2 tokoh pejuang yang mempertahankan integrasi bangsa adalah

USAI mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, perjuangan bangsa Indonesia belum sepenuhnya berakhir. Sebab, tentara asing seperti Belanda dan Inggris kembali datang ke Tanah Air untuk menguasai dan merebut kemerdekaan.

Namun, hal itu tidak sempat terwujud lantaran Indonesia memiliki pejuang-pejuang yang tangguh dan siap melakukan apa saja demi mempertahankan kemerdekaan. Siapa sajakah mereka? Berikut informasi lengkapnya, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber, Rabu (17/8/2022) :

1. Jenderal Soedirman

Peran terkenal Jenderal Soedirman dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah dengan memimpin perang gerilya pada 1948. Soedirman yang mendengar pasukan Belanda sudah bergerak menuju Yogyakarta, langsung bertindak dengan berangkat ke Istana Kepresidenan. Pria kelahiran Purbalingga, 24 Januari 1916 itu menerima arahan langsung dari Presiden Soekarno terkait langkah selanjutnya yang harus dilakukan.

Melansir Sindonews, pria yang akrab disapa Pak Dirman itu lantas menyerukan kepada seluruh anggotanya untuk segera bersiap menghadapi Belanda sembari menunggu perintah Presiden. Setelahnya, Soekarno memerintahkan ia untuk tinggal di dalam kota (Yogyakarta). Namun, Soedirman dengan yakin dan lantang menolaknya. Ia memilih untuk terjun langsung di medan perang bersama anak buahnya.

Soedirman langsung meninggalkan Yogyakarta untuk memulai perjuangannya. Meskipun saat itu ia terdeteksi sudah menderita penyakit TBC, ia tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan. Karena kondisinya, ia harus ditandu oleh anak buahnya selama perang berlangsung.

Kesehatannya semakin payah di pertengahan tahun 1949. Soedirman akhirnya wafat pada 29 Januari 1950 di Magelang, Jawa Tengah dan dimakamkan di TMPN Kusuma Negara, Yogyakarta. Pemerintah menganugerahi gelar pahlawan nasional kepadanya melalui SK Nomor 314 tertanggal 10 Desember 1964.

2. Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani

Nama Ahmad Yani terpatri sebagai pahlawan revolusi yang gugur di ujung senjata gerakan pemberontak, 1 Oktober 1965. Yani, sapaan akrabnya, turut berperan dalam pertempuran 7 hari di Magelang pada Oktober 1945 dan berhasil mengambil senjata musuh.

Berbagai sumber menyebut, Ahmad Yani juga berperan besar dalam menghadapi Agresi Belanda II di bulan Desember 1948. Kala itu, perwira kelahiran Purworejo, 19 Juni 1922 ini dipilih menjadi Komandan Wehkreise wilayah Kedu. Wehkreise sendiri merupakan strategi yang sengaja dilakukan TNI saat Agresi Militer Belanda II.

Baca Juga: Saatnya Anak Muda Bangkit Bersama untuk Indonesia Bersama Astra

Gugur sebagai pahlawan, jasad Ahmad Yani baru ditemukan pada 4 Oktober 1965 di sebuah sumur di Lubang Buaya, bersama 5 jasad petinggi TNI AD dan 1 ajudan A.H Nasution, Kapten Pierre Tendean, yang menjadi korban peristiwa G30S. Ahmad Yani diberikan gelar pahlawan nasional pada 5 Oktober 1965 melalui SK Nomor 111/KOTI/1965.

3. Bung Tomo

Suara lantang Bung Tomo menggema di tengah pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945. Kala itu, Surabaya diserang pasukan Inggris yang bertujuan melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan tawanan Eropa dari tangan pasukan Jepang. Merdeka atau mati, adalah ucapan yang menjadi semboyan Bung Tomo dan masih terkenal sampai detik ini.

Bung Tomo membakar semangat para pemuda Surabaya untuk melawan tentara Inggris dan jangan sampai kemerdekaan Indonesia kembali direbut oleh negara asing.

“Selama banteng-banteng Indonesia mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu kita tidak akan menyerang kepada siapapun juga,” kata Bung Tomo dalam pidatonya.

4. Margonda

Nama pimpinan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI), Margonda, selama ini mungkin hanya dikenal sebagai sebuah jalan di Kota Depok, Jawa Barat. Rupanya, Margonda mempunyai perang penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, yakni pertempuran yang diberi nama Gedoran Depok.

Kala itu, diketahui NICA (Netherlands-Indies Civiele Administration) berniat menguasai Depok dan menggandeng sekutu. Pertempuran hebat terjadi di antara kedua pihak pada November 1945 dan banyak menewaskan pasukan dalam negeri, termasuk Margonda. Margonda gugur di wilayah Pancoran Mas kala berniat melempar granat ke lawannya. (Diolah dari Berbagai Sumber/Litbang MPI/Ajeng Wirachmi)

mengapa makanan khas majapahit sampai saat ini belum mendunia?​

Kepalsuan persembahan berhala raja ahab terbukti karena ...​

Tanaman pangan merupakan kebutuhan pokok atau dasar untuk karbohidrat dalam tubuh di bawah ini jenis bahan makanan karbohidrat... yang mengandung A. L … acang tanah, kapri, boncis B. jagung, kacang hijau, singkong C. beras, ketela, gandum D. ubi jalar, kedelai, kentang.​

5. Berikut ini ciri-ciri beras; berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini … mendominasi pasar beras. Jenis beras yang dideskrepsikan diatas termasuk dalam jenis beras.... A. merah B. put h C. hitam​

Berikut ini penyebab keluarnya dekrit presiden 5 juli 1959....a.indonesia dikepung oleh proyek nekolimb.Konstituante gagal merumuskan kostitusi baruc. … konstituante tidak mampu memutuskan kemabli uud 1945d.konflik ideologi partai menghambat pembentukan uud barue.kondisi psikologi dan politik masyarat meulai genting​

2 tokoh pejuang yang mempertahankan integrasi bangsa adalah

Jenderal Gatot Subroto, salah satu tokoh yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. [Terkini.id]

Pasca merdeka pun, 5 tokoh ini tetap berjuang agar kemerdekaan Indonesia diakui oleh negar-negara lain di dunia.

Suara.com - Setelah merdeka pada 17 Agustus 1945, tidak lantas Indonesia bisa dengan mudah membangun bangsanya sendiri. Ada beberapa tokoh yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Beberapa tokoh ini mengambil peran yang sangat besar untuk mempertahankan kemerdekaan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) di tengah banyak negara yang belum mengakui kemerdekaan Indonesia. Berikut tokoh-tokoh tersebut, mengutip Ruang Guru, Senin (2/8/2021).

1. Sultan Hamengkubowono IX
Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912, dengan nama asli Gusti Raden Mas Dorodjatun. Ia adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan permaisuri Kangjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara.

Pada tanggal 2 Oktober 1988, Sultan Hamengkubuwono IX meninggal dunia di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat. Atas jasa dan berbagai perannya bagi bangsa dan negara Indonesia, Pemerintah RI menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional.

Baca Juga: Anies Ungkap Kelompok Penjahat dan Pahlawan di Masa Pandemi Covid-19

2. Frans Kaisiepo
Pahlawan berikutnya berasal dari Irian. Namanya diabadikan menjadi nama Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak, di salah satu kapal yaitu KRI Frans Kaisiepo, dan wajahnya pun tertera dalam mata uang Rp 10.000.

Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921. Pada usia 24 tahun, ia mengikuti kursus Pamong Praja di Jayapura yang salah satu pengajarnya adalah Soegoro Atmoprasodjo, yang merupakan mantan guru Taman Siswa.

Sejak bertemu dengan beliau, jiwa kebangsaan Frans Kaisiepo semakin tumbuh dan kian bersemangat untuk mempersatukan wilayah Irian ke dalam NKRI.

Frans Kaisiepo wafat tanggal 10 April 1979. Atas jasa dan perjuangannya selama mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia, Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional.

3. K. H. Hasyim Asy'ari
Ternyata, tokoh yang mempertahankan kemerdekaan tidak hanya datang dari kalangan sipil dan tentara saja, lho. Tapi ada juga tokoh ulama yang berjuang mempertahankan kemerdekaan RI, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari. Beliau merupakan salah satu ulama yang mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng.

Baca Juga: Hanoman dan Naruto Mendadak Muncul di Manahan, Warga Awalnya Kaget Namun Berubah Haru

K.H. Hasyim Asy’ari lahir di Jombang, Jawa Timur tanggal 14 Februari 1871. Pondok Pesantren Tebuireng didirikan pada tahun 1899 serta memelopori pendirian organisasi massa Islam Nahdhatul Ulama (NU) tanggal 31 Januari 1926.

2 tokoh pejuang yang mempertahankan integrasi bangsa adalah

Tokoh pejuang yang sudah memperjuangkan dan mempertahankan integrasi bangsa di kemudian hari diberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional. Tokoh-tokoh yang memperjuangkan integrasi tersebut bukan hanya berjuang melalui kegiatan politik atau organisasi saja, tetapi juga terdapat beberapa tokoh pejuang yang memperjuangkan integrasi bangsa melalui hal-hal lain seperti melalui seni. Berikut merupakan lima tokoh pejuang integrasi tersebut.

  1. Peran Abdul Haris Nasution : Peran Jenderal Abdul Haris Nasution adalah berjuang mempertahankan kemerdekaan bersama Divisi Siliwangi dan dengan memberantas pemberontakan KI di Madiun pada tahun 1948.
  2. Peran Sri Sultan Hamengkubuwono : Sultan Hamengku Buwono IX berhasil membantu Republik Indonesia untuk memindah ibukota ke Yogyakarta untuk menghindari konflik dengan Belanda di Jakarta. Selain memindahkan ibu kota, Sultan memberikan berbagai fasilitas dan hartanya untuk berkorban mempertahankan Republik Indonesia
  3. Peran Frans Kaisepo : Frans Kaisiepo juga berperan dalam pendirian Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada tanggal 10 Mei 1946. Berupaya agar penentuan pendapat (Pepera) bisa dimenangkan olehmasyarakat papua yang ingin bergabung dengan Indonesia (NKRI) 1960.
  4. Sultan Syarif Kasim II : Menyerahkan daerah kesultanan Siak untuk ikut bergabung dalam NKRI.
  5. Ismail Marzuki : Berjuang mewujudkan integrasi melalui seni, lagu-lagu yang diciptakan sangat menggugah rasa cinta terhadap tanah air dan bngsa.

Dengan demikian 5 pejuang yang berperan dalam mempertahankan integrasi Indonesia adalah Frans Kaiseipo yang berperan dalam mempengaruhi masyarakat Papua untuk bergabung kedalam NKRI melalui Pepera pada tahun 1960, Sultan Hamengkubuwono IX yang berkontribusi besar dalam menyatukan daerah Yogyakarta kedalam NKRI, Sultan Syarif Kasim II Berperan dalam Menyerahkan daerah kesultanan Siak untuk ikut bergabung dalam NKRI, Jenderal Abdul Haris Nasution berperan dalam memberantas pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948, dan Ismail Marzuki menyebarkan semangat cinta tanah air dan kebangsaan melalui seni, terutama lagu-lagu yang menggugah semangat kebangsaan.