Dilihat 25,214 pengunjung Belakangan ini Indonesia sedang didera bencana alam erupsi gunung berapi dan juga gempa bumi. Hal ini tidak mengejutkan mengingat negara kita terletak di jalur Ring of Fire atau cincin api Pasifik, yaitu jalur di sepanjang samudra Pasifik yang ditandai oleh gunung berapi aktif dan seringnya terjadi gempa bumi, karena letak geografis ini lah maka di Indonesia banyak terdapat gunung berapi. Untuk mengantisipasi atau mengurangi resiko dari bencana alam, diperlukan hal yang bernama mitigasi bencana. Sebelumnya apakah Sobat SMP sudah pernah mendengar tentang apa itu mitigasi bencana? Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, baik yang disebabkan oleh erupsi gunung berapi juga gempa bumi. Mitigasi bencana gunung berapi Tidak kurang dari 500 buah gunung berapi yang tersebar di Indonesia, sekitar 126 di antaranya adalah gunung berapi aktif dan 7 dari gunung aktif tersebut seringkali meletus. Oleh karenanya, penting untuk Sobat SMP mengetahui bagaimana melakukan mitigasi bencana alam gunung berapi. Pertama, ketahuilah ciri-ciri gunung berapi yang akan terjadi erupsi. Pada umumnya, ciri-ciri yang terlihat antara lain: sebelum erupsi terjadi, suhu udara di sekitar gunung akan meningkat; terjadinya pengeringan mendadak pada perairan sekitar; dan terdengar suara gemuruh dari gunung berapi tersebut. Jika sudah ada tanda-tanda akan terjadi erupsi, langkah selanjutnya adalah mengetahui jalur evakuasi, hindari daerah sungai, lereng, dan daerah aliran lahar, juga waspadai akan bahaya banjir lahar dingin, pastikan sobat SMP terlindungi karena sudah berada di radius yang aman dari erupsi. Ketika terjadi letusan, berlindunglah di shelter perlindungan. Tetap mengikuti arahan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi; serta siapkan masker dan kacamata untuk melindungi diri dari debu vulkanik. Mitigasi gempa bumi Bencana gempa bumi biasanya disertai dengan bencana lainnya. Contohnya seperti tsunami jika gempa terjadi di dekat pantai, tanah longsor jika gempa terjadi di daerah tebing, dan juga robohnya bendungan jika gempa terjadi di sekitar bendungan air. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika gempa bumi terjadi. Jika gempa terjadi saat berada di dalam ruangan, segera cari tempat berlindung yang kuat seperti di bawah meja atau kasur. Namun bila tidak ada tempat berlindung, gunakan bantal atau benda lain untuk melindungi kepala dari benturan. Waspada akan atap atau benda yang runtuh akibat gempa. Apabila gempa bumi terjadi ketika sedang di luar ruangan, hal yang harus dilakukan adalah tetap berada di ruang terbuka dan menjauhi benda-benda yang berpotensi runtuh seperti gedung, pohon, rumah, tiang listrik, papan reklame, dan sebagainya. Selain itu, hindari area pantai dan larilah ke dataran tinggi jika gempa terjadi di sekitar pesisir karena berpotensi menimbulkan tsunami. Bila gempa terjadi di kawasan tebing, carilah tempat yang jauh dari tebing karena berisiko terjadi tanah longsor. Setelah gempa selesai, hal yang perlu dilakukan adalah menuju titik evakuasi. Jangan memasuki bangunan setelah gempa. Karena ada kemungkinan bangunan tersebut dapat runtuh. Pentingnya mitigasi bencana Bencana bisa datang kapan saja tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Oleh karena itu, Kita harus siap kapan pun dan dimanapun berada. Hal yang terpenting adalah tetap mengikuti arahan dari petugas yang berwenang. Semoga setelah membaca artikel ini Sobat SMP jadi lebih tahu mengenai pentingnya mitigasi bencana. Hal-hal tersebut sangat krusial karena bisa meminimalisasi dampak bencana serta menyelamatkan banyak nyawa. Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP Referensi: Modul IPA SMP Terbuka Lapisan Bumi dan Ancaman Bencana Alam
Sekilas Pengertian : Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif. Ciri - ciri Gunung Akan Meletus : Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain
Hasil Letusan Gunung Berapi Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain : Gas vulkanikGas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon monoksida (CO),Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.Lava dan aliran pasir serta batu panasLava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.LaharLahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.Hujan AbuYakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.Awan panasYakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.Antispisai dan Evakuasi Bahaya Gunung Meletus Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi
Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI
JATENG | 3 Maret 2020 18:06 Reporter : Shani Rasyid Merdeka.com - Selasa (3/3) telah terjadi erupsi Merapi dan mengeluarkan awan panas setinggi 6.000 meter dari puncak. Namun, walau aktivitasnya meningkat, keseharian warga di sekitar gunung berjalan normal dan tidak ada peningkatan status dari gunung api itu. Walau begitu, langkah-langkah mitigasi perlu dilakukan demi mencegah adanya korban dalam bencana yang tidak diinginkan. Ada beberapa langkah dan imbauan yang telah diberikan oleh BNPB untuk menyelamatkan diri dari bencana erupsi Merapi yang tidak diinginkan. Berikut 5 langkah mitigasi bencana yang wajib dilakukan saat gunung api meletus dilansir dari BNPB: 2 dari 6 halaman
Saat gunung berapi meletus, pemerintah akan menentukan radius aman dari puncak. Penetapan radius aman ini dilakukan agar masyarakat mengosongkan daerah yang dianggap tidak aman. Pada saat Gunung Agung Meletus pada 2017 silam misalnya, radius amannya mencapai 12 km. Sementara untuk Gunung Merapi kali ini, radius aman yang berlaku adalah 3 km. Penetapan radius aman ini berguna untuk antisipasi guna mencegah adanya korban jiwa dari bencana erupsi gunung api. Pada saat letusan freatik Merapi pada tahun 2018, BNPB Sleman menginstruksikan warganya yang rumahnya berada kurang dari 5 km dari puncak, untuk mengungsi ke barak-barak yang sudah disediakan. Warga kemudian melakukan evakuasi secara mandiri. 3 dari 6 halaman
Selain mengosongkan zona bahaya, masyarakat juga diinstruksikan untuk menjauhi daerah aliran sungai. Hal ini dilakukan guna menjauh dari ancaman banjir lahar yang kerap terjadi di musim hujan. Banjir lahar itu berisi material vulkanik yang tercampur dengan air. Material itu kemudian ikut hanyut melalui sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Dilansir dari MGM Sleman, pada Minggu, 9 Januari 2011, banjir lahar terjadi di Kali Gendol. Peristiwa itu menyebabkan tiga rumah hanyut dan 13 rumah lainnya terendam. Selain itu di Kali Gendol juga terdapat material-material vilkanik Merapi yang masih panas. Sehingga jika terjadi banjir lahar, material ini akan meletup-letup. 4 dari 6 halaman
Dilansir dari Liputan6.com, menjauhkan diri dari tempat terbuka perlu dilakukan saat terjadi letusan gunung api. Ini berguna untuk melindungi tubuh dari abu letusan gunung api. Selain itu selama gunung berapi meletus ancaman material vulkanik yang lebih besar masih bisa terjadi. Misalnya hujan kerikil yang terjadi pada letusan besar di tahun 2010. Akan lebih baik berada di dalam rumah selama kondisi di luar ruangan masih kurang kondusif. 5 dari 6 halaman
Dilansir dari Sains.me, penggunaan masker berguna agar saat bernafas tidak terhirup abu hasil letusan gunung berapi. Abu gunung berapi memiliki partikel yang kecil sehingga mudah terhirup manusia saat bernafas. Jika masuk ke paru-paru, abu vulkanik bisa menyebabkan gangguan pernafasan. Selain itu abu tersebut juga memiliki kandungan yang berbahaya, seperti sulfat, karbondioksida, dan asam klorida. 6 dari 6 halaman
Langkah mitigasi bencana erupsi gunung selanjutnya ialah soal pakaian. Mengenakan pakaian tertutup berguna untuk melindungi tubuh dari abu vulkanik. Abu vulkanik memiliki partikel tajam yang bisa menyebabkan iritasi kulit dan iritasi mata. Efek kesehatan seperti itu biasanya hanya bersifat ringan. Namun jika terpapar abu vulkanik secara terus menerus, maka dampaknya bisa menjadi serius. (mdk/shr) |