Anggota tubuh yang digunakan sebagai tumpuan pada sikap kayang berjumlah

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot tungkai, power otot lengan, kelentukan dan keseimbangan dengan hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Menurut Arikunto (1991) Penelitian deskriptif korelasional atau penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kedua variabel atau lebih. Tujuan penelitian korelasional untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2008:131) Penelitian deskriptif korelasi adalah penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih dan untuk mengetahui berapa besarnya sumbangan (kontribusi) variabel bebasnya (dependent variable) atau X terhadap variabel terikat (independent variable) atau Y. Peneliti menduga bahwa unsur power tungkai, power lengan, kelentukan, dan keseimbangan memberikan kontribusi yang berarti dengan hasil belajar kayang. 28 B. Variabel Penelitian Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Suharsimi Arikuto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat. 1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu power ott tungkai (X1) power otot lengan (X2), kelenturan (X3), dan keseimbangan (X4) 2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu hasil belajar kayang (Y). C. Definisi Operasional Variabel Penelitian Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai berikut: 1. Kontribusi adalah sumbangan, sokongan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 520) Dalam setiap cabang olahraga unsur kondisi fisik memberikan kontribusi dalam penguasaan teknik gerak bukan hanya sebagai faktor pendukung, tetapi terkadang juga sebagai unsur utama. 2. Power otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Power otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula power yang dihasilkan otot tersebut. 29 3. Pengertian otot, otot merupakan suatu organ/alat yang penting sekali memungkinkan tubuh dapat bergerak. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk, dimana pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benangbenang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan ransangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi), Rahmat Hermawan (2002:45) 4. Pengertian lengan adalah anggota badan dari pergelangan sampai ke bahu (Poerwadarminta, 2005:585). Lengan adalah anggota tubuh penggerak bagian atas yang terdiri dari tulang-tulang, sendi penggerak dan otot-otot yang melindunginya. 5. Menurut Roji (2006:110) senam adalah olahraga dengan gerakan–gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian secara harmonis 6. Kelenturan diartikan sama dengan keleluasaan atau kemudahan gerakan, terutama pada otot-otot persendian, latihan kelenturan atau fleksibilitas bertujuan agar otot-otot pada sendi tidak kaku dan dapat bergerak dengan leluasa, tanpa ada gangguan yang berarti. 7. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan, bergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indera penglihatan, pusat keseimbangan (kanalis semi sirkulasis ditelinga dan reseptor pada otot). 8. Kayang adalah salah satu teknik dasar dalam senam yang harus dipelajari dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP. Menurut Roji (2006:119) 30 gerakan kayang adalah sikap badan terlentang seperti “busur” dengan bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan sikutnya dalam posisi lurus. D. Populasi dan Sampel 1) Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek suatu penelitian (Arikunto, 1988:155), sedangkan menurut Riduwan (2005:3) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X yang berjumlah 220 orang. 2) Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti (Arikunto, 1998:117). Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini, penulis berpedoman terhadap pendapat (Arikunto, 2002:112) yang mengemukakan “Apabila subjek penelitian kurang dari 100 maka lebih baik di ambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika populasi subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 44 orang maka penulis mengambil semua populasi tersebut. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tes power otot tungkai (leg dynamometer), (2) tes power lengan (pull and push strenght test) yang bertujuan untuk mengukur power otot lengan dalam menarik dan mendorong, (3) tes duduk jangkau, (4) tes keseimbangan dan didistribusikan dengan tabel norma tes. 31 1) Mengukur Power Otot Tungkai Tes untuk mengukur kekuatan otot tungkai adalah dengan menggunakan alat Leg Dynamometer. Alat ini valid karena sudah ditera oleh BMG dan terdapat di laboratorium Penjaskes FKIP Universitas Lampung. Tujuan : Untuk pengukuran kekuatan otot tungkai. Fasilitas : Blangko hasil pengukuran Pelaksanaan : Berdiri di atas papan dinamometer kaki. Tapak kaki selebar ± 15 cm. Kedua tapak tangan berpegangan pada pegangan dinamometer kaki/tapak tangan hadap ke belakang. Kedua lutut bengkok, sedangkan punggung tegak. Testee dengan kepala tegak dan punggung tetap lurus berusaha meluruskan kedua lutut semaksimal mungkin sebagai pertanda/upaya mendapatkan kekuatan otot-otot kaki maksimal, seperti terlihat pada jarum penempatan terakhir. Penilaian : Angka yang ditunjukkan pada dynamometer saat melakukan pelurusan kedua lutut. Gambar 3 . Leg Dynamometer. 32 Tabel 1. Norma tes power otot tungkai putra No 1 2 3 4 5 Klasifikasi Sangat baik Baik Sedang Kurang Kurang sekali

Standar Nilai > 241 214-240 160-213 137-159 <137
(Sumber).Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) Tabel 2. Norma tes power otot tungkai putri No 1 2 3 4 5 Klasifikasi Sangat baik Baik Sedang Kurang Kurang sekali

Standar Nilai > 136 114-135 66-113 49-65 <49
(Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) 2) Mengukur Power Otot Lengan Tes untuk mengukur kekuatan otot lengan menggunakan pull and push dynamometer. Satuan dalam instrumen push dynamometer ini adalah kilogram (Depdiknas, 2000). Memiliki indeks validitas sebesar 0.63 dan reliabilitas 0,63. Tujuan : Untuk mengukur kekuatan otot lengan dalam mendorong. Alat : Pull and Push dynamometer. Petugas : Pemandu tes dan pencatat skor Pelaksanaan : Peserta ters berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu dan pandangan lurus ke depan. Tangan memegang pull push dynamometer dengan kedua tangan di depan dada. Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Dorong alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat mendorong, alat tidak 33 boleh menempel pada dada, sedangkan tangan dan siku tetap sejajar bahu. Tes dilakukan sebanyak tiga kali. Penilaian : Skor kekuatan dorong terbaik dari tiga kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan kg, dengan tingkat ketelitian 0,5 kg. Tabel 3. Norma tes power otot lengan putra No 1 2 3 4 5 Klasifikasi Sangat baik Baik Sedang Kurang Kurang sekali

Standar Nilai > 44 34-43 25-33 18-24 <17
(Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) Tabel 4. Norma tes power otot lengan putri No 1 2 3 4 5 Klasifikasi Sangat baik Baik Sedang Kurang Kurang sekali

Standar Nilai > 39 30-38 22-29 15-21 <14
(Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) 3) Mengukur Kelentukan Dijelaskan dalam Nurhasan (1986: 2.44) bahwa tes untuk mengukur flexi dari pantat/pinggul dan punggung, juga elastisitas otot-otot hamstring untuk pria dan wanita usia 10 tahun hingga tingkat mahasiswa, dapat menggunakan tes duduk jangkau (The Modified Sit and Reach Test). Dengan tingkat reliabilitas 0,92 dengan prosedur retest pada hari yang berbeda. Validitas tes tergolong face validity. 34 Tujuan : Untuk mengukur kelentukan sendi pinggul. Petugas : (1) Pemandu tes dan (2) Pencatat skor. Fasilitas/ alat : (1) Lantai padat dan rata, serta (2) Fleksometer/ mistar. Pelaksanaan : Peserta tes duduk di lantai dengan kedua kaki dan lutut lurus ke depan selebar bahu. Di antara kedua kaki terdapat fleksometer/ mistar dengan skala cm dan posisi 0 berada pada ujung tumit. Selanjutnya pelan-pelan peserta tes membungkukkan badan dengan posisi lengan lurus ke depan sejauh-jauhnya menempel mistar. Peserta tes diberi kesempatan tiga kali. Penilaian : Skor terjauh dari tiga kali percobaan di catat sebagai skor dalam satuan cm. Gambar 4. The Modified Sit and Reach Test. Sumber : Nurhasan (1986) Tabel 5. Norma tes duduk dan jangkau No 1 2 3 4 5 Klasifikasi Sangat baik Baik Sedang Kurang Kurang sekali Standar Nilai > 19 11,5-19 -1.5-11.5 (-6.5)-(-1.5) < (-6.5) (Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:79) 35 4) Mengukur Keseimbangan Untuk mengukur keseimbangan seseorang dapat menggunakan tes stork stand, yaitu tes berdiri di ujung satu kaki (jinjit) pada kaki yang dominan (Nurhasan, 2000). Memiliki reliabilitas 0,87 yang diperoleh dari retest dan validitas tergolong face validity. Tujuan : Untuk mengukur keseimbangan statis. Petugas : Pemandu tes dan pencatat skor Pelaksanaan : a. Siswa berdiri dengan satu kaki, pada kaki yang dominan b. Kaki yang lain diletakkan di lutut bagian dalam dari tungkai tumpu. c. Kedua tangan diletakkan di pinggang d. Dengan aba-aba “ya”, siswa mengangkat tumit kaki tumpu, sehingga hanya bertumpu pada bola kaki (jinjit) e. Pertahankan posisi selama mungkin, tanpa menggeser posisi kaki tumpu, dan tumit tidak menyentuh lantai. f. Pencatat waktu mulai dihidupkan pada saat siswa mulai mengangkat tumit kaki tumpu (jinjit) hingga ia kehilangan keseimbangan. g. Setiap siswa diberi kesempatan sebanyak 3 kali. Penilaian : Setelah kesempatan ketiga, waktu terlama yang akan dicatat sebagai hasil akhir. 36 Tabel 6. Norma Keseimbangan Statis. No. 1 2 3 4 5 Norma Detik Baik Sekali 51 ke atas Baik 37 – 50 Sedang 15 – 36 Kurang 5 – 14 Kurang Sekali 0–4 (Sumber : Depdiknas, 2000) 5) Mengukur Kayang Adapun penilaian dari kemampuan kayang dapat dilihat dari kemampuan tubuh membentuk sikap busur yang sempurna (Roji, 2006). Semakin baik kelentukan siswa, maka nilai yang didapat akan semakin baik (sempurna). Aspek Kriteria Gerak (Deskriptor) (Indikator) Persiapan 1. Posisi Berdiri tegak, kedua kaki dibuka selebar badan bahu, tangan di samping badan. Berdiri tegak, kedua kaki dirapatkan, tangan di samping badan. Berdiri tegak, kedua kaki dibuka bahu terlalu lebar/ lebih dari bahu, tangan di samping badan. Tidak berdiri tegak, kedua kaki dibuka selebar bahu, tangan di samping badan. Tidak berdiri tegak, kedua kaki dirapatkan, tangan di samping badan. Pelaksanaan 1. Posisi Posisi kedua kaki saat kedua tangan Kaki mengapai ke belakang dibuka selebar bahu. Posisi kedua kaki saat kedua tangan mengapai ke belakang dirapatkan Posisi kedua kaki saat kedua tangan mengapai ke belakang dibuka terlalu lebar dari bahu. Posisi kedua kaki saat kedua tangan mengapai ke belakang salah satu kaki di depan tidak sejajar Posisi kedua kaki saat kedua tangan mengapai ke belakang menekuk dan terbuka lebar 2. Saat melakukan membentuk busur, Posisi Tahap Nilai 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 37 Gerakan badan Gerak Akhir 1. Posisi badan badan setimbang karena titik berat badan (tbb) jatuh pada tumpuan kakinya. Saat melakukan membentuk busur, tetapi posisi tangan dan kaki terlalu jauh dari titik berat badan (tbb). Saat melakukan membentuk busur, Posisi togok melenting tidak sempurna, kepala menengadah lebih tinggi dari posisi badan. Saat melakukan membentuk busur, tidak ada lentingan tubuh bagian bawah. Tbb jauh dari tumpuan kaki atau dari garis v, posisi ini tidak mungkin dapat bangun. Tidak dapat melakukan lentingan kayang. Berdiri tegak kembali dengan menarik badan ke depan atas tanpa jatuh, kedua kaki dibuka selebar bahu, tangan di samping badan. Berdiri tegak kembali dengan menarik badan ke depan atas tanpa jatuh, kedua kaki dirapatkan, tangan di samping badan. Berdiri tegak kembali dengan menarik badan ke depan atas tanpa jatuh, kedua kaki dibuka bahu terlalu lebar/ lebih dari bahu, tangan di samping badan. Badan dijatuhkan dulu ke lantai, kemudian baru berdiri tegak, kedua kaki dibuka selebar bahu, tangan di samping badan. Badan dijatuhkan dulu ke lantai, kemudian baru tidak berdiri tegak, kedua kaki dirapatkan, tangan di samping badan. (Sumber: Roji, 2006) Keterangan Pelaksanaan : Gambar 5. Kemampuan Kayang. 4 3 2 1 5 4 3 2 1 38 Nilai 5 : Sikap kayang sempurna. Posisi badan setimbang karena titik berat badan (tbb) jatuh pada tumpuan kakinya. Nilai 4 : Sikap kayang baik, tetapi posisi tangan dan kaki terlalu jauh dari titik berat badan (tbb). Nilai 3 : Sikap kayang cukup. Posisi togok melenting tidak sempurna, kepala menengadah lebih tinggi dari posisi badan. Nilai 2 : Sikap kayang kurang. Karena tidak ada lentingan tubuh bagian bawah. Tbb jauh dari tumpuan kaki atau dari garis v, posisi ini tidak mungkin dapat bangun. Nilai 1 : Tidak dapat melakukan kayang. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi carl pearson. Sehubungan penelitian ini adalah penelitian sampel, maka diperlukan uji persyaratan untuk menentukan teknik analisis statistik yang digunakan. Uji persyaratan yang diperlukan adalah uji normalitas. Secara lebih jelas pengujian analisis data dari uji prasyarat hingga pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas menggunakan SPSS 16 rumus Kolmogrov Smirov. 39 2. Pengujian Hipotesis a. Mencari Koefisien Korelasi Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digunakan korelasi product moment dan korelasi ganda. Menurut Sudjana (2005: 369) Koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dapat dicari dengan menggunakan rumus korelasi Carl Pearson : rXi n Xi 2 n Xi - Xi Xi 2 n 2 - 2 Keterangan: rX i = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y ∑X = Jumlah skor variabel X ∑Y = Jumlah skor variabel Y ∑X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X ∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y Dalam Sugiyono (2008: 226) Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antara dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna. Jika didapat r = -1 maka terdapat korelasi negatif sempurna, artinya setiap peningkatan pada variabel tertentu maka terjadi penurunan pada 40 variabel lainnya. Sebaliknya jika didapat r = 1, maka diperoleh korelasi positif sempurna. Artinya ada hubungan yang positif antara variabel, dan kuat atau tidaknya hubungan ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi. Dan koefisien korelasi adalah 0 maka tidak terdapat hubungan. Tabel 7. Interpretasi koefisien korelasi nilai r. Interval Koefisien Korelasi 0,80 - 1,00 0,60 - 0,79 0,40 - 0,59 0,20 - 0,39 0,00 - 0,19 Interpretasi Hubungan Sangat kuat Kuat Cukup kuat Rendah Sangat rendah Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel Product Moment, dengan taraf signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%). Kaidah pengujian signifikan : Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho artinya tidak ada hubungan yang signifikan. Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005:369). Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut: KP = r 2 x 100 % Keterangan : KP = Nilai koefisien determinasi r2 = Koefisien korelasi dikuadratkan