Yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter yang sesuai dengan nilai Kristiani adalah

Pembentukan  karakter  kristen  dijelaskan  sebagai  berikut,  Samuel  T.  Gunawan menyatakan bahwa ”Pembentukan  karakter  kristiani  adalah  terbentuknya  sifat-sifat positip/terbaik  dalam  diri  orang  kristen  sesuai  yang  diajarkan  dalam  Alkitab.  Seseorang dikatakan  berkaraker  kristen  saat  melaksanakan  secarasadar  dalam  perilakunya  setiap  hari sehingga  menjadi  suatu  keyakinan  atau  keharusan”.  Dapat  dijelaskan  bahwa  berkarakter kristen sesuai dengan ajaran Alkitab berarti setiap tindakan adalah keteladanan yang nampak dalam  kehidupan  siswa  bersumber  pada  kesediaan  pikiran  dan  hati  yang  tunduk  kepada Allah dan firmanNya.

Yonas  Muanley  menjelaskan  bahwa, “Pembentukan  karakter  sebagai  berikut “terbentuknya  sejumlah  sifat  atau  kebiasaan  positif  dalam  kehidupan  seseorang  yang diwakili  oleh  pemikiran,  nilai,  motivasi,  sikap,  perasaan  dan  tindakan. “Pembentukan karakter  merupakan  usaha  membentuk  sejumlah  sifat  atau  kebiasaan  positif  berdasarkan pemahaman,  sikap,  perasaan  dan  tindakan  dalam  kehidupan  sehari-hari  sesuai  Alkitab.” Sifat atau kebiasaan sesuai firman Tuhan dibentuk sejak dini bertujuan agar siswa memiliki pemahaman  akan  kebenaran  dan  hidup  dengan  sukarela  dan  kesukaan  dalam  kebenaran tersebut.

Koesoema  menjelaskan  bahwa,  “struktur  antropologis  kodrati  kita  mengatakan bahwa  kita  mampu  mengubah  karakter.  Karakter  sesungguhnya  bersifat  dinamis,  oleh karena  itu  bisa  berubah.  Karakter  terbentuk  karena  pola  tindakan  yang  bersruktur  dan dilakukan  berulang-ulang  agar  dalam  pembentukan  anak  dapat  berjalan  dengan  baik”. Karakter  dapat  dibentuk  dalam  diri  seseorang,  karakter  terbentuk  atau  dimiliki  seseorang karena faktor lingkungan dan pengalaman, sehingga pembentukan karakter kristen memiliki peluang  besar  untuk  menghasilkan  siswa-siswi  yang  berkarakter  kristen,  dengan  demikian peran guru sangat diperlukan, Arozatulo menyatakan bahwa, “seorang guru PAK tidak boleh mengabaikan  perannya  sebagai  guru  yang  memiliki  tanggungjawab  membentuk  karakter siswanya.   Artinya   guru   PAK   tidak   hanya   sekedar   mengajar,   melainkan   memberikan kontribusi  yang  sangat  berharga  lebih  dari  sekedar  mengajar.  Yakni  berusaha  membentuk karakter siswanya.” (2018, 221). Siswa dapat diarahkan atau dilatih untuk memiliki karakter yang  diharapkan  melalui  pelatihan  dan  pembiasaan  baik  yang  dilaksanakan  secara  terus-menerus. Selanjutnya A.Hasan menjelaskan bahwa, “…guru adalah kompenen yang sangat penting  dan  perlu  mendapat  sorotan  khusus,  artinya  memiliki  peranan  dan  pengaruh  yang sangat  dominan  dalam  membentuk  karaker  siswa  (2008,  27).  Kesediaan,  kerelaan  dan komitmen  guru  PAK  dalam  pembentukan  karakter  siswa  mendorong  terbentuknya  karakter Kristen.

Alkitab dalam kitab 1 Korintus 10:33 menyatakan “pergaulan yang buruk  merusak kebiasaan  yang  baik.  Karakter  ditentukan  oleh  apa  yang  diterima  jiwanya  dalam  pergaulan sehari-hari.  Nelson  dikutip  oleh  Oditha  menjelaskan  bahwa,  “karakter  mulai  terbentuk, ditempa  sejak  kecil,  dipengaruhi  oleh  orangtua  melalui  bimbingan,  nasehat,  pembelajaran dalam keluarga, permainan, tetangga, sekolah, lingkungan alam, gereja, kelompok bermain, televisi,  budaya,  segala  kekuatan  sosial  yang  berhubungan  dengan  anak.”  Siswa  dapat memiliki karakter kristen melalui latihan dari pembiasaan baik oleh komponen sekolah.

Yonas menjelaskan bahwa, ”Karakter menurut Alkitab adalah menjalani hidup di hadapan  Tuhan  dengan  penuh  hormat  dan  berusaha  menyenangkan  Tuhan.  Membangun karakter  ialah  “mengukir  nilai/prinsip  kebenaran  Allah  dengan  praktek  hidup benar berdasarkan Alkitab. Artinya melakukan yang benar karena hal tersebut benar.” Praktek hidup  benar  dapat  dilakukan  jika  memahami  terlebih  dahulu  Alkitab  dan  hal  tersebut merupakan tugas dan tanggungjawab warga gereja secara khusus guru di sekolah.

Karakter  dibentuk  melalui  pikiran  yang  benar  (Roma  12:2),  disiplin  rohani  (1 Korintus  9:24-27).  Latihan  rohani  tersebut  meliputi:  membaca  dan  mendalami  Alkitab secara  teratur,  berdoa  secara  teratur,  melayani  dengan  penuh  semangat,  ketaatan  kepada firman  Tuhan.  Pembaharuan  budi  menghantar  siswa  untuk  mengenal  dan  melakukan kehendak Allah. apa yang diyakini oleh pikiran akan mempengaruhi perilaku. Berdasarkan    penjelasan    di    atas    diketahui    bahwa    penerapan    dari    konsep pembentukkan    karakter    kristen    dapat    dilakukan    dalam    berbagai    pembiasaan    baik disesuaikan  dengan  kreatifitas  guru  atau  pihak  sekolah.  Namun  harus  dilakukan  dengan komitmen yang terpelihara oleh seluruh warga sekolah.

Bentuk-bentuk  pembentukkan  karakter  Kristen  yang  dapat dilaksanakan  di  sekolah dasar adalah sebagai berikut: 1) Pembentukan karakter kristen dalam konsep pikiran yang benar melalui kegiatan rutin yaitu: a) ”Ayo beribadah” berupa: ibadah singkat setiap hari (bernyanyi, membaca Alkitab dan berdoa), ibadah  mingguan  sekolah  (1  minggu 1 kali), dan “Kantin Kejujuran”, b) “Jadi Bintang” berupa hapal ayat dan bersaksi. pengkondisian yaitu: “Ayo ke Gereja” dan “Siapa Takut Melayani”. Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, siswa dilatih untuk memulai segala aktivitas dengan  beribadah terlebih  dahulu  sebagai  ungkapan  syukur  atas  pemeliharaan  Tuhan sekaligus   memohon   bimbingan   dan   perlindungan   sepanjang   hari   yang   akan   dilalui. Pembiasaan ini bertujuan membangun kebergantungan sebagai umat kepada Tuhan. Pujian dalam ibadah bertujuan agar siswa-siswi membangun dan memiliki tutur kata yang  indah,  hormat  dan  sedap  didengar  selain  dari  ungkapan  sukacita  sebagai  umat Tuhan.Doa  dalam  ibadah  bertujuan  agar  siswa-siswi  menjalin  hubungan  akrab  dengan  Tuhan  dan membiasakannya  untuk  mencari  pertolongan  yang  tepat  dalam  menyelesaikan  masalah. Pembacaan Alkitab ini juga bertujuan agar siswa-siswi memiliki konsep yang benar tentang Allah, kasihNya, manusia, dosa, nilai-nilai kristiani, kehidupan, tantangan, doa, pujian, cara hidup  yang  dikehendaki  oleh  Tuhan,  dll.  sejak  kecil  dan  diharapkan  dilakukan  dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah rutin, mingguan dan perayaan hari raya agama bertujuan agar siswa-siswa memiliki karakter suka beribadah, hidup dalam doa, berani, hidup dalam pujian kepada Tuhan, disiplin, dll. Menghapal  ayat-ayat  Alkitab  bertujuan  agar  siswa-siswi  memiliki  pedoman  dalam menjalani  hidupnya,  dalam  menyelesaikan  masalah,  atau  dalam  menjalin  hubungan  dengan sesama,  Tuhan  dan  lingkungan. Bersaksi  bertujuan  agar  siswa-siswi  memiliki  keberanian, kerelaan dan kerajinan serta bertanggungjawab dalam pelaksaan iman kepada Tuhan Yesus.

2) Pembentukan  karakter  kristen  dalam  konsep  menjalani  hidup  dengan  penuh  hormat  di hadapan  Tuhan  dan  berusaha  menyenangkanNya  serta  lingkungan  baik  agar  terbentuk perilaku  baik  diterapkan  dengan  kegiatan  rutin  berupa:  ibadah  harian,  “Kantin Kejujuran” dan “Siapa takut melayani”

Yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter yang sesuai dengan nilai Kristiani adalah


MEMBANGUN KARAKTER KRISTEN YANG KUAT

Yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter yang sesuai dengan nilai Kristiani adalah

Di Tulis Oleh : Roy Maitimu,S.Sos

Staf Bimas Kristen Kantor Kementerian Agama Kota Ambon 

Dalam melaksanakan tugas  sebagaimana yang dimaksud dalam PMA 42 tahun 2016 pasal 496,Diktorat Jenderal Bimbingan Msyarakat Kristen Menyelenggarakan: a) perumusan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Kristen :b)pelaksanaan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan kristen:c). pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Kristen; d). pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Kristen; e). pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Kristen;

Sesuai dengan Tugas dan Fungsi dari Bimas Kristen tersebut di atas,  maka Seksi Bimas Kristen Kantor Kementerian Agama Kota Ambon berupaya dalam membangun Karakter Kristen yang kuat bagi Umat . yang juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahklan dalam 3 Mantra Kementerian Agama yaitu, Moderasi Agama, Kebersamaan Umat dan Integrasi Data. dan dalam kesempatan ini lebih ditekankan menyangkut dengan kebersamaan umat.

Dalam penulisan ini saya akan memaparkan berbagai hal sebagai berikut :

1.     Pengertian Karakter Kristen

Karakter sebagai, “tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lainnya” (Kamus Umum Bahasa Indonesia). Karakter adalah istilah psikologis yang menunjuk kepada “sifat khas yang dimiliki oleh individu yang membedakannya dari individu lainnya”. Jadi, pada dasarnya karakter adalah sifat-sifat yang melekat pada kepribadian seseorang. Sedangkan Kristen adalah sebutan bagi seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, karakter Kristen disebut juga sifat-sifat Kristen, yaitu kualitas rohani yang dimiliki seorang Kristen.

2.   Pembentukan Karakter

Setiap pribadi dikenali melalui sifat-sifat (karakter) yang khas baginya. Pembentukan pribadi mencakup kombinasi dari beberapa unsur yang tidak mungkin dapat dihindari, yaitu unsur Pembawaan dari lahir, unsur lingkungan, dan kebiasaan. (1) Unsur Pembawaan dari lahir adalah unsur-unsur yang dibawa (diwariskan) dari orang tua melalui proses kelahiran, seperti keadaan fisik, intelektual, emosional, temperamen dan spiritual; (2) Unsur lingkungan mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam membentuk karakter dari pribadi seseorang. Unsur lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan tradisi dan budaya, serta lingkungan alamiah (tempat tinggal); (3) Unsur kebiasaan adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang terus menerus dilakukan menjadi suatu keyakinan atau keharusan. Kebiasaan-kebiasan ini akan turut membetuk karakter seseorang.


PENTINGNYA KARAKTER KRISTEN

Alasan penting mengapa kita perlu mengajarkan dan menampilkan karakter Kristen adalah: Kemerosotan moral. Karena saat ini sudah begitu luas kalangan yang merasakan terjadinya kemerosotan moral. Pengajaran karakter adalah suatu perlawanan terhadap kemerosotan moral dan terhadap modernisasi. Dalam zaman globalisasi dari modern saat ini kita semakin menyadari berbagai aturan moral yang berbeda dari berbagai budaya yang berbeda. Saat ini kita hidup disuatu zaman perjumpaan global dan keragaman budaya, dan itu membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi. Karakter dibentuk oleh orang-orang lain yang menjadi model  yang kita ikuti. Orang tua, guru, pembina, pelatih yang menjadi model atau teladan bagi kita turut membentuk karakter kita. Dengan dituntun atau mengikuti dan meneladani para model atau sosok lain yang layak diteladani kita belajar mengenali dan mewujudkan berbagai kebiasaan, dan keterampilan emosional dan intelektual yang dinyatakan oleh berbagai kebajikan.

Kita mengetahui bahwa identitas orang Kristen dikenal lewat dua kualitas yang secara jelas dinyatakan sebagai “garam” dan “terang” dunia (Matius 5:13,14). Kedua hal  ini mengacu kepada “perbedaan” dan “pengaruh” hal ini dapat diartikan yaitu bahwa orang Kristen secara harus memikul beban moral secara konsisten dan konsekuen. Lebih jauh  ini bukan sekedar penegasan, tetapi merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen untuk melibatkan diri dan memberi solusi dalam masalah-masalah dunia ini tanpa harus menjadi duniawi.

Jika garam menjadi tawar maka ia tidak berguna (Matius 5:13). Dan jika terang disembunyikan di bawah gantang maka ia tidak dapat menerangi semua orang (Matius 5:15). Karena itu, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”     (Matius 5:16). Oleh karenanya “perbuatan yang baik” menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian moral, kualitas dan manfaat. Dengan demikian, perbuatan baik adalah cermin dari kualitas karakter seseorang.

Dari pemaparan di atas bisa dipastikan bahwa Seksi Bimas Kristen Kantor Kementerian Agama Kota Ambon merasa pentingnya karakter hidup Kristen, “Hal ini merupakan tugas dan fungsi akhir dari pendidikan Kristen”. Selanjutnya “Kita sebagai orang Kristen, selain memberikan hidup kepada orang-orang yang kita didik, kita juga membentuk karakter diluar Hidup ini merupakan pekerjaan Roh Kudus melalui firman yang kita kabarkan, melalui Injil yang kita tegaskan sebagai pusat iman.
Karena itu, Pemazmur mengingatkan kita “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mamur 90:12). Pada saat seseorang menjadi cukup dewasa untuk menyadari betapa singkatnya hidup ini, maka ia mulai sadar betapa berharganya seandainya ia telah belajar lebih awal untuk menjadi bijaksana dalam kehidupan. Paulus menasihati, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:15-17). Jika kita berusaha sungguh-sungguh untuk memiliki hikmat dari Allah, kita akan lebih mampu meningkatkan kualitas diri, mengembangkan karakter dan nilai-nilai yang mengalir dari hidup baru yang telah ditanamkan Allah dalam kita. Karakter kita akan menjadi karakter yang saleh sehingga orang lain senang melihatnya, dan memuliakan Allah (Matius 5:16).

“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18)

KERUSAKAN TOTAL DAN KETIDAKMAMPUAN TOTAL MANUSIA Manusia telah mati secara rohani sehingga memerlukan kelahiran kembali atau hidup baru secara rohani. Akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa, citra Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Adam dan Hawa telah membuat dosa menjadi aktual pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu natur dosa telah diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22). Manusia telah rusak total (total depravity), tetapi ini bukanlah berarti (1) bahwa setiap orang telah menunjukkan kerusakannya secara keseluruhan dalam perbuatan, (2) bahwa orang berdosa tidak lagi memiliki hati nurani dan dorongan alamiah untuk berhubungan dengan Allah, (3) bahwa orang berdosa akan selalu menuruti setiap bentuk dosa, dan (4) bahwa orang berdosa tidak lagi mampu melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan Allah maupun manusia. Tetapi yang dimaksud dengan kerusakan total adalah (1) kerusakan akibat dosa asal menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk pikiran, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1 Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15), dan (2) secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12). Selain mengakibatkan kerusakan total pada manusia, dosa juga mengakibatkankan ketidakmampuan total (total inability), yaitu bahwa : (1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; (2) Tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Ini berarti, orang yang belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan baik ini tidak digerakan oleh kasih kepada Allah dan tidak pula dilakukan dengan ketaatan yang sukarela pada kehendak Allah Jadi, manusia dalam natur lamanya yang berdosa tidak menyadari dan tidak mampu menanggapi hal-hal rohani dari Allah. Manusia tidak mampu melakukan apapun untuk mengubah natur maupun keadaan keberdosaannya (Roma 3:9-20). Maka jelaslah bahwa manusia memerlukan suatu perubahan yang radikal dan menyeluruh yang memampukannya untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Regenerasi adalah solusi yang disediakan Allah bagi manusia. REGENERASI SEBAGAI PONDASI DARI KARAKTER KRISTEN Regenerasi adalah perubahan yang radikal dan seketika yang diperlukan untuk memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Regenerasi merupakan suatu perubahan radikal dari kematian rohani menjadi kehidupan rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Kita tidak memiliki peran apapun dalam kelahiran baru ini; sepenuhnya merupakan tindakan Allah. Sebab jika kita telah mati secara rohani, bagaimana mungkin orang mati dapat bekerjasama dengan Allah untuk menghidupkan dirinya sendiri (Efesus 2:5)? (Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta, hal. 121-146). 1. Natur Regenerasi Berdasarkan pengertian di atas ada tiga natur dari regenerasi, yaitu: (1) Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi secara seketika, bukan suatu proses bertahap seperti pengudusan yang progresif. Paulus mengatakan, “telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan -” (Efesus 2:5). Disini, kata kerja yang diterjemahkan “menghidupkan (synezoopoiesen)”, memakai bentuk aorist tense yang berarti tindakan yang seketika atau sekejap; (2) Regenerasi merupakan perubahan yang supernatural (adikodrati). Kelahiran baru bukan merupakan peristiwa yang dapat dilaksanakan oleh manusia (Yohanes 3:6). Kelahiran baru sepenuhnya merupakan tindakan Allah. Secara khusus merupakan karya Roh Kudus. (3) Regenerasi merupakan perubahan yang radikal. Istilah radikal berasal kata Latin “radix” yang berarti “akar”, sehingga regenerasi merupakan suatu perubahan pada akar natur kita. Dengan demikian regenerasi berarti: (a) penanaman (pemberian) kehidupan rohani yang baru, karena pada dasarnya manusia telah mati secara rohani (Efesus 2:5; Kolose 2:13; Roma 8:7-8). Manusia yang telah mati secara rohani tidak mungkin dapat bekerjasama dengan Allah untuk menghidupkan dirinya sendiri, karena regenerasi merupakan tindakan Allah dan manusia hanya menerimanya; (b) perubahan yang total yaitu perubahan mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian, yaitu pikiran, hati nurani, kehendak, emosi. Alkitab menyebutnya sebagai pemberian “hati yang baru” (Yehezkiel 36:26). Hati menurut Alkitab adalah inti rohani dari satu pribadi, pusat dari seluruh aktivitas; sumber yang darinya mengalir semua pengalaman mental dan spiritual, berpikir, merasakan, menghendaki, mempercayai, dan sebagainya (Bandingkan dengan Amsal 4:23; Matius 15:18-19). 2. Regenerasi sebagai Awal dari Seluruh Proses Pembaharuan Dapat dikatakan bahwa regenerasi adalah awal dari seluruh proses pembaharuan dalam kehidupan seorang Kristen. Karena regenerasi merupakan pemberian hidup yang baru, maka artinya regenerasi merupakan awal dari proses-proses pembaharuan hidup. Dengan demikian, orang yang lahir baru telah mengalami langkah pertama dari pembaharuan. Proses-proses pembaharuan hidup yang mengikuti regenerasi itu bersifat progresif dan disebut “pengudusan yang dinamis”. Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan (apekdysamenoi) manusia lama (palaion anthropos) serta kelakuannya, dan telah mengenakan (endysamneoi) manusia baru (kainon anhtropos) yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Dalam ayat ini Paulus bukan bermaksud memberitahu orang-orang percaya di Kolose bahwa mereka sekarang atau setiap hari harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru berulang-ulang kali, tetapi Paulus menegaskan bahwa mereka telah mengalaminya pada saat regenerasi dan telah melakukannya perubahan ini ketika mereka di saat konversi menerima dengan iman apa yang telah dikerjakan Kristus bagi mereka. Kata Yunani “apekdysamenoi (menanggalkan)” dan “endysamneoi (mengenakan)” menggunakan bentuk aorist tense yang mendeskripsikan kejadian seketika. Jadi Paulus sedang merujuk kepada apa yang telah dilakukan orang percaya di Kolose ini di masa yang lalu. Lalu apakah yang dimaksud Paulus dengan frase “terus menerus diperbaharui”? Walaupun orang-orang percaya adalah pribadi-pribadi baru, akan tetapi mereka belum mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa; mereka masih harus bergumul melawan dosa. Pembaharuan ini merupakan proses seumur hidup. frase ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan”, yang bersifat dinamis bukan statis, yang progresif bukan seketika; yang memelukan pembaharuan, pertumbuhan dan transformasi terus menerus (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). Selanjutnya, Paulus dalam Efesus 4:23 mengingatkan orang percaya “supaya kamu dibaharui (ananeousthai) di dalam roh dan pikiranmu”. Bentuk infinitif “ananeousthai” yang diterjemahkan dengan “dibaharui” adalah bentuk present tense yang menunjuk kepada suatu proses yang berkelanjutan. Jadi, orang-orang percaya yang telah lahir baru dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus masih diperintahkan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging dan segala sesuatu yang berdosa di dalam diri mereka berupa keinginan-keinginan daging (Roma 8:13; Galatian 5:19-21; Kolose 3:5), serta menyucikan diri dari segala sesuatu yang mencemari tubuh dan roh (2 Korintus 7:1). 3. Peranan Regenerasi dalam Pembentukan Karakter Kristen Regenerasi merupakan misteri karena merupakan karya Allah semata-mata dan kita tidak pernah dapat melihat dan merasakan; kita tidak pernah tahu persis kapan regenerasi itu terjadi. Kita hanya dapat mengamati efek-efek dari regenerasi itu saja; dan mengamati bukti-bukti dari perubahan yang terjadi. Berikut ini akibat-akibat dari regenerasi. (1) Memampukan seseorang untuk bertobat dan percaya. Pada saat seseorang dilahirkan baru maka ia dimampukan bertobat dari dosa-dosanya dan percaya kepada Kristus untuk keselamatannya. Seseorang dapat memberi respon di dalam pertobatan dan iman hanya setelah Tuhan memberikan kehidupan yang baru kepadanya. Bertobat dan percaya disebut dengan istilah perpalingan (convertion). Bertobat merupakan suatu keputusan sadar untuk berpaling dari dosa-dosa dan iman berarti berpaling kepada Kristus untuk mengampuni dosa-dosa. Jenis iman ini mengakui bahwa seseorang tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dan pada saat yang sama mengakui hanya Kristus yang dapat melakukannya (Yohanes 6:44). (2) Perubahan atau transformasi. Kelahiran baru oleh Roh Kudus mengakibatkan perubahan. Kelahiran baru ini tidak disadari atau tidak dirasakan saat terjadi, tetapi dapat diamati lewat kepekaan baru terhadap hal-hal rohani, arah hidup yang baru, serta kemampuan untuk hidup benar dan menaati Allah. Perubahan ini meskipun tidak disadari, menghasilkan hati (kardia) yang diubahkan yang memimpin kepada karakter yang diubahkan dan kemudian menghasilkan hidup yang diubahkan (2 Korintus 5:17). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan” (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). (3) Pembaharuan pikiran. Paulus dalam Roma 12:2 mengatakan “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”. Kata Yunani “nous” yang digunakan disini berarti “akal budi atau pikiran”. Pembaharuan nous adalah syarat untuk bisa mengenal dan melakukan kehendak Allah. Apa yang diyakini oleh pikiran (nous) akan mempengaruhi perilaku (behavior) seseorang (Rm 12:1-21). Pembaharuan akal budi (nous) akan menghasilkan perubahan perilaku (behavior transformation). Yang dimaksud dengan perilaku (behavior) ialah karakter, sikap, perbuatan atau tindakan seseorang yang dapat dilihat (visible), diamati (observable), dan dapat diukur (measurable). Jadi, perubahan perilaku akan teraktualisasi dalam sikap, tindakan dan perbuatan karena telah mengalami pembaharuan nous ( Efesus 4:17-32). (4) Menghasilkan buah Roh. Regenerasi oleh Roh Kudus mengakibatkan kita mampu menghasilkan buah Roh Kudus (Galatia 6:22-23). Buah Roh Kudus disini ditulis dalam bentuk tunggal yaitu kata Yunani “karpos”. Walaupun buah Roh itu satu (bentuknya), tetapi majemuk (sifatnya). Kesatuan dan banyak segi dari buah Roh ini mencerminkan integritas dan keharmonisan. Dengan kata lain buah Roh Kudus hanya satu, tetapi memiliki sembilan rasa. Buah Roh Kudus berasal dari dalam dan tidak ditambah dari luar. Ini adalah hasil kehidupan baru saat orang percaya dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. MEMBANGUN KARAKTER KRISTEN Kelemahan atau kecacatan karakter merupakan tanda pada gangguan kepribadian (personality disorder). Para psikolog dan praktisi kesehatan jiwa mengenali sepuluh jenis gangguan kepribadian, yaitu: (1) Paranoid, polanya adalah orang tidak mudah percaya dan selalu curiga; (2) Skizoid, yaitu orang mengalami keterpisahan secara sosial dan emosi yang terkungkung; (3) Skizopital, yaitu orang yang biasanya mengalami gannguan pikiran, perilaku eksentrik, dan kapasitas yang kurang untuk berhubungan dekat; (4) Antisosial, biasanya terdapat pada pola sikap tidak peduli, dan pelanggaran atas hak orang lain; (5) Borderline, biasanya ditandai dengan ketidakstabilan dalam hubungan, gambar diri, suasana hati, dan sikap yang impulsif dramatis; (6) Histrionik, polanya adalah emosi yang berlebihan dan mencari perhatian; (7) Narsistik, polanya ditunjukkan oleh adanya rasa sombong, haus pujian, dan kurangnya empati; (8) Avoidant, biasanya dicirikan oleh adanya hambata sosial, perasaan tidak mampu, dan kepekaan yang berlebihan terhadap kritik; (9) Dependent, pada masalah ini terdapat kebutuhan yang sangat besar akan perhatian, sikap patuh, perilaku bergantung, dan takut kan perpisahan; (10) Obsesif Kompulsif, biasanya ditandai dengan kesenangan akan keteraturan, kesempurnaan, dan kontrol sebagai ganti fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi (Lazarus, Arnold A & Clifford N. Lazarus., 2005. Staying Sane in a Crazy World. Terjemahan, Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta, hal. 297-299). Berapa banyak orang Kristen telah bertindak bodoh karena tidak membangun karakter yang kuat sehingga mereka menjadi lemah. Kita dikejutkan oleh laporan berita mengenai pemimpin-pemimpin yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), atau penyelenggara negara yang ditangkap polisi karena berusaha melakukan kekerasan fisik terhadap istrinya supaya ia bisa bebas berhubungan dengan kekasihnya. Atau para orang tua yang melaporkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum guru terhadap anak-anak mereka. Ironisnya, beberapa dari mereka adalah orang-orang Kristen! Akibatnya, orang Kristen dihina dan diejek, dan perilaku yang buruk dari beberapa orang Kristen ini dijadikan tolok ukur untuk menuduh bahwa Kekristenan penuh dengan kemunafikan. Meskipun tuduhan tersebut tidak benar, sekali lagi, pengaruh kurangnya karakter merupakan aspek penting yang merusak kesaksian Kristen. Karena itu, Pemazmur mengingatkan kita “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mamur 90:12). Pada saat seseorang menjadi cukup dewasa untuk menyadari betapa singkatnya hidup ini, maka ia mulai sadar betapa berharganya seandainya ia telah belajar lebih awal untuk menjadi bijaksana dalam kehidupan. Paulus menasihati, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:15-17). Jika kita berusaha sungguh-sungguh untuk memiliki hikmat dari Allah, kita akan lebih mampu meningkatkan kualitas diri, mengembangkan karakter dan nilai-nilai yang mengalir dari hidup baru yang telah ditanamkan Allah dalam kita. Karakter kita akan menjadi karakter yang saleh sehingga orang lain senang melihatnya, dan memuliakan Allah (Matius 5:16). 1. Meneladani Karakter Allah Studi tentang karakter seharusnya dimulai dari Allah, karena hanya Allah saja yang memiliki karakter yang sempurna. Karena itu beberapa teolog lebih suka memberi judul “Kesempurnaan Allah” ketika membahas tentang sifat-sifat Allah dalam buku teologi mereka. Kesempurnaan Allah ialah totalitas dari sifat-sifat atau karakter Allah sebagaimana dinyatakan Alkitab. Seluruh sifat (karakter) Allah menyatakan kesempurnaan Allah! Para teolog sepakat bahwa ada beberapa karakteristik yang hanya dimiliki oleh Allah saja. Para teolog menyebutnya sebagai karakter Allah yang tidak dapat dikomunikasikan dan melekat hanya pada Allah. Sedangkan beberapa karakteristik lainnya ditularkan kepada manusia yang diciptakan secitra dengan Allah. Para teolog menyebutnya sebagai karakter yang dapat dikomunikasikan. (Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang, hal 229-241). Siapa orang yang kita kagumi akan mempengaruhi hidup kita. Bisa jadi kualitas umum pada orang yang kita kagumi tersebut adalah karakter atau sifat-sifat yang ada padanya. Jika kita mengagumi orang yang berkualitas, bukankah seharusnya jauh lebih baik kita mengagumi kesempurnaan Allah yang hidup, yang daripadaNya segala kebenaran, kebaikan, dan keindahan berasal? Sekilas, karakter Allah yang luar biasa, indah dan menganggumkan itu terungkap dalam Keluaran 34:6-7 berikut, “Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat”.

Ketika Allah menyatakan diriNya kepada Musa sebagai Allah yang penuh dengan kemurahan dan belas kasihan, yang tidak lekas marah, yang berlimpah-limpah kasih setiaNya, dan yang tetap mengasihi beribu-ribu keturunan serta yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa, maka Allah menyatakan dengan sangat jelas bahwa karakter pribadiNya adalah standar yang mutlak: Dengan standar tersebut semua sifat ditetapkan. Allah tidak bertanggung jawab terhadap siapapun, dan tidak ada standar lain yang lebih tinggi yang harus diikutiNya. KarakterNya yang kekal dan tanpa kompromi adalah standar yang tak dapat berubah yang kemudian memberikan arti terdalam dari kasih, kemurahan hati, kesetiaan, dan kesabaran. (Boa, Kenneth, Sid Buzzell & Bill Perkins, 2013. Handbook To Leadership, terj. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta, hal. 18).