Apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka meredam impor khususnya impor bahan pangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah saat ini fokus mengendalikan harga komoditas pangan untuk menjaga inflasi tetap terjaga dan stabil. Hal ini disampaikan oleh pemerintah dan Bank Indonesia (BI) usai melakukan high level meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) di Kantor Kemenko Perekonomian.Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, untuk mejaga stabilitas harga pangan agar tidak begejolak maka dari pihaknya akan melakukan 3 hal. Mulai dari menjaga pasokan barang hingga melakukan operasi pasar."Untuk kendalikan volatile food, jadi kita akan siapkan, mencadangkan dan mempersiapkan untuk berbagai langkah. Operasi pasar apabila diperlukan, kalau tidak diperlukan kita berjalan saja. Begitu kondisi mengharuskan kita melakukan berbagai langkah untuk penetrasi pasar, akan kita siapkan," kata Enggar, Jumat (24/8/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT


Langkah kedua, menyelesaikan kebijakan pembatasan komoditas impor. Pembatasan ini akan dilakukan untuk barang-barang konsumsi dan produk yang memang sudah diproduksi di dalam negeri dengan tetap memperhatikan ketentua dan perjanjian yang ada sehingga tidak menggangu investasi."Pada dasarnya kita mendorong investasi, tidak ada mengganggu itu. Lagi di susun jenis-jenis nya dan dipastikan enggak ada gejolak, itu kita pastikan. Tidak usah dikhawatirkan," kata dia.Langkah ketiga untuk mengendalikan harga pangan tetap stabil adalah mendorong eekpor ditengah kondisi global saat ini. Penguatan dolar bisa menguntungkan dengan melakukan ekspor yang lebih banyak."Dorong ekspor ditengah kondisi pasar yang tak menentu dari pasar ekspor. Akan manfaatkan momentum untuk ningkatin ekspor di berbagai pasar terutama dengan AS, RRT juga kita akan mendorong dan memanfaatkan ekspor kita."

Sepanjang Januari-Juli 2018, keran impor terlalu deras dibuka Indonesia hingga defisit perdagangan mencapai US$ 3,1 miliar. Tingginya impor membuat defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) melebar, sehingga turut melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.


(ray)

Jakarta -

Ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan pemerintah agar RI tak lagi mengimpor beras. Menurut Mantan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso upaya pertama yang perlu dilakukan pemerintah adalah membenahi masalah-masalah yang ada di hulu produksi beras itu sendiri.

"Jadi mestinya kalau kita ingin membenahi perberasan atau pangan secara keseluruhan, ada beberapa catatan yang harus diselesaikan yang pertama, persoalan hulu pasti ya, produksinya harus ditingkatkan dengan kualitas yang baik, harus dijamin apakah sarana produksi itu sesuai dengan harapan," ujar Sutarto dalam program Blak-blakan detikcom, Minggu (28/3/2021).

Saat ini, kondisinya produktivitas beras di Indonesia masih terbilang stagnan lantaran terhambat oleh masalah-masalah yang harusnya bisa dibenahi sejak lama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Sekarang ini kan stagnan produktivitas kita, karena petani kecil, petani kecil ini sulit mengakses kadang-kadang pupuknya terlambat, harganya naik, kemudian habis itu dia tidak punya modal, menunggu bantuan, bibitnya tidak pernah diganti, bibitnya sudah tidak baik, nah ini harus diperbaiki kan, dari situ hulunya," sambungnya.

Hal lain yang bisa diupayakan pemerintah adalah memperbaiki hilirnya yaitu saat memasuki masa panen. Caranya dengan memberikan mesin pengering gabah bagi para penggiling-penggiling di daerah.

"Sebenarnya harusnya mesin pengering ini harus diberikan kepada penggilingan padi, penggilingan padi yang sudah ada. Jangan diberikan kepada membangun baru lagi gitu loh. Penggilingan padi kita itu sudah kelebihan, jadi penggilingan padi kita itu kemampuan teknisnya itu kira-kira 3 kali lipat dari kemampuan produksi gabahnya. Tiga kali lipat makanya tidak efisien," imbuhnya.

Adapun penggiling padi yang perlu diberi mesin pengering gabah adalah penggiling pada yang kecil-kecil di daerah-daerah. Caranya bisa dengan memberi pinjaman seperti pemerintah memberi kredit murah kepada UMKM.

"Jadi yang kecil-kecil ini harus dibekali, dengan permintaan kami ya sebenarnya, kami tidak ingin gratis tapi berilah kemudahan dan pemerintah kan memberikan kredit murah kepada UMKM, ini kan sebenarnya UMKM, wong di desa, kecil-kecil nah ini yang sulit jadi mestinya dia diberikan kredit," katanya.

Sutarto mengungkapkan, para penggiling pada di masing-masing daerah memang sudah diberi fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) namun jumlahnya sangat kecil hanya Rp 500 juta. Seharusnya, bila ingin merevitalisasi penggilingan padi di seluruh Indonesia dibutuhkan kira-kira Rp 2,5 miliar.

"Hitung-hitungan kalau kita mau merevitalisasi penggilingan padi itu kira-kira sampai Rp 2,5 miliar, satu untuk membeli mesin pengering dengan silonya, itu kira-kira Rp 1-1,2 miliar, kemudian untuk rehabilitasi alat-alatnya tadi mungkin sekitar Rp 400-500 (juta) kemudian sisanya untuk biaya operasional," ungkapnya.

Bila permasalahan hilir ini bisa diselesaikan, misal hanya 50 ribu penggilingan pada saja dari total 172 ribu penggilingan padi yang ada di Indonesia, itu bisa mengurangi gabah yang terbuang sia-sia. Akhirnya Indonesia tak perlu lagi impor beras.

"Katakanlah dari 172 ribu penggilingan mungkin 100 ribunya saja atau bahkan 50 ribunya saja bisa kita selesaikan itu salah satu yang bisa menyelesaikan persoalan tadi itu, persoalan kualitas, mengurangi kehilangan hasil, bayangkan kalau kita bisa meningkatkan rendemen, rendemen itu bisa 5-10% kita tingkatkan kalau kita merevitalisasi, kemudian kita bisa mengurangi losses kita pasti sudah surplus dan tidak perlu impor lagi," tuturnya.

Dengan begitu, ia yakin setiap tahun Indonesia bisa surplus produksi beras bahkan kemudian bisa juga jadi eksportir beras.

"Jadi sekian persen kan dari 31 juta ton beras itu kan kalau kehilangan hasil dari situ saja kira-kira 10% bahkan lebih artinya apa kita mestinya sudah 34 juta. Jadi 34 juta kita sudah surplus sekitar 5 juta malah bisa ekspor. Jadi bisa ekspor dan efisiensi di situ terjadi sehingga harganya pun bisa bersaing itu yang. Jadi secara komprehensif ini yang harus kita selesaikan," paparnya.

(zlf/zlf)

Apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka meredam impor khususnya impor bahan pangan

Apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka meredam impor khususnya impor bahan pangan
Lihat Foto

Pramdia Arhando Julianto

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Kabupaten Bone, Sulsel, Kamis (13/10/2016).

SULAWESI SELATAN, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa Indonesia sudah mulai meninggalkan impor bahan pangan seiring dengan naiknya produksi bahan pangan dalam negeri seperti bawang, jagung, beras dan cabai.

Amran menuturkan, peningkatan produksi pertanian seperti beras terlihat pada pergeseran harga yang lebih murah dibandingkan dengan tahun yang lalu disaat tidak musim panen.

"Tahun lalu harga beras ketika saat musim kemarau ini harga beras tahun lalu Rp 9.000 per kilogram (kg), sekarang Rp 7.400, ada juga Rp 7.300 dan Rp 7.000 per kg di lapangan, itu artinya ada selisih Rp 1.500 per kg dan itu luar biasa," tuturnya di Bone, Sulawesi Selatan, Kamis (13/10/2016).

Untuk komoditas bawang putih, biasanya Indonesia impor dari Thailand, Vietnam, Myanmar. Tetapi tahun ini tidak impor. Demikian juga dengan beras ketan.

Bagaimana cara Amran menurunkan impor bahan pangan?

Salah satu caranya adalah melalui pengetatan importasi bahan pangan. Cara ini dilakukan untuk menekan inflasi dengan menaikkan kesejahteraan. Dengan demikian, disparitas harga antara produsen dan konsumen stabil dan tidak terlalu besar.

Cara lain, yakni dengan meningkatkan produksi hasil pertanian dalam negeri. Untuk cara ini, Kementerian Pertanian (Kementan) tengah melakukan beberapa program. 

Program yang terbaru adalah upaya khusus percepatan populasi sapi indukan wajib bunting (upsus siwab).

Menurut Amran, upsus siwab mencakup dua program utama yaitu peningkatan populasi melalui Inseminasi Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka).

Berdasarkan data Kementerian Pertanian menargetkan produksi daging sapi dan kerbau pada 2015 mencapai 410.000 ton atau setara 550.000 ton dalam bentuk karkas.

Angka itu naik dibandingkan target pada 2014 yang sebesar 370.000 ton daging atau setara 460.000 ton karkas.

Program lain, yakni dengan menambah luas tanam di beberapa wilayah di Indonesia. Terutama untuk produksi beras.

Kementan menargetkan penambahan luas tambah tanam padi di tujuh kabupten dan kota di Provinsi Jawa Tengah selama periode Juli-September 2016 sebanyak 60.696 hektar. Hingga  April-Juni sudah terealisasi penambahan luas tanam sebanyak 173.200 hektar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka meredam impor khususnya impor bahan pangan

Apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka meredam impor khususnya impor bahan pangan
Lihat Foto

DOK KEMENKO PEREKONOMIAN

Airlangga Hartarto

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pemerintah telah mengeluarkan beragam upaya untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Menurut dia, terdapat tujuh program di sektor pertanian dan perikanan yang terus dijalankan pemerintah untuk penguatan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani/nelayan.

"Pertama, pembangunan food estate (baik di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara) berbasis korporasi dalam kerangka penguatan sistem pangan nasional. Kedua, pengembangan klaster bisnis padi menggunakan pendekatan pengelolaan lahan yang awalnya tersegmentasi menjadi satu area," jelas Airlangga dalam Jakarta Food Security Summit 5 secara daring, Rabu (18/11/2020).

Baca juga: Mentan Klaim Pasokan Pangan Nasional Aman

Selain itu yang ketiga, merupakan pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor dengan model kemitraan Creating Shared Value (CSV) antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, swasta, dan petani.

Keempat, kemitraan inklusif Closed Loop pada komoditas hortikultura sebagai bentuk implementasi sinergi antara akademisi, bisnis, pemerintah dan komunitas (ABGC). Kelima, pengembangan 1.000 desa sapi program untuk peningkatan populasi dan produktivitas sapi.

Keenam, pengembangan industri rumput laut nasional untuk mengoptimalkan produksi dalam negeri. Dan, ketujuh, pengembangan korporasi petani dan nelayan dengan arah menuju sistem agribisnis hulu-hilir yang mengedepankan pemberdayaan mereka.

“Pemerintah juga mengupayakan pemulihan ekonomi melalui simplifikasi ekspor dan sinkronisasi ekspor impor dengan mengembangkan National Logistics Ecosystem (NLE)," jelas Airlangga.

"Ekosistem ini akan menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen internasional sejak kedatangan sarana pengangkut di pelabuhan hingga barang tiba di gudang, khususnya untuk bahan baku utama industri pengolahan strategis. Saat ini platform NLE dalam tahap uji coba dan tahap piloting ditargetkan dilaksanakan pada 2021,” ujar dia.

Baca juga: Komisi IV DPR Kritik Kementan soal Data Impor Pangan dan Food Estate

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya