Apa itu a g dalam cek fungsi hati

Cek hepatitis C (Anti-HCV) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit hepatitis C. Tepatnya dengan mendeteksi keberadaan virus hepatitis C (HCV/Hepatitis C Virus) dalam tubuh. 

HCV adalah penyebab utama dari penyakit hepatitis C. Virus ini dapat menyebabkan peradangan pada organ hati. Bahkan, pada beberapa kasus juga bisa memicu penyakit hati kronis, hingga kanker hati. 

Untuk menetapkan diagnosis hepatitis C, dokter akan melakukan cek hepatitis C dengan mengambil sampel darah. Sampel tersebut kemudian akan diperiksa lebih lanjut di laboratorium.

Kenapa Melakukan Cek Hepatitis C (Anti-HCV)?

Cek hepatitis C (Anti-HCV) bertujuan untuk mendeteksi keberadaan virus hepatitis C di dalam tubuh. Beberapa alasan mengapa pemeriksaan ini penting untuk dilakukan adalah:

  • Virus hepatitis bisa menyerang tanpa menimbulkan gejala.
  • Melalui pemeriksaan ini, seseorang dapat melindungi atau meminimalkan risiko anggota keluarga tertular virus ini.
  • Diagnosis yang cepat memungkinkan perawatan dilakukan dengan cepat. Ini dapat meningkatkan peluang kesembuhan. 
  • Perawatan hepatitis C yang dilakukan sesegera mungkin juga bisa mencegah komplikasi seperti sirosis dan gagal hati. 

Kapan Harus Melakukan Cek Hepatitis C (Anti-HCV)?

Cek hepatitis C (anti-HCV) direkomendasikan untuk dilakukan setidaknya satu kali dalam hidup. Hal ini karena semua orang memiliki risiko untuk terinfeksi virus hepatitis C. Terlebih, infeksi virus ini sering kali tidak bergejala.

Namun, ada beberapa kelompok orang yang paling direkomendasikan untuk menjalani cek hepatitis C (anti-HCV), yaitu:

  • Orang yang pernah pernah menggunakan obat-obatan terlarang, terutama yang disuntik.
  • Orang yang memiliki hasil tes fungsi hati yang abnormal tanpa penyebab yang belum diketahui.
  • Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis C.
  • Petugas perawatan kesehatan yang terpapar darah atau tertusuk jarum. 
  • Pengidap hemofilia yang dirawat dengan faktor pembekuan sebelum 1987.
  • Orang yang telah menjalani perawatan hemodialisis jangka panjang.
  • Orang yang menerima transfusi darah atau transplantasi organ sebelum 1992.
  • Pasangan seksual dari seseorang yang didiagnosis hepatitis C.
  • Pengidap HIV.
  • Orang yang lahir dari 1945 hingga 1965.
  • Orang yang pernah dipenjara.

Bagaimana Melakukan Cek Hepatitis C (Anti-HCV)?

Cek hepatitis C (Anti-HCV) dilakukan dengan memeriksa sampel darah. Dokter atau petugas kesehatan akan mengambil sampel darah untuk diteliti di laboratorium. 

Ada dua jenis tes darah untuk melakukan cek hepatitis C (Anti-HCV), yaitu:

  1. Tes Antibodi Hepatitis C (Anti-HCV Antibodi)

Tes anti-HCV antibodi ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh dalam melawan virus hepatitis C. Jika hasil yang didapatkan positif, maka perlu melakukan pemeriksaan lanjutan. Tujuannya untuk menentukan penyakit hepatitis bersifat kronis atau tidak. 

Tes antibodi hepatitis C ini akan tetap positif meski seseorang sudah sembuh dari hepatitis C. Hasil tes anti-HCV antibodi biasanya tersedia dalam beberapa hari hingga satu minggu setelah pemeriksaan. 

  1. Tes Genetik Virus (HCV RNA)

Tes jenis ini dilakukan jika seseorang mendapatkan hasil positif dari tes antibodi hepatitis C. Jika tes genetik virus ini menunjukkan hasil positif, artinya tubuh gagal membunuh virus tersebut. 

Dengan kata lain, hepatitis C sudah berkembang menjadi kronis. Tes HCV RNA juga bisa menentukan respon pengobatan. 

Setelah dokter memastikan pasien pasien mengidap hepatitis C, ada beberapa tes lagi yang mungkin akan dilakukan. Tes selanjutnya bertujuan untuk memeriksa tingkat kerusakan hati. 

Tes-tes yang akan dilakukan meliputi biopsi hati, tes fungsi hati, atau magnetic resonance elastography (MRE) untuk melihat kondisi dan mengerasnya jaringan hati.

Di mana Melakukan Cek Hepatitis C (Anti-HCV)?

Kamu dapat melakukan cek hepatitis C (anti-HCV) di rumah sakit ataupun laboratorium, berdasarkan rekomendasi dari dokter. Tes ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang telah berpengalaman.  

Agar mudah, kamu bisa download aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan dokter di rumah sakit. Dokter lah yang nanti akan menentukan perlu tidaknya menjalani cek hepatitis C (anti-HCV).

Referensi: LabTestsOnline.org. Diakses pada 2022. Hepatitis C Testing. Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Hepatitis C – Diagnosis Screening for hepatitis C. Web MD. Diakses pada 2022. Hepatitis C Diagnosis and Tests.

Diperbarui pada 21 Februari 2022.

Selamat siang, JJ.Pemeriksaan laboratorium adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Ada banyak sekali parameter yang dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Beberapa di antaranya bertujuan untuk menilai fungsi hati, yaitu SGOT, SGPT, dan HBsAg.SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase) adalah enzim yang dihasilkan oleh hati, jantung, ginjal, maupun otak. Sedangkan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) adalah enzim yang dihasilkan hanya oleh hati. Enzim-enzim tersebut akan dikeluarkan berlebih apabila ada gangguan atau kerusakan pada organ yang menghasilkannya.Nilai normal SGOT adalah 5-40 IU/L, sedangkan SGPT 7-56 IU/L. Jika dibandingkan dengan nilai yang Anda miliki, maka hasil laboratorium Anda melampaui nilai ambang normal. Sedangkan HBsAg adalah Hepatitis B surface Antigen, yaitu antigen yang terdapat pada permukaan virus hepatitis B. Antigen ini dapat reaktif (seperti yang Anda alami) apabila terkena virus hepatitis B. Oleh karena itu, hasil laboratorium yang Anda sampaikan perlu dikonsultasikan lebih lanjut kepada dokter spesialis penyakit dalam. Karena, apa gangguan hati atau penyakit yang Anda alami tidak bisa ditegakkan hanya dengan hasil laboratorium. Seperti yang telah disampaikan di awal, laboratorium adalah pemeriksaan penunjang, yang artinya harus dilakukan tanya-jawab (anamnesis) dan pemeriksaan fisik, untuk menegakkan diagnosis.Semoga bermanfaat, terima kasih atas pertanyaan Anda. Salam sehat,
dr. Sylvia

Kamis, 27 Juli 2017

Yakin kah Anda Terbebas dari Hepatitis?

Seseorang dengan hepatitis seringkali tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena hepatitis sehingga tanpa sengaja menyebarkan penyakit itu. Melihat hal ini, pemeriksaan secara awal penting untuk dilakukan terutama bagi mereka yang berisiko, apalagi mengingat terjadinya hepatitis seringkali minim gejala.

Pemeriksaan fungsi hati

Pemeriksaan hepatitis meliputi serangkaian pemeriksaan yang mencakup anamnese oleh dokter dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnese, dokter akan memberikan beberapa pertanyaan untuk memperoleh informasi mengenai dugaan adanya penyakit hepatitis yang dialami, serta melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat gejala-gejala yang tampak secara nyata. Bila hasil pemeriksaan tersebut memang menunjukkan kecurigaan ke arah penyakit hepatitis, maka dokter akan melanjutkan ke pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium.

Sebagai awal pemeriksaan laboratorium, dokter umumnya akan menganjurkan pemeriksaan fungsi hati, yaitu pemeriksaan darah yang dilakukan untuk mengetahui kondisi hati dan sistem empedu secara umum. Fungsi hati dapat dilihat melalui konsentrasi enzim atau protein tertentu di dalam darah. Nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah dari normal dapat mengindikasikan adanya gangguan pada hati.

Berikut ini beberapa pemeriksaan fungsi hati:

Enzim transaminase yang saat ini dikenal ada 2 jenis, yaitu alanine transaminase (ALT) atau serum glutamic pyruvic transaminasi (SGPT) dan aspartate transaminasi (AST) atau serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT). Kedua enzim transaminase tersebut dihasilkan oleh hati untuk metabolisme asam amino (mengubah makanan menjadi energi) dan memproduksi protein. Bila terjadi peradangan atau kerusakan hati, SGOT dan SGPT akan dilepaskan ke dalam aliran darah sehingga konsentrasinya di dalam darah meningkat.

  1. Alkaline Phosphatase (ALP)

Enzim ALP dapat ditemukan di hati, tulang, usus, ginjal, dan plasenta. Peningkatan konsentrasi ALP di dalam darah seringkali terjadi karena adanya penyakit hati dan tulang. Pada kasus penyakit hati, peningkatan konsentrasi ALP di dalam darah umumnya akibat adanya sumbatan saluran empedu yang disebabkan oleh tumor, batu, atau abses. Peningkatan konsentrasi ALP di dalam darah mengindikasikan gangguan pada hati, bila konsentrasi GGT di dalam darah juga meningkat.

  1. Gamma-glutamyltransferase (GGT)

Enzim GGT ditemukan di dalam sel hati dan juga saluran empedu. Peningkatan konsentrasi GGT di dalam darah dapat mengindikasikan kerusakan hati atau saluran empedu. Pemeriksaan GGT biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan ALP untuk memastikan bahwa peningkatan ALP di dalam darah terjadi karena gangguan pada hati atau saluran empedu, bukan berasal dari tulang. Kolestasis (sumbatan pada saluran empedu) dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi ALP dan GGT di dalam darah.

  1. Albumin dan total protein

Protein dibutuhkan untuk membentuk dan mempertahankan otot, tulang, darah, dan jaringan organ. Bila terjadi kerusakan hati, maka hati tidak dapat memproduksi protein yang dibutuhkan oleh tubuh tersebut dengan baik sehingga konsentrasi albumin (protein yang dihasilkan oleh hati) dan protein total di dalam darah lebih rendah dari normal.

Pemeriksaan PT dilakukan untuk mengetahui waktu pembekuan darah. Peningkatan PT menunjukkan adanya kerusakan hati akibat gangguan pembentukan faktor pembekuan darah oleh hati. Peningkatan PT hingga > 15 detik atau > 4 detik di atas batas anjuran pada hepatitis akibat virus atau alkohol dapat menunjukkan kerusakan hati yang parah.

Pemeriksaan PT dan albumin biasanya dilakukan bersamaan untuk mengukur kemampuan hati dalam memproduksi protein.

Bilirubin merupakan komponen hasil pemecahan sel darah merah yang sudah tua. Secara normal, bilirubin akan dimetabolisme lalu dikeluarkan melalui feses dan urin. Bila terjadi kerusakan hati, bilirubin dapat masuk ke dalam peredaran darah. Peningkatan bilirubin di dalam darah dapat menyebabkan jaundice (warna mata dan kulit menjadi kuning), urin berwarna lebih gelap, atau feses berwarna lebih terang.

Deteksi penyebab hepatitis

Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, pemeriksaan selain fungsi hati yang bersifat lebih spesifik harus dilakukan. Contohnya untuk kasus hepatitis B dan C, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan antigen-antibodi (pemeriksaan serologi) dan pemeriksaan asam nukleat virus (DNA atau RNA) dengan teknik molekuler.

Pada kasus dugaan hepatitis B, beberapa pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk membantu diagnosis yaitu HBsAg (Antigen hepatitis B surface), Anti-HBs (antibodi terhadap HBsAg) dan Anti-HBc (antibodi terhadap antigen core atau inti hepatitis B). Apabila hasil pemeriksaan serologi telah mengindikasikan adanya infeksi virus hepatitis B, maka diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keparahan dari infeksi tersebut dan untuk menentukan pengobatannya. Pemeriksaan lanjutan tersebut biasanya mencakup pemeriksaan HBeAg dan HBV DNA.

Pada kasus dugaan hepatitis C, pemeriksaan yang diperlukan untuk membantu diagnosis adalah Anti-HCV (antibodi terhadap virus hepatitis C). Bila hasil pemeriksaan Anti-HCV positif, maka dokter akan menganjurkan pemeriksaan HCV RNA untuk konfirmasi karena pemeriksaan ini mampu mengukur secara langsung virus hepatitis C. Bagi seseorang yang telah terdiagnosis hepatitis C, maka diperlukan pemeriksaan lanjutan sebelum memulai pengobatan yaitu pemeriksaan HCV genotype, untuk menentukan lama dan dosis pengobatan yang dibutuhkan.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA