Apakah gula darah sama dengan kencing manis

Hal utama yang wajib dilakukan diabetesi adalah menjaga kadar gula darah tetap normal. Selain itu, kontrol penyakit penyerta, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan asam urat.

Apabila tidak dirawat dengan baik, luka di tubuh berisiko menjadi infeksi. Saat infeksi menyebar dan tak membaik, bukan tidak mungkin bagian tubuh yang terkena harus diamputasi.

Pada beberapa keadaan, penyumbatan juga terjadi di pembuluh darah diabetesi. Jika hal ini terjadi, maka diperlukan evaluasi dan tindakan lanjutan untuk membuka aliran darah pada bagian yang tersumbat.

Kalau sudah telanjur mengalami luka, periksakan ke dokter agar luka tidak makin memburuk.

Artikel lainnya: Tanda Diabetes Mellitus yang Perlu Anda Waspadai

Selain itu, penting bagi penderita diabetes untuk mencegah cedera. Salah satu caranya, hindari melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang berisiko memberikan banyak benturan pada kaki atau tangan.

Lalu, lakukan pencegahan luka lainnya dengan cara berikut:

  • Pakai alas kaki, seperti kaus kaki dan sepatu yang nyaman. Hindari penggunaan alas kaki yang terlalu sempit
  • Pakai pelembap agar kulit tidak kering. Kulit kering rentan gatal, akibatnya akan mudah lecet karena digaruk. Hindari mandi dengan air yang terlalu panas karena dapat menyebabkan kulit kering
  • Hati-hati saat menggunting kuku, jangan terlalu pendek karena bisa menyebabkan luka
  • Selalu cek keadaan kaki setiap hari. Sebelum tidur, biasakan untuk memeriksa keadaan kaki kamu. Penyandang diabetes sering tidak menyadari adanya luka pada kaki karena penurunan saraf sensorik rasa sakit yang dialami

Nah, sekarang kamu sudah tahu kan cara mencegah luka diabetes kering atau basah? Pada dasarnya, medis tidak pernah mengenal istilah diabetes basah dan kering.

Jika ada hal lain yang ingin ditanyakan soal diabetes, konsultasikan lewat fitur tanya dokter spesialis penyakit dalam online di aplikasi KlikDokter.

Penyakit kencing manis adalah keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar gula darah di atas normal atau yang biasa disebut sebagai hiperglikemia, dan merupakan salah satu tanda khas pada penyakit diabetes melitus.

Berdasarkan konsensus yang dipublikasikan oleh American Diabetes Association (ADA) tahun 2019, terdapat 4 tipe diabetes.

1. Diabetes tipe 1, Karena adanya penghancuran sel di kelenjar ludah perut oleh tubuh sendiri dan dapat menyebabkan defisiensi insulin secara absolut)

2. Diabetes tipe 2, Karena adanya penurunan pengeluaran insulin oleh sel di kelenjar ludah perut dan juga terdapatnya resistensi insulin dimana insulin tidak dapat bekerja secara optimal untuk menurunkan gula darah dalam tubuh kita)

3. Gestational Diabetes Melitus (GDM), Diabetes yang terdiagnosa pada kehamilan trimester 2 atau 3 dimana sebelumnya tidak pernah diketahui adanya diabetes

4. Diabetes tipe spesifik, yang disebabkan oleh faktor lain

Pada kelompok masyarakat awam, diabetes tipe 2 ini seringkali disebut penyakit kencing manis dikarenakan pada air seni penderita diabetes banyak dikerubungi oleh semut.

Pada artikel ini hanya akan dibahas tentang diabetes mellitus (DM) tipe 2. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan hasil studi RISKESDAS tahun 2018 bekerja sama dengan PERKENI diperkirakan hampir 10,9% dari total populasi di Indonesia menderita penyakit diabetes melitus ini.

Bagaimana Cara Mendiagnosa Penyakit Diabetes?

Untuk menentukan apakah seseorang menderita diabetes adalah dengan pemeriksaan gula darah dari pembuluh darah, sedangkan untuk memantau kadar gula darah bisa dilakukan dengan menggunakan darah kapiler (di ujung jari) dengan glucometer.

Kriteria yang digunakan untuk mendiagnosa diabetes adalah (salah satu di bawah):

1. Pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam

2. Pemeriksaan glukosa darah ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram

3. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik

4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)

Pada penderita diabetes lanjut dapat ditemukan keluhan klasik diabetes dan juga keluhan lainnya.

1. Keluhan klasik diabetes: polyuria (banyak berkemih), polidipsi (banyak minum), polifagi (banyak makan), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

2. Keluhan lain: kesemutan, mata kabur, lemah, disfungsi ereksi pada pria, dan lain-lain

Baca Juga: Pentingnya Kenali Prediabetes

Bagaimana Cara Pencegahannya?

Pencegahan penyakit kencing manis dapat dibagi menjadi 3:

1.     Pencegahan primer

Ditujukan terhadap kelompok yang memiliki faktor risiko, yaitu mereka yang belum terkena tetapi berpotensi untuk terkena diabetes melitus di kemudian hari.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:

i.     Ras dan etnik

ii.    Riwayat keluarga dengan DM

iii.   Umur

iv.   Riwayat melahirkan bayi dengan berat > 4000 gram

v.    Riwayat melahirkan bayi dengan berat < 2500 gram

Faktor yang bisa dimodifikasi:

i.     Indeks massa tubuh ≥ 23 kg/m2

ii.    Kurang aktivitas fisik

iii.   Tekanan darah > 140/90 mmHg

iv.    Kadar HDL <35 mg/dl dan/atau trigliserida > 250 mg/dl

v.     Diet yang tidak sehat

Faktor lain yang terkait dengan risiko DM

2.     Pencegahan sekunder

i .Upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis DM

ii. Program penyuluhan memegang peranan penting dalam pencegahan sekunder ini terutama dalam kaitan kepatuhan pengobatan.

iii. Contohnya adalah pada orang yang sudah terdiagnosa penyakit ini harus dicegah timbulnya komplikasi ke ginjal, mata, dan lain-lain.

3.     Pencegahan tersier

i. Ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup

ii. Diperlukan kerjasama dari berbagai ahli di beberapa bidang (jantung, ginjal, mata, saraf, dan lain-lain)

iii. Contohnya adalah pada penderita diabetes dengan komplikasi ginjal, harus dijaga agar pasien tersebut tidak sampai melakukan cuci darah.

Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.

Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.

Baca Juga: Olahraga untuk Penderita Kencing Manis

Referensi:

1. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2015

2. American Diabetes Association; Classification and Diagnosis of Diabetes: Standards of Medical Care in Diabetes 2019

Apa perbedaan gula darah dan kencing manis?

Dalam keadaan normal, kadar gula darah puasa orang dewasa adalah kurang dari 100 mg/dl. Pada prediabetes, kadar gula darah puasa mengalami kenaikan dan bisa mencapai 100–125 mg/dl. Jika kadar gula darah puasa sudah lebih dari 125 mg/dl, maka seseorang sudah dikatakan mengidap penyakit diabetes.

Apakah penyakit gula dan diabetes sama?

Diabetes dikenal juga oleh masyarakat sebagai 'penyakit gula' atau 'kencing manis'. Diabetes terbagi menjadi 2 jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Meski memiliki gejala yang sama, ada perbedaan di antara keduanya. Tidak hanya dari penyebab, tapi juga pengobatannya.

Bagaimana tanda tanda orang yang menderita kencing manis?

Selain sering buang air kecil, gejala diabetes yang khas adalah gampang haus atau polidipsia. Rasa haus ini berbeda dengan haus biasanya karena tidak akan hilang meski Anda sudah minum. Pada kondisi normal, gula di dalam darah akan disaring ginjal dan diserap kembali ke dalam darah.

Kencing orang diabetes apakah manis?

Hartini KS Kariadi, dijelaskan juga bahwa penyakit diabetes dapat dikenali dengan kondisi urine yang terasa manis. Hal itu yang mendasari juga mengapa diabetes kerap disebut penyakit kencing manis, yakni karena di dalam urine penderita memang terdapat gula yang rasanya manis.