Apa itu penyakit refluks gastroesofagus

Gastroesophageal reflux disease atau GERD adalah penyakit kronis pada sistem pencernaan. Apa itu GERD, penyebab, gejala, dan pengobatannya

Gastroesophageal reflux disease atau GERD adalah penyakit kronis pada sistem pencernaan. Simak apa itu GERD, penyebab, gejala, dan pengobatannya di sini.

Apa itu penyakit refluks gastroesofagus

Pengertian

Apa itu GERD? Gastroesophageal reflux disease atau GERD adalah penyakit kronis pada sistem pencernaan.

Kondisi ini terjadi ketika asam lambung naik kembali ke esofagus (kerongkongan). Hali ini terjadi akibat melemahnya sfingter (katup). Hal tersebut bisa menyebabkan iritasi pada esofagus.

Dalam keadaan normal, makanan seharusnya masuk ke mulut menuju sfingter esofagus bagian bawah.

Katup akan menutup kencang saat makanan sudah masuk ke lambung untuk mencegah isi lambung kembali ke esofagus.

Di sanalah, makanan umumnya akan bertahan selama 3-4 jam untuk dicerna.

Namun, pada kasus penyakit GERD terdapat kelainan berupa kendur (relaksasi) atau lemahnya sfingter esofagus bagian bawah.

Akibatnya, makanan yang sudah ditampung di lambung naik kembali ke kerongkongan atau bisa saja hanya berupa cairan asam lambungnya.

Ketika asam lambung atau makanan naik kembali ke kerongkongan, umumnya penderita mengalami sensasi terbakar atau panas di dada.

Artikel Lainnya: Sering Dikira Sama, Apa Beda GERD dengan Sakit Maag?

Seseorang dapat mengalami GERD lambung ringan setidaknya dua kali dalam seminggu.

Sedangkan kondisi GERD sedang sampai berat setidaknya 1 kali dalam seminggu.

Gangguan yang cukup berat dan mengganggu aktivitas serta tidur juga bisa menjadi indikasi GERD

Jika GERD tidak ditangani dengan baik, dapat timbul komplikasi yang bisa merugikan Anda.

Misalnya, peradangan pada esofagus (esofagitis) yang dapat menyebabkan perdarahan, luka, tukak, hingga jaringan parut pada esofagus.

Jaringan parut ini dapat membuat esofagus menjadi lebih sempit yang selanjutnya akan mengganggu proses menelan.

Di antara 10-15 persen penderita GERD yang berkepanjangan dapat memicu masalah kesehatan yang lebih serius.

Salah satunya adalah Barrett’s esofagus yang bisa menjadi kanker esofagus di kemudian hari.

Artikel Lainnya: Mengenal GERD Anxiety yang Mesti Diwaspadai Kaum Milenial

Penyebab

Apa itu penyakit refluks gastroesofagus

Penyebab GERD adalah kegagalan relaksasi cincin (sfingter) yang bertugas mengatur proses buka-tutup pintu/klep yang menghubungkan esofagus bawah dengan lambung.

Sfingter sendiri merupakan cincin serat otot yang terletak di sekitar permukaan dalam tubuh.

Fungsinya untuk mengatur perjalanan zat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kelemahan sfingter bisa terjadi dengan sendirinya pada wanita hamil atau orang yang obesitas.

Selain itu, penderita asma, diabetes, skleroderma, dan penyakit hiatus hernia juga rentan terkena GERD.

Ada beberapa makanan yang dapat menjadi faktor yang memicu GERD, antara lain kopi, alkohol, cokelat, makanan yang digoreng, saus tomat, serta bawang putih dan merah.

Hal lain yang juga dapat meningkatkan risiko penyakit refluks gastroesofagus adalah kebiasaan buruk yang dilakukan secara sadar maupun tidak, seperti:

  • merokok
  • kebiasaan mengonsumsi makanan dalam waktu tiga jam sebelum tidur
  • mengurangi porsi makan yang dikonsumsi

Selain itu, mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti aspirin, juga dapat meningkatkan risiko GERD.

Artikel Lainnya: Catat, 14 Cara Mengatasi Asam Lambung Naik

Gejala

Apa itu penyakit refluks gastroesofagus

GERD biasanya memiliki gejala yang mirip dengan penyakit mag. Meski demikian, berikut beberapa gejala GERD yang perlu Anda waspadai.

  • Sensasi terbakar di dada yang terkadang menjalar ke kerongkongan. Rasa terbakar ini dapat berlangsung selama 2 jam
  • Umumnya, sensasi terbakar memberat setelah makan. Berbaring juga dapat memperberat gejala ini
  • Sensasi tersebut bisa juga disertai dengan rasa asam atau pahit di mulut
  • Nyeri dada
  • Sulit menelan
  • Nyeri tenggorokan dan suara serak
  • Mual atau muntah
  • Bau mulut
  • Kesulitan bernapas
  • Sensasi adanya benjolan di tenggorokan
  • Batuk kering berkepanjangan

Diagnosis

Apa itu penyakit refluks gastroesofagus

Untuk mendiagnosis GERD, dokter akan melakukan pengumpulan informasi dari Anda serta beberapa pemeriksaan penunjang.

1. Pemeriksaan Jumlah Asam Lambung (Ambulatory Acid (pH) Test)

Pemeriksaan ini menilai jumlah asam lambung selama 24 jam.

Dengan cara ini, akan diketahui seberapa sering dan lama proses naiknya asam lambung.

2. Radiologi Barium Meal

Pemeriksaan ini dapat melihat keadaan selaput lendir esofagus dan lambung.

Sebelum melakukan proses radiologi, Anda akan diminta untuk meminum cairan barium. Setelah itu barulah dilakukan foto dengan sinar X.

3. Endoskopi

Endoskopi menggunakan alat berkamera yang dapat memantau keadaan langsung dari kerongkongan dan lambung Anda.

Jika terdapat luka atau tukak akan terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan ini.

4. Esophageal Manometry 

Esophageal Manometry merupakan pemeriksaan untuk melihat bagaimana ritme otot esofagus berkontraksi saat menelan.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kesinambungan kontraksi otot-otot esofagus Anda.

Artikel Lainnya: Ciri-Ciri Penyakit GERD yang Perlu Anda Ketahui

Pengobatan

Apa itu penyakit refluks gastroesofagus

Dokter biasanya akan merekomendasikan terapi modifikasi gaya hidup dan penggunaan obat bebas.

Bila dalam waktu 2 minggu muncul keluhan lain, dokter dapat merekomendasikan pengobatan obat paten dan pembedahan.

Terapi GERD dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat penekan asam lambung, seperti omeprazole, lansoprazole, pantoprazole. Obat ini dikonsumsi sebelum makan. 

Selain itu, baclofen, obat untuk memperkuat sfingter, juga dapat diberikan. Namun, obat ini memiliki efek samping, seperti sakit kepala dan mual.

Selain itu, dapat pula diberikan obat untuk memperlancar pergerakan saluran cerna, seperti domperidone.

Semua obat-obatan tersebut harus dikonsumsi atas petunjuk dan resep dokter.

Bila diperlukan, dokter akan merekomendasikan obat untuk mengurangi produksi asam lambung yang dikenal dengan proton pump inhibitors dan membantu memulihkan jaringan esofagus yang rusak.

Ini dilakukan agar GERD tidak kambuh lagi.

Apabila Anda mencurigai adanya gangguan GERD, ada beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan, yaitu:

  • Menempatkan bantal kepala sedikit lebih tinggi akan meminimalkan gejala yang Anda rasakan
  • Mengonsumsi obat lambung yang dijual bebas (antasida). Jika tidak berhasil, segera berkonsultasi pada dokter

Apa itu penyakit refluks gastroesofagus

Jika dengan pengobatan konvensional GERD masih tidak dapat dapat diatasi, maka diperlukan adanya tindakan pembedahan.

Metode bedah yang digunakan bertujuan untuk memperkuat sfingter esofagus agar lebih kuat.

Artikel Lainnya: Pedoman Hidup Sehat untuk Penderita GERD

Ada beberapa metode yang direkomendasikan oleh dokter.

1. Fundoplication

Dokter bedah akan melilitkan dan mengencangkan area sfingter esofagus bawah untuk mencegah refluks terjadi.

Hal ini dilakukan dengan prosedur minimal invasive (laparoskopi).

2. LINX Device

Dokter akan memasang gelang kecil magnet di sekitar area sfingter esofagus bawah dan kerongkongan.

Efek yang ditimbulkan dari magnet adalah membuat celah daerah di antara sfingter esofagus dan lambung tertutup untuk asam refluks, tetapi memungkinkan makanan melewati celah tersebut.

3. Transoral Incisionless Fundoplication (TIF)

Prosedur ini dilakukan dengan mengencangkan sfingter esofagus bagian bawah dengan membuat semacam kantong di sekitar esofagus bagian bawah dengan pengencang polipropilen.

Jika Anda memiliki hernia hiatal yang besar, TIF saja bukan pilihan. Namun, dimungkinkan jika TIF dikombinasikan dengan perbaikan hernia hiatal laparoskopi.

Pencegahan

Apa itu penyakit refluks gastroesofagus

Di bawah ini adalah beberapa tips untuk mencegah GERD.

  • Hindari makan menjelang tidur. Sebaiknya makan malam terakhir 3 jam sebelum pergi tidur
  • Hindari juga konsumsi makanan dan minuman yang dapat memicu GERD. Misalnya makanan pedas, asam, berminyak serta minuman bersoda
  • Mengonsumsi makanan dengan porsi yang kecil
  • Berhentilah merokok
  • Jaga agar berat badan tetap ideal. Jika Anda memiliki masalah dengan kelebihan berat badan, lakukan diet sehat agar Anda terhindar dari GERD. Bila perlu, berkonsultasilah pada ahli gizi
  • Hindari menggunakan pakaian yang terlalu ketat. Pakaian tersebut dapat menekan perut dan sfingter esofagus, sehingga memudahkan terjadinya GERD

Bagi Anda punya pertanyaan lain seputar apa itu GERD dan penyakit lainnya, konsultasikan kepada dokter melalui layanan LiveChat dari aplikasi KlikDokter.

(HNS/AYU)

Terakhir Diperbaharui: 27 Desember 2021

Diperbaharui oleh: dr. Theresia Rina Yunita

Ditinjau oleh: dr. Theresia Rina Yunita

Referensi:

Mayo Clinic. Diakses 2021. Gastroesophageal reflux disease (GERD).

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses 2021. Acid Reflux (GER & GERD) in Adults.

Cleveland Clinic. Diakses 2021. GERD (Chronic Acid Reflux).

Apa penyebab penyakit refluks gastroesofagus?

Penyebab GERD GERD disebabkan akibat melemahnya sfingter esofagus atau otot-otot pembatas antara kerongkongan dan lambung sehingga menyebabkan refluks (aliran balik) atau naiknya isi dan asam lambung ke saluran esofagus (kerongkongan).

Apa yang dimaksud dengan penyakit refluks gastroesofagus?

Penyakit refluks gastroesofagus atau penyakit asam lambung adalah kondisi yang disebabkan oleh melemahnya katup yang terletak di kerongkongan bagian bawah. Penyakit ini ditandai dengan mulut terasa asam dan disertai sensasi perih di dada hingga ke tenggorokan.

Apakah penyakit GERD itu berbahaya?

GERD bisa mengakibatkan munculnya komplikasi dan gejala yang berbahaya. Beberapa tanda bahaya GERD yang harus kamu ketahui adalah: Sulit menelan (disfagia) Nyeri saat menelan (odinofagia)

Apa saja yang dirasakan penderita GERD?

Tanda dan gejala umum GERD meliputi:.
Sensasi terbakar di dada (mulas), biasanya setelah makan, yang mungkin lebih buruk di malam hari Sakit dada..
Kesulitan menelan..
Regurgitasi makanan atau cairan asam..
Sensasi ada benjolan di tenggorokan..