian.” Teks do’a ini mengunakan uslub khithab/penyampaian kepada penghuni kubur, “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ” (Semoga kesejahteraan senantiasa tercurah untukmu) dan “وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ” (dan sesungguhnya kami pun akan menyusul kalian insya Allah). Uslub ini menunjukkan bahwa mereka mendengarkan, karena jika seandainya mereka tidak mendengar salam dan do’a orang yang berziarah maka khithab ini akan menjadi sia-sia atau menjadi seperti khitab kepada sesuatu yang tidak ada. Tentu hal seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh orang berakal dan mustahil diajarkan oleh Nabi. 4. Dalam kitab “al-Ruh” karya Ibnul Qayyim, permasalahan pertama yang dibahas oleh penulis adalah apakah orang-orang yang telah meninggal mengenal orang yang berziarah dan memberi salam kepadanya? Lalu beliau menukil pernyataan Imam Ibnu Abdil Barr bahwa terdapat hadits shahih dari Nabi yang menyatakan: »مَا من مُسلم يمر على قبر أَخِيه كَانَ يعرفهُ فِي الدُّنْيَا فَيسلم عَلَيْهِ إِلَّا رد الله عَلَيْهِ روحه حَتَّى يرد عَلَيْهِ السَّلَام« “Tidaklah seorang muslim melewati kuburan saudaranya sesama muslim yang dikenalnya di dunia, lalu ia memberi salam kepadanya kecuali Allah mengembalikan rohnya kepadanya agar ia dapat menjawab salamnya”. Lalu beliau menegaskan bahwa hal ini merupakan dalil yang tegas bahwa ia mengenal dan menjawab salamnya. (Lihat: al-Ruh, hal. 5). 5. Wasiat Amru bin ‘Ash sebelum wafat yang diriwayatkan oleh Imam muslim. Beliau berwasiat antara lain: فَإِذَا أَنَا مُتُّ فَلَا تَصْحَبْنِي نَائِحَةٌ، وَلَا نَارٌ، فَإِذَا دَفَنْتُمُونِي فَشُنُّوا عَلَيَّ التُّرَابَ شَنًّا، ثُمَّ أَقِيمُوا حَوْلَ قَبْرِي قَدْرَ مَا تُنْحَرُ جَزُورٌ وَيُقْسَمُ لَحْمُهَا، حَتَّى أَسْتَأْنِسَ بِكُمْ، وَأَنْظُرَ مَاذَا أُرَاجِعُ بِهِ رُسُلَ رَبِّي Jika aku wafat, maka jangan aku ditangisi dengan cara niyahah dan jangan pula dibakarkan api. Jika kalian menguburku maka timbunlah aku dengan tanah yang disemburkankan, lalu tinggallah kalian sejenak sekitar kuburanku, seperti lamanya orang yang menyembelih onta hingga selesai membagi-bagi dagingnya, agar aku dapat terhibur dengan kalian dan aku dapat menjawab utusan Tuhanku (malaikat yang bertanya kepadanya). (HR. Muslim). Dalam mengomentari hadits ini, Syaikh Muhammad al-Amin al-Syinqithiy menyatakan bahwa wasiat yang terdapat hadist ini setara dengan hadits marfu kepada Nabi, karena terhiburnya orang yang telah wafat di kuburan dengan keberadaan orang yang masih berada di sekitar merupakan perkara yang tidak dapat diketahui dengan akal semata. (Lihat: Adhwa’ al-Bayan: 6/477). Dalil-dalil ini menunjukkan bahwa orang yang telah wafat dan berada di alam barzakh masih memiliki perasaan dan dapat mendengar sesuatu. Hanya saja tidak dapat dipastikan bahwa hal itu dapat berlangsung seterusnya sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Taimiyah. (lihat: Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah: 4/296). Adapun ayat-ayat yang zhahirnya kelihatan menafikan pendengaran orang yang telah wafat seperti firman Allah: {إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى …} [النمل: 80] “Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati
mendengar. . .”. (QS. An-Naml: 80). {… وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ} [فاطر: 22] “. . . dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar”. (QS. Fathir: 22). Maka sesungguhnya ayat-ayat tersebut bermaksud menafikan pendengaran spesifik, yaitu pendengaran yang mengantar kepada sikap menerima, mengimani dan mengamalkan apa yang didengar. Hal ini berlaku bagi orang-orang kafir yang sesungguhnya tetap mendengar perkataan Nabi dan mendengar wahyu yang dibacakan kepadanya tetapi mereka tidak menerima, meyakini dan mengamalkannya. (lihat ulasan tafsir ayat tersebut dalam kitab: Adhwa’ al-Bayan karya al-Syinqithiy: 6/460-466). Wa Allahu a’lam. Referensi: 1. Adhwa’ al-Bayan fi Idhah al-Qur’an bi al-Qur’an, Muhammad al-Amin al-Syinqithiy, Dar ‘Alam al-Fawaid, Cet. I, thn 1426H. Dijawab
oleh Salahuddin Guntung, Lc., MA. Apakah alam barzah bisa melihat dunia?Alam Barzakh menurut MUI
"Dia (alam barzah) sebagai sekat, mereka ahli kubur atau ahli barzakh bisa melihat dunia dan bisa melihat akhirat. Mereka berada di satu tempat yang namanya barzah bisa melihat dunia dan akhirat,'' kata KH Nurul Irfan dalam laman resmi MUI, dikutip dari detikEdu pada Senin (5/9/2022).
Apakah orang yang sudah meninggal bisa melihat keluarganya yang masih hidup?Allah memperlihatkan keadaan keluarga yang masih hidup kepada beberapa orang yang telah meninggal. Roh orang yang meninggal mendatangi keluarganya di alam nyata.
Bagaimana keadaan di alam barzakh?Barzakh (bahasa Arab برزخ) adalah alam kubur yang membatasi antara dunia dan akhirat. Barzakh menjadi tempat persinggahan sementara jasad makhluk sampai dibangkitkannya pada hari kiamat. Penghuni barzakh berada di tepi dunia (masa lalu) dan akhirat (masa depan).
Apakah kita bisa melihat orang yang sudah meninggal?Sebab, orang yang meninggal dunia berada dalam alam kubur atau alam barzah. Hal ini membuat kita tak bisa melihat sosok orang yang meninggal tersebut untuk selamanya.
|