Apakah kista bisa keluar bersama darah haid

Darah haid bisa menunjukkan adanya kista atau endometriosis.">

Thinkstock

Darah haid bisa menunjukkan adanya kista atau endometriosis.

GridHEALTH.id - Haid atau menstruasi merupakan proses normal yang dialami wanita. Meski begitu, volume darah, warna, hingga kandungan dalam darah pun ternyata berbeda-beda pada tiap wanita.

Berdasarkan riset yang dikembangkan peneliti dari Universitas Indonesia, dari darah haid itu ternyata bisa mengungkap penyakit wanita.

“Dari darah haid banyak hal yang bisa dideteksi. Penelitian kita pada pasien muda yang menderita kista atau endometriosis, ternyata di darah haidnya itu ada serabut saraf,” ungkap  spesialis kebidanan dan kandungan dr. Budi Wiweko, SpOG dikutip dari nakita.grid.id (16/12/2015)

Wiweko menjelaskan, adanya serabut saraf pada darah haid itulah yang menyebabkan seorang wanita merasa nyeri saat haid.

Penelitian ini pernah dilakukan pada pasien muda yang datang ke unit pelayanan teknologi reproduksi di Klinik Yasmin, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana, Jakarta.

Dalam studi tersebut peneliti mengumpulkan pembalut wanita dan mengambil sampel darahnya. Tak lebih dari seminggu, hasil dari laboratorium pun sudah bisa diketahui.

“Penelitian ini sangat bermanfaat karena bisa dikerjakan pada perempuan belum menikah,” kata Iko.

Baca Juga: Gejala Endometriosis yang Menyiksa Wanita Bisa Terasa Saat Melakukan Hubungan Intim

Baca Juga: Lagi, Klinik Aborsi Digerebek, Risiko Susah Hamil Membayangi Pelaku Aborsi

Iko mengatakan, endometriosis atau kista cokelat dapat ditemukan pada wanita yang telah memasuki masa pubertas atau sejak usia 12 tahun. Menurut Iko, adanya endometriosis sangat dipengaruhi oleh hormon wanita.

Untuk diketahui, endometriosis adalah penyakit pada sistem reproduksi wanita. Kondisi ini dapat menyebabkan jaringan dari lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rongga rahim.

Endometriosis terjadi saat jaringan endometrium tumbuh di luar rahim. Jika seorang wanita mengidap endometriosis, jaringan tersebut juga mengalami proses penebalan dan luruh, yang sama dengan siklus menstruasi.

Namun, darah tersebut akhirnya mengendap dan tidak bisa keluar karena terletak di luar rahim sehingga dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya.

Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan seseorang bisa mengidap endometriosis, yaitu risiko meningkat jika ada anggota keluarga yang mengidap endometriosis, tidak pernah melahirkan, dan kondisi medis yang menyebabkan darah menstruasi terhambat untuk keluar dari tubuh.

Bisa juga karena memiliki gangguan pada sistem imun, adanya kelainan pada rahim, mengalami menstruasi pertama sebelum berusia 12 tahun, dan agina, leher rahim, atau rahim memiliki bentuk abnormal yang membuat mentruasi bisa terhambat.

Secara pasti, penyebab endometriosis belum diketahhui. Namun, salah satu faktor risiko yang memicu timbulnya endometriosis adalah tingginya hormon estrogen.

Sirsak, Buah Manis yang Selain Enak Ternyata Ampuh Membunuh Sel Kanker

Baca Juga: Air Rebusan Daun Jambu Biji, Mengusir Lemak Hingga Mencegah Kanker

Selain itu, ada beberapa faktor risiko selain estrogen yang diduga sebagai pemicunya, yaitu faktor keturunan, sistem kekebalan tubuh, faktor adaptasi sel sesuai lingkungan organnya, dan faktor paparan lingkungan. (*)

#berantasstunting #hadapicorona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Apakah kista bisa keluar bersama darah haid

Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan

Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Video Pilihan

Meski miom yang kecil jarang menimbulkan gejala, tetapi biasanya kondisi ini dapat menyebabkan nyeri panggul hingga perdarahan hebat. Karena gejalanya hampir serupa dengan gejala haid yang dialami kebanyakan orang, beberapa individu menganggap  bahwa miom bisa keluar sendiri bersamaan dengan haid.

Akan tetapi, dr. Arina Heidyana menyampaikan bahwamiom tidak bisa keluar saat haid.

Dilansir dari Medline Plus, miom atau fibroid rahim adalah tumor yang tumbuh di dalam rahim wanita (uterus). Pertumbuhan ini biasanya bersifat jinak dan jarang berubah menjadi kanker. Sebanyak 1 dari 5 wanita mungkin memiliki miom selama masa subur mereka. Bahkan, setengah dari semua wanita memiliki miom di usia 50 tahun

Di Indonesia, miom ditemukan pada 2,39-11,7 persen dari semua pasien ginekologi yang dirawat. Tumor yang tumbuh di dalam rahim kebanyakan dialami pada usia 35-45 tahun, dan jarang ditemukan pada wanita usia 20 tahun.

Artikel Lainnya: Fakta tentang Miom yang Perlu Anda Tahu

Namun, terdapat kasus langka di mana seorang wanita muda berusia 22 tahun mengalami miom keluar saat haid. Ia merasakan gejala seperti nyeri perut bagian bawah yang terasa hebat dan menstruasi berat yang disertai dengan gumpalan, demam, juga anemia.

Keluarnya miom secara spontan ini masih belum diketahui penyebabnya. Akan tetapi, ada kemungkinan tubuh menganggap jaringan miom sudah mati, sehingga perlu dikeluarkan.

Selain tu, miom juga mungkin bisa keluar dengan sendirinya karena adanya pengaruh obat-obatan, aborsi, operasi caesar, penggunaan alat kontrasepsi (KB), atau embolisasi arteri rahim. 

Tak hanya itu, ada juga laporan kasus dari seorang wanita perimenopause berusia 48 tahun yang mengeluarkan miom secara spontan tanpa menggunakan obat-obatan. Pasien mengeluhkan perdarahan hebat, nyeri, dan sensasi yang dikeluarkan oleh vagina.

Diduga, keluarnya miom secara spontan ini dipicu ketidakseimbangan hormon. Mengingat pada perimenopause terjadi penurunan kadar estradiol dan progesteron yang terkait dengan ketidakteraturan periode haid.

Sesungguhnya, belum dapat diketahui secara pasti penyebab seseorang mengalami fibroid rahim. Namun, miom dianggap dapat muncul karena pengaruh hormon dan genetik. Estrogen dan progesteron adalah hormon yang membuat lapisan rahim menebal setiap bulan selama menstruasi. Kedua hormon ini dapat memengaruhi pertumbuhan miom.

Seiring bertambahnya usia dan memasuki masa menopause, miom dapat menyusut karena terjadinya penurunan hormon. Saat mengalami kondisi ini, gejala dari fibroid mungkin juga akan menghilang.

Artikel Lainnya: Inilah Ciri Sakit Perut Akibat Miom

Pengobatan untuk Mengatasi Gejala Miom

Apabila kamu mengalami perdarahan hebat akibat miom, segera konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Berikut beberapa pengobatan yang dapat membantu mengatasi gejala miom:

1. Obat-Obatan

Jika kamu mengalami gejala miom yang ringan, seperti sakit punggung, maka obat-obatan adalah hal pertama yang direkomendasikan untuk mengatasi kondisi ini.

Dokter mungkin akan menyarankan pil KB dosis rendah untuk membantu mengendalikan perdarahan yang hebat. Selain itu, metode kontrasepsi lain juga bisa diberikan, seperti suntikan progesteron atau alat kontrasepsi yang mengandung hormon.

Selain itu, dokter juga mungkin merekomendasikan penggunaan Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonist. Obat-obatan ini dapat membantu mengecilkan ukuran fibroid sebelum operasi atau mengontrol perdarahan.

2. Suplemen Zat Besi

Jika kamu mengalami anemia karena perdarahan hebat, maka disarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi.

3. Terapi Oral

Terapi oral dapat dilakukan untuk menangani uterus berat pada orang yang belum mengalami menopause dengan miom simptomatik. Terapi ini dapat digunakan hingga 24 bulan. Penggunaannya perlu didiskusikan terlebih dahulu kepada dokter.

4. Operasi Fibroid

Kamu juga bisa melakukan operasi fibroid untuk mengangkat miom. “Namun, operasi ini dilakukan apabila menimbulkan nyeri panggul yang mengganggu kualitas hidup atau menyebabkan anemia karena perdarahan yang banyak,” ungkap dr. Ariana.

Kamu perlu mempertimbangkan beberapa faktor sebelum melakukannya. Selain ukuran, lokasi, dan jumlah fibroid yang dapat memengaruhi jenis operasi, kamu juga  perlu memikirkan rencana kehamilan di masa depan.

Miomektomi menjadi salah satu operasi yang dapat mengangkat fibroid tanpa merusak rahim. Jenis prosedur miomektomi ini bisa dilakukan dengan histeroskopi, laparoskopi, atau laparotomi.

Apabila kamu tidak merencanakan kehamilan di masa depan, terdapat beberapa operasi yang bisa dilakukan, seperti histerektomi, embolisasi fibroid rahim, atau radiofrequency ablation.

Artikel Lainnya: Benarkah Mioma Hanya Dapat Diatasi dengan Operasi?

Sulit untuk memastikan miom keluar saat haid, mengingat gejala miom dan haid hampir serupa. Ada baiknya kamu melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi miom.

Jika mengalami perdarahan hebat saat menstruasi, ada baiknya berkonsultasi kepada dokter. Jangan sungkan untuk menggunakan fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter. Jangan lupa download aplikasi KlikDokter, solusi untuk #JagaSehatmu.

(DA/JKT)

Apakah kista keluar saat haid?

Gumpalan darah ini sendiri muncul akibat haid yang sebelumnya tersendat-sendat, sehingga ketika haid lancar kembali gumpalan darah tersebut akan keluar bersamaan dengan darah haid. Namun, bukan pertanda kista keluar karena umumnya kista akan mengecil dengan sendiri, lalu menghilang.

Apa tanda tanda kista pecah?

Kista pecah Pada beberapa kasus, pecahnya kista ovarium mungkin tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, sebagian besar penderitanya merasakan sakit yang tiba-tiba dan tajam di perut atau punggung bagian bawah serta perut yang terasa kembung.

Apa Itu kista saat haid?

Kista merupakan kantung berisi cairan, kantung ini terbentuk di ovarium wanita. Kista umumnya muncul selama menstruasi berlangsung. Namun, hal itu tidak memengaruhi siklus menstruasi itu sendiri. Kista yang berpotensi mengganggu siklus adalah kista korpus luteum yang dapat menyebabkan perdarahan muncul.

Apa penyebab keluar seperti daging saat menstruasi?

Penyebab darah haid menggumpal saat haid Ketika rahim melepas atau meluruhkan lapisannya, jaringan yang menempel pada dinding rahim akan ikut lepas dan keluar dari vagina. Jaringan ini keluar bersamaan dengan darah menstruasi dan wujudnya seperti gumpalan daging kecil-kecil.