Apa yang harus dilakukan jika anak berkeringat dingin?

Sama seperti orang dewasa, keringat dingin pun bisa terjadi pada bayi. Munculnya keringat dingin ini bisa menjadi pertanda jika tubuh si kecil sedang mengalami kondisi tertentu.

Lantas, apakah keringat dingin pada bayi berbahaya? Apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini, Parents!

Artikel Terkait: Hati-hati! Ini tanda keringat pada bayi yang menunjukkan penyakit serius

Mengapa Tubuh Mengeluarkan Keringat?

Sebelum membahas keringat dingin, sebaiknya Parents perlu tahu terlebih dahulu mengapa tubuh mengeluarkan keringat. Ternyata, keringat memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh manusia. Cairan alami ini berfungsi untuk mendinginkan suhu tubuh yang tinggi.

Apa yang harus dilakukan jika anak berkeringat dingin?

Image: Freepik

Saat temperatur tubuh meningkat, sistem saraf akan mengirimkan sinyal ke otak. Sinyal tersebut kemudian diteruskan ke kelenjar keringat, sehingga keringat pun keluar membasahi tubuh. Keringat akan menguap untuk membantu mendinginkan suhu di permukaan kulit.

Sebuah studi mengungkapkan bahwa orang yang berkeringat lebih cepat dan lebih banyak selama beraktivitas menandakan ia sehat secara fisik. Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa laki-laki lebih banyak berkeringat dibandingkan dengan perempuan.

Bagaimanakah dengan Keringat Dingin?

Melansir dari situs Verywell Health, keringat dingin (cold sweat) merupakan kondisi tubuh yang mengeluarkan keringat secara mendadak. Keringat dingin terjadi bukan karena suhu tubuh yang hangat atau aktivitas fisik yang dilakukan, melainkan sebagai respons tubuh terhadap kondisi tertentu. Kondisi ini pun bisa menjadi pertanda adanya penyakit di dalam tubuh.

Apa yang harus dilakukan jika anak berkeringat dingin?

Image: Freepik

Keringat dingin tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak, bahkan bayi. Namun, jika dibandingkan dengan orang dewasa, keringat dingin pada bayi bisa menjadi pertanda adanya kondisi yang lebih serius. Pasalnya, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi sangat berbeda dari orang dewasa. 

Pada beberapa kasus, keringat dingin pada bayi bisa menyebabkan rasa tidak nyaman hingga kejang-kejang. Lalu, apa yang menyebabkan bayi mengalami keringat dingin?

Artikel Terkait: Mengapa Bayi Sering Berkeringat Saat Menyusui? Ini Penyebabnya.

Tubuh bayi bisa kehilangan panas empat kali lebih cepat. Oleh karena itu, jika ada keadaan tertentu di dalam tubuhnya, maka penguapan keringat pada bayi pun akan lebih banyak.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab keringat dingin pada bayi, di antaranya:

1. Bayi Mengalami Stres

Stres tidak hanya dapat dirasakan orang dewasa, tetapi juga bayi. Stres atau perasaan cemas akan menghambat masuknya oksigen ke otak, serta organ lain di dalam tubuh. Akibatnya, keringat dingin pun terjadi.

Mengutip dari Mom Junction, ada banyak hal yang bisa menyebabkan bayi merasakan stres. Misalnya rasa tidak nyaman, terpisah dari ibu, kurang mendapatkan perhatian, atau karena pengaruh lingkungan. Namun sayangnya, hal ini jarang disadari oleh para orangtua.

Apa yang harus dilakukan jika anak berkeringat dingin?

Image: Freepik

Untuk mengetahui bayi sedang stres atau tidak, Parents bisa mengenali tanda-tandanya. Bayi yang stres biasanya ditandai dengan beberapa hal, seperti menangis secara terus-menerus, kebiasaan tidur dan makan yang berubah, hingga bayi terlihat menghindari kontak mata.

Untuk mengatasi stres pada bayi, Parents harus senantiasa memberikan perhatian kepadanya. Misalnya, Parents bisa mengajak si kecil bermain, tidak mengabaikannya saat menangis, serta tidak mengganggunya ketika sedang tidur.

Selain itu, jangan menunjukkan stres pada si kecil jika Parents sedang mengalaminya. Sebab, stres yang Parents rasakan dapat menular juga kepada si kecil.

2. Adanya Infeksi atau Penyakit Tertentu

Keringat dingin pada bayi bisa menandakan terjadinya infeksi di dalam tubuh bayi. Bayi tidak memiliki sistem imun sekuat orang dewasa, sehingga cukup rentan terkena infeksi dari bakteri ataupun virus.

Apa yang harus dilakukan jika anak berkeringat dingin?

Image: Freepik

Saat infeksi terjadi, jaringan tubuh akan meradang sebagai tanda sistem kekebalan tubuh sedang melawan infeksi tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan panas dingin pada bayi, di mana bayi mengeluarkan keringat dingin.

Untuk mengatasinya, Parents bisa mengompres si kecil atau segera memeriksakannya ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat. Jika terlambat diatasi, kondisi ini bisa menyebabkan kejang atau step.

3. Menurunnya Kadar Oksigen

Menurunnya kadar oksigen menjadi penyebab keringat dingin pada bayi yang paling umum terjadi. Sebuah publikasi di Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat menyebutkan bahwa kondisi ini bahkan dapat meningkatkan risiko gangguan perkembangan otak bayi.

Apa yang harus dilakukan jika anak berkeringat dingin?

Image: Freepik

Kadar oksigen pada bayi dapat turun karena berbagai hal. Satu di antaranya adalah dehidrasi. Jika hal ini terjadi pada si kecil, pastikan agar ia mendapatkan asupan ASI yang cukup. Bayi perlu menyusu 8 hingga 12 kali dalam sehari di beberapa minggu pertama.

ASI sebaiknya diberikan setiap dua jam sekali, baik di pagi hari, siang, sore ataupun malam. Setiap satu kali menyusu, sebaiknya berlangsung sekitar 20 sampai 30 menit atau hingga si kecil merasa kenyang.

4. Rendahnya Kadar Gula Dalam Darah (Hipoglikemia)

Keringat dingin pada bayi juga dapat terjadi karena hipoglikemia. Kondisi rendahnya kadar gula di dalam darah ini dapat mengakibatkan tubuh bereaksi seperti saat kekurangan oksigen.

Mengutip dari Medline, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan hipoglikemia pada bayi. Seperti terlalu banyak kadar insulin di dalam darah, tubuh bayi menggunakan lebih banyak glukosa daripada yang diproduksi, bayi tidak dapat mengambil cukup glukosa dari ASI yang diberikan.

Apa yang harus dilakukan jika anak berkeringat dingin?

Image: Freepik

Selain itu, bayi juga rentan mengalami hipoglikemia jika sang ibu menderita diabetes, pertumbuhan serta perkembangan janin di dalam rahim berjalan dengan sangat lambat, atau lahir prematur.

Melansir University of Rochester Medical Center, cara terbaik untuk mengatasi hipoglikemia pada bayi adalah dengan memberi sumber glukosa yang cukup dari makanan atau pun formula. Bayi juga bisa mendapatkan asupan gula melalui suntikan intravena.

Artikel Terkait: Berbahayakah jika kaki bayi dingin? Ini yang perlu Parents tahu!

Itulah penjelasan mengenai keringat dingin yang juga bisa terjadi pada bayi. Apabila kondisi keringat dingin yang dialami si kecil terus berlanjut, maka segera periksakan si kecil ke dokter, ya, Parents!

Baca Juga:

Cara Menenangkan Tangisan Bayi dengan Bau Keringat Ibu

Keringat berlebihan saat hamil, normalkah? Ini penjelasannya!

3 Jenis biang keringat pada bayi, begini cara mengatasinya!

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

Apakah keringat dingin pada anak Berbahaya?

Meski cukup umum terjadi, namun tetap harus waspada, ya Moms! Keringat dingin adalah salah satu kondisi pada bayi yang cukup umum terjadi. Penyebab bayi keringat dingin biasanya karena ia sedang pilek, flu, atau infeksi sinus, yang akan membuat mereka mengalami demam.

Keringat dingin pada anak Pertanda Apa?

Keringat dingin dapat muncul sebagai respons tubuh ketika otak kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen atau hipoksia pada bayi bisa disebabkan oleh penyakit atau kondisi medis tertentu, misalnya sesak napas, infeksi berat, anemia, dan cedera kepala saat lahir.

Apa yang harus dilakukan saat keringat dingin?

Salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi keringat dingin adalah memperbanyak olahraga. Pilih jenis olahraga yang tidak terlalu berat dan dapat membantu Anda mengurangi rasa stres, seperti yoga dan jenis olahraga relaksasi lainnya.

Apakah keringat dingin itu berbahaya?

Komplikasi Keringat Dingin Jika tidak ditangani, penderita yang mengalami keringat dingin berlebih dapat terkena komplikasi berupa infeksi di kulit. Selain infeksi kulit, penderita juga dapat mengalami gangguan sosial dan emosi akibat rasa malu dan tidak percaya diri.