Apa saja yang perlu kita lakukan ketika mengalami masa pubertas

Halodoc, Jakarta - Masa puber membawa banyak perubahan untuk anak-anak dan untuk orangtua. Masa ini membuat anak bertransisi dari anak ke dewasa. Banyak orangtua yang mungkin merasa tidak tahu pasti cara terbaik untuk mendukung anak yang tengah mengalami perubahan fisik, psikologis, dan emosional yang ditimbulkannya.

Jangan takut, banyak hal yang dapat orangtua lakukan untuk membantu anak melewati masa transisi ini, salah satunya adalah meyakinkannya. Masa puber adalah serangkaian perubahan alami yang dialami setiap anak. Beberapa anak berjuang dengan perubahan ini, sementara yang lain melaluinya tanpa rasa khawatir. Hanya sebagian kecil dari anak-anak yang mengalami gejolak ekstrem selama fase perkembangan ini. Nah, begini cara menghadapi anak yang masuk masa puber dan perlu dipahami oleh orangtua. 

Baca juga: Ini Tanda Pubertas pada Remaja Perempuan

 

Bagaimana Cara Orangtua Menghadapi Anak yang Sedang Puber?

Pubertas juga dapat menjadi sesuatu yang menarik dan istimewa bagi orangtua. Kedua orangtua kini berada dalam posisi yang ideal untuk membantu mereka melewatinya. Mulailah percakapan tentang pubertas dengan anak.

Tidak selalu mudah untuk berbicara dengan anak-anak tentang tubuh mereka. Namun, melakukan percakapan terbuka dan santai sebelum perubahan fisik mulai membantu anak merasa baik-baik saja ketika tubuhnya mulai berubah. orangtua bisa menerapkan tiga langkah untuk memulai percakapan tentang pubertas, seperti :

  • Cari Tahu Apa yang Diketahui Anak. Misalnya, orangtua dapat bertanya, ‘Apakah mereka berbicara tentang pubertas dan perubahan fisik di sekolah? Apa saja yang guru dan teman-temannya katakan?' 
  • Berikan Fakta kepada Anak dan Koreksi Informasi yang Salah. Misalnya, "Semua orang mengalami perubahan ini, tetapi tidak selalu dengan kecepatan yang sama".
  • Gunakan Percakapan Santai sebagai Kesempatan untuk Membicarakan Nilai. Misalnya, "Jika orangtua mengalami mimpi basah, jangan khawatir. Cukup lepaskan seprei dari tempat tidur dan bawa seprei ke keranjang cucian. 

Baca juga: 6 Tanda Pubertas pada Remaja Laki-Laki 

Menghadapi Pubertas Anak Perempuan dan Laki-laki

Dengan anak perempuan, penting bagi orangtua untuk membicarakan menstruasi sebelum mereka benar-benar mendapatkan menstruasi. Jika anak tiba waktunya sebelum adanya obrolan, ia mungkin bisa ketakutan dengan peristiwa “berdarah” tersebut.

Umumnya, gadis remaja mengalami menstruasi pertama saat berusia 12 atau 13 tahun, yaitu sekitar 2 atau 2,5 tahun setelah mereka mulai pubertas. Tapi ada juga yang mengalami menstruasi sejak usia 9 tahun dan 16 tahun. 

Sementara itu, anak laki-laki mulai melewati masa pubertas sedikit lebih lambat dibanding akan perempuan, biasanya sekitar usia 10 atau 11 tahun. Tapi anak laki-laki mulai berkembang secara seksual atau mengalami ejakulasi pertama tanpa terlihat lebih tua. 

Pendidikan seks mungkin akan di dapatkan anak di sekolah, tapi orangtua harus menjadi sumber pertama yang membekali hal tersebut. Penting bagi anak perempuan untuk belajar mengenai perubahan yang dialami anak laki-laki dan anak laki-laki juga belajar tentang perubahan yang memengaruhi anak perempuan. 

Orangtua perlu berdiskusi dengan guru tentang pelajar apa yang sudah disampaikan mengenai pubertas, sehingga ayah dan ibu tahu informasi apa yang perlu ditambahkan pada anak. Sebaiknya ulas pelajaran bersama anak, karena anak seringkali masih memiliki pertanyaan tentang topik tertentu, tapi enggan menyampaikannya. 

Terkadang, orangtua dapat memulai percakapan dengan mengambil adegan di film atau acara TV. Ide yang baik juga untuk melakukan percakapan besar atau serius ketika anak sudah siap untuk berbicara dan mendengarkan. Selama masa pubertas, anak-anak menginginkan lebih banyak privasi dan waktu untuk diri mereka sendiri. Jadi, orangtua harus pintar menemukan momen ketika anak tampaknya terbuka untuk membicarakan hal-hal terkait masa puber. 

Selain itu, anak mungkin tidak ingin membagikan semuanya lagi kepada orangtua, jadi cobalah untuk tidak memaksakan komunikasi ketika anak tidak ingin berbicara. Anak mungkin juga tertarik untuk berbicara dengan penasihat sekolah atau dokter umum. Orangtua juga bisa menyarankan agar anak menghubungi dokter atau psikolog dengan cara chat lewat aplikasi Halodoc. Dokter akan selalu siaga memberikan saran untuk anak yang tengah melewati masa puber. 

Baca juga: Mitos atau Fakta, 3 Bahan Kimia Ini Bisa Percepat Pubertas

 

Gaya Hidup Sehat untuk Bantu Anak Hadapi Masa Puber 

Gaya hidup sehat dibutuhkan untuk membantu memaksimalkan masa puber yang dialami anak. Melansir Raising Children Network Australia, ini gaya hidup yang bisa membantu: 

  • Menganjurkan Makan Sehat. Selama masa puber, anak memiliki nafsu makan yang meningkat dan membutuhkan lebih banyak makanan. Orangtua bisa membantu memenuhi kebutuhan gizi anak remaja dengan cara terbaik, dengan menyediakan makanan dan minuman sehat di rumah, mendorong membawa bekal sehat. Terlalu banyak makanan dan minuman yang tinggi gula dan lemak bisa mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas. Gangguan makan juga bisa berkembang pada masa ini. 
  • Ajak Anak Sering Melakukan Aktivitas Fisik. Untuk kesehatan fisik dan mental yang baik, selama masa puber anak memerlukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik sedang hingga tinggi setiap hari. Orangtua bisa membuat anak aktif dengan mendorong gerakan harian dan membuatnya tetap terlibat dalam kegiatan tim dan individu di luar dan dalam ruangan.
  • Cukupi Waktu Istirahat. Remaja membutuhkan tidur yang cukup dan berkualitas. Bantu anak untuk memiliki jam tidur yang rutin setiap harinya, menghindari makanan tinggi gula dan minuman berkafein sebelum jam tidur, dan pastikan anak memiliki lingkungan tidur yang tenang dan nyaman.

Jika anak makan dengan baik, mendapatkan aktivitas fisik yang cukup dan tidur, serta menjaga kebersihan pribadinya. Dengan begini ia lebih cenderung merasa baik-baik saja tentang tubuhnya yang tengah berubah. Itulah yang bisa dilakukan orangtua tentang cara menghadapi anak yang masuk masa puber. Jadi, tidak perlu bingung lagi, ya!


Apa saja yang perlu kita lakukan ketika mengalami masa pubertas

Referensi:
Raising Children Network (Australia). Diakses pada 2020. Puberty: Helping Your Child Handle the Changes.
Better Health Channel. Diakses pada 2020. Parenting Children Through Puberty.
Kids Health. Diakses pada 2021. Talking to Your Child About Puberty

Cara menjaga kesehatan tubuh pada masa pubertas antara lain dengan mengonsumsi gizi seimbang, rutin berolahraga,, tidur yang cukup, rutin mengganti pakaian dalam, dan meredakan stres.

06 Jun 2021|Nina Hertiwi Putri

Ditinjau olehdr. Reni Utari

Cara menjaga kesehatan tubuh pada masa pubertas adalah dengan olahraga

Masa pubertas bisanya dimulai pada usia 10-12 tahun dan akan berlangsung secara bertahap selama lima tahun. Pada masa tersebut, remaja perlu melakukan langkah-langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan tubuhnya, mulai dari fisik, reproduksi, hingga mental.Cara menjaga kesehatan tubuh pada masa pubertas sebenarnya tidaklah asing. Intinya, Anda hanya perlu memastikan anak remaja menjalani pola hidup sehat secara fisik maupun mental.Langkah ini penting dilakukan karena masa pubertas adalah masa pertumbuhan. Oleh karena itu, remaja perlu menerima gizi yang optimal.

Cara menjaga kesehatan fisik selama pubertas

Berikut ini cara menjaga kesehatan fisik selama pubertas yang penting dilakukan.

Makanan bergizi seimbang pentin untuk menjaga kesehatan selama pubertas

Mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang akan membantu para remaja yang sedang mengalami masa pubertas tumbuh dengan baik dan optimal. Mereka juga akan bisa lebih berprestasi di sekolah.Untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup, perharinya remaja disarankan untuk mengonsumsi sayur, buah, biji-bijian atau gandum utuh, susu dan olahannya, serta protein seperti ikan, daging, dan ayam.Berolahraga secara teratur penting untuk membangun otot dan tulang yang kuat, membuat remaja memiliki koordinasi yang lebih baik dan dapat meningkatkan rasa percaya diri.Selama masa pubertas, setidaknya sisihkan satu jam setiap hari untuk melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, membersihkan rumah atau kamar, atau sekadar berjalan kaki.Tidur yang cukup sangatlah penting untuk kesehatan, terutama pada masa pertumbuhan. Sebab saat tidur, tubuh akan membangun dan memperbaiki sel-sel yang rusak setelah seharian digunakan untuk bekerja.Jika kurang tidur, para remaja yang sedang mengalami pubertas bisa tidak optimal pertumbuhannya. Mereka juga biasanya akan lebih sering sakit dan rentan terkena depresi dibanding dengan remaja lain yang cukup tidur. Pada usia remaja kebutuhan tidur yang dianjurkan adalah 8-9 jam per hari.

Rajin membersihkan tubuh penting untuk menjaga kesehatan selama masa pubertas

Agar senantiasa sehat, selama masa pubertas, remaja sudah harus dibiasakan untuk rutin membersihkan tubuh, seperti:
  • Menyikat gigi dua kali sehari
  • Mandi setiap hari
  • Rutin keramas
  • Rajin cuci tangan
  • Rajin cuci muka
  • Rajin bercukur
  • Mulai menggunakan produk pembersih dan perawatan tubuh seperti deodoran, pembersih wajah, atau obat jerawat
  • Mengganti baju dan pakaian dalam setiap hari
Dengan menjaga kebersihan, maka berbagai risiko penyakit pun akan berkurang, termasuk jerawat hingga infeksi bakteri, virus dan jamur.Cara menjaga kesehatan tubuh pada masa pubertas yang tak boleh dilupakan adalah menghindari kebiasaan buruk penyebab penyakit seperti merokok, terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji, atau terlalu banyak menatap gadget.Hindari juga terlalu banyak mengonsumsi minuman manis seperti bubble tea, kopi susu, ataupun minuman kekinian lain yang mengandung banyak gula.

Cara menjaga kesehatan reproduksi selama pubertas

Kesehatan reproduksi bisa dijaga jika tetap bersih

Memasuki masa pubertas, organ-organ reproduksi sudah mulai bekerja. Sisi seksualitas sudah mulai bangkit, begitu pun dengan perubahan fisik di area genital yang perlu diperhatikan dengan baik.Oleh karena itu, dampingilah anak remaja Anda dan berikan pemahaman tentang cara menjaga kesehatan reproduksi selama masa pubertas.
  • Rutin mengganti pakaian dalam minimal dua kali sehari.
  • Gunakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan yang bisa menyerap keringat dengan baik, seperti katun.
  • Setelah mandi atau buang air, pastikan untuk membersihkan area genital hingga bersih dan langsung mengeringkannya menggunkan handuk atau lap yang bersih, kering, tidak lembap, maupun bau.
  • Untuk perempuan, saat membasuh area genital setelah buang air pastikan melakukannya dari arah depan ke belakang, agar bakteri dari area anus tidak mengontaminasi area vagina atau organ reproduksi lainnya.
  • Ketika mengalami menstruasi, perhatikan gejala-gejala haid yang tidak normal. Jika ada, segera periksakan diri ke dokter.
  • Pria dianjurkan untuk menjalani khitan atau sunat untuk menurunkan risiko kanker penis di kemudian hari.
  • Hindari seks pranikah sebelum mendapatkan pengetahuan yang cukup soal konsekuensi secara kesehatan, baik mental maupun fisik
Selain itu, tak kalah pentingnya untuk mengedukasi remaja mengenai fungsi alat kontrasepsi seperti kondom dalam menghindari risiko penyakit menular seksual, termasuk HIV.

Baca Juga

Pentingnya Pendidikan untuk Masa Depan Kita12 Masalah Remaja yang Perlu Diperhatikan Orangtua dan Cara AtasinyaLakukan Ini Jika Panas Anak Tidak Turun Setelah Minum Obat

Cara menjaga kesehatan mental selama pubertas

Orang tua berperan penting dalam menjaga kesehatan mental selama pubertas

Selama masa pubertas, anak akan mengalami perubahan kadar hormon di tubuhnya. Kondisi ini akan memicu perubahan pada bentuk fisik anak, mulai dari suara yang lebih berat, tubuh yang lebih tinggi, atau bagi remaja perempuan, payudara yang mulai tumbuh.Perubahan tersebut, bagi sebagian orang bisa dianggap sebagai proses yang berat. Tidak jarang, anak mengganggap dirinya tidak cukup tinggi atau tidak cukup cantik jika dibanding teman-temannya.Jika dibiarkan, kondisi ini bisa memengaruhi kondisi mentalnya, bahkan dalam jangka panjang.Untuk menjaga kesehatan mental selama masa pubertas, orang tua dan anak memiliki peran masing-masing.Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menjaga kesehatan mental remaja selama masa pubertas:
  • Bantu buat anak mengerti bahwa setiap orang adalah individu yang unik dan berarti.
  • Ajarkan anak untuk mengganti pikiran negatif dengan pikiran yang positif, misalnya dibanding mengatakan, “Aku tidak bisa,” lebih baik mengucapkan “Aku belum bisa”.
  • Jadilah pendengar yang baik dan bisa dipercaya, sehingga anak tidak ragu untuk mengutarakan pikiran dan pendapatnya.
  • Ingatkan anak bahwa perubahan tubuh selama masa pubertas adalah hal yang normal dan jelaskan kepadanya tentang proses tersebut dengan baik.
  • Bantu anak membiasakan diri mengenali emosi yang sedang ia rasakan. Misalnya, saat anak marah, biarkan ia mengatakan “Aku lagi marah, Bu,” lalu menjelaskan alasannya dengan baik.
  • Ajari anak cara menggunakan media sosial yang baik dan bijaksana. Ingatkan padanya bahwa apapun yang diunggah akan meninggalkan jejak digital dan bisa dilihat banyak orang.
Sementara itu, ini beberapa hal yang bisa dilakukan remaja selama masa pubertas untuk menjaga kesehatan mental dan emosionalnya. Ajari anak remaja untuk:
  • Menyampaikan perasaan kepada orang-orang terdekat. Jangan menganggap bahwa perasaan atau emosi negatif adalah hal yang biasa dialami remaja dan membiarkannya begitu saja.
  • Menerima diri sendiri apa adanya
  • Tidak ragu minta tolong pada orang lain jika sedang mengalami kesulitan
  • Jangan mem-bully teman atau orang lain. Sementara itu, jika remaja menjadi korban bullying, jangan ragu untuk melaporkan ke orang dewasa terdekat seperti orang tua dan guru.
  • Mempelajari cara meredakan stres, misalnya dengan olahraga, melakukan hobi, meditasi, ataupun cara-cara lain.
  • Tidak memaksakan diri melakukan hal-hal yang tidak disukai hanya karena teman melakukannya. Ini bisa memicu stres, kelelahan, dan rasa frustrasi.
Mengetahui cara menjaga kesehatan tubuh pada masa pubertas akan membantu remaja melewati masa-masa ini dengan lebih tenang dan ceria. Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar kesehatan remaja, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.

anak praremajapubertasanak sekolah

Johns Hopkins Children Hospital. https://www.hopkinsallchildrens.org/Services/Pediatric-and-Adolescent-Medicine/Adolescent-and-Young-Adult-Specialty-Clinic/Puberty
Diakses pada 25 Mei 2021
Family Doctor. https://familydoctor.org/teenagers-how-to-stay-healthy/
Diakses pada 25 Mei 2021
Very Well Family. https://www.verywellfamily.com/good-health-and-hygiene-skills-2608790
Diakses pada 25 Mei 2021
Healthy Children. https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/teen/fitness/Pages/How-Teens-Can-Stay-Fit.aspx
Diakses pada 25 Mei 2021
Kementerian Kesehatan RI. https://promkes.kemkes.go.id/content/?p=1510
Diakses pada 25 Mei 2021

Bra untuk remaja dapat dikenakan ketika payudara mulai berkembang, dan area dada terasa tidak nyaman saat berlari atau melompat. Dalam memilihnya, pastikan jenis bra nyaman dan ukurannya sesuai.

03 Mei 2021|Dina Rahmawati

Ada beberapa alasan tepat yang bisa orang tua jadikan pertimbangan sebelum memutuskan anak pindah sekolah, salah satunya kesehatan mental.

08 Feb 2022|Yanita Nur Indah Sari

Ada beberapa jajanan anak sekolah yang sebaiknya dihindari, misalnya yang mengandung pengawet dan pewarna tekstil. Apa saja jajanan anak yang perlu dihindari dan jenis jajanan apa saja yang aman?

Dijawab Oleh dr. Lizsa Oktavyanti

Dijawab Oleh dr. Denny Sutanto

Dijawab Oleh dr. R. H. Rafsanjani