Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

MODEL PENENTUAN HARGA (PRICE) DINAMIS

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

KEUANGAN DAN HARGA FINANCE AND PRICE

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

(NYC) Price USD .12. Price EUR. Price

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

KEUANGAN DAN HARGA FINANCE AND PRICE

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

KEUANGAN DAN HARGA. Finance and Price

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

Unit Price. Kontrak harga satuan adalah kontrak

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

3. PRICE PRICE CALCULATION, DEMAND AND SUPPLY

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

dl ( Price dan Lorraine, 2006)

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

Sylvania Árlista LIST PRICE LIST PRICE EUR NETTÓ EUR BRUTTÓ

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

Over Weston A. Price. 1 P agina. Weston A. Price

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

THE INFLUENCE OF COST OF PRODUCTION PRICE TO SELLING PRICE

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

THE HIGHLIGHTS. SHARE PRICE PERFORMANCE KINERJA HARGA saham

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah

Price ceiling atau pagu harga adalah harga tertinggi yang ditetapkan untuk barang atau jasa tertentu. Penjual tidak diizinkan menjual lebih tinggi dari harga itu.

Pemerintah menetapkan harga maksimum untuk melindungi konsumen dari kondisi yang dapat membuat barang sangat mahal. Harga tinggi dapat terjadi karena monopoli atas suatu produk, gelembung investasi, atau selama periode inflasi tinggi .

Pemerintah merasa bahwa harga pasar untuk barang atau jasa terlalu tinggi. Untuk menjaga agar produk terjangkau bagi masyarakat, pemerintah menetapkan price ceiling.

Contoh dari plafon tersebut adalah kontrol sewa. Contoh lain adalah harga bahan bakar minyak dan premi asuransi pertanian. 

Membatasi harga ke tingkat yang lebih terjangkau sepertinya ide yang mulia. Namun, itu juga menciptakan konsekuensi lain, yaitu kekurangan (shortgage) dan pasar gelap.

Deskripsi tentang pagu harga

Meskipun dinamakan harga tertinggi, namun agar efektif, harga ditetapkan di bawah ekuilibrium. Karena harga dibawah ekuilibrium, jumlah yang diminta oleh pasar lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah yang ditawarkan (kekurangan), sehingga ada kecenderungan harga untuk naik. Namun, karena pemerintah mematok harga di bawah ekuilibrium, harga tidak dapat naik melebihi batas pagu harga walau hanya sebatas untuk mencapai ekuilibrium.

Sebaliknya, jika harga berada di atas ekuilibrium, kebijakan penetapan harga tidak efektif. Alasannya, ketika di atas ekuilibrium, pasar mengalami ekses pasokan karena kuantitas yang diminta lebih sedikit daripada kuantitas yang dipasok. Dengan demikian, mekanisme pasar akan mendorong harga untuk turun menuju ekuilibrium. Jadi, penetapan harga akan menjadi kebijakan yang sia-sia.

Kapan price ceiling efektif?

Tujuan penetapan harga maksimum oleh pemerintah adalah
Price ceiling

Plafon harga membatasi harga jual maksimum barang atau jasa. Penjual atau pabrikan tidak dapat menetapkan harga di atas harga tersebut.

Plafon harga efektif dan dapat mengganggu keseimbangan pasar jika pemerintah menetapkannya di bawah keseimbangan pasar. Karena lebih rendah dari ekuilibrium, harga akan cenderung naik karena kelebihan permintaan.

Sebaliknya, plafon harga tidak efektif jika pemerintah menetapkannya di atas harga keseimbangan. Harganya lebih tinggi bagi konsumen. Karena lebih tinggi dari keseimbangan, harga cenderung menurun karena kelebihan pasokan. Dengan demikian, harga yang lebih tinggi dari keseimbangan tidak sejalan dengan tujuan awal pemerintah, menjaga keterjangkauan barang.

Tujuan pagu harga

Tujuan penetapan pagu harga adalah adalah untuk melindungi konsumen dari harga yang tidak masuk akal, terutama selama inflasi tinggi atau karena monopoli. Contoh penetapan harga pagu diantaranya adalah penetapan tarif dasar listrik, harga bahan bakar minyak, dan lain sebagainya.

Mari ambil contoh penetapan harga bahan bakar oleh pemerintah, katakanlah Rp9.500 per liter. Ketika musim harga minyak global melonjak, pasokan menyusut tajam tetapi permintaan tetap. Akibatnya, harga pasar (harga ekuilibrium) untuk bahan bakar dalam negeri seharusnya melonjak menjadi Rp15.000 per liter. Namun, karena harga tertinggi dipatok adalah Rp9.500 per liter, maka harga jual BBM tidak akan naik lebih dari itu. Dengan begitu, harga bahan bakar minyak tetap stabil dan membantu mengurangi dampak buruk kenaikan terhadap konsumen.

Dampak pagu harga

Karena harga ditetapkan di bawah ekuilibrium, pasar mengalami ekses permintaan (kelangkaan). Ini karena kuantitas yang diminta lebih besar daripada kuantitas yang dipasok.

Katakanlah, biaya produksi produsen bahan bakar minyak adalah Rp11.000 per liter, yang mana inilah harga yang bersedia mereka terima untuk memasok bahan bakar minyak. Karena harga bahan bakar minyak adalah Rp9.500 per liter, maka produsen tersebut menanggung kerugian.

Tekanan menjadi semakin tinggi ketika harga pasar seharusnya naik Rp15.000 per liter. Produsen merasa, mereka seharusnya dapat menerima keuntungan yang besar (yakni Rp4.000 per liter = Rp15.000-Rp14.000), namun karena ada penetapan harga oleh pemerintah mereka tidak dapat melakukannya.

Secara rasional, karena rugi, produsen akan cenderung untuk menahan persediaan produknya sehingga menimbulkan kelangkaan semen di pasar, mendorong harga naik. Karena alasan inilah pemerintah mengeluarkan subsidi, sehingga kebijakan pagu harga tetap berjalan dan tidak menyebabkan kelangkaan serta di sisi lain, produsen tidak menanggung rugi.

Kesimpulannya, pada harga yang lebih rendah daripada harga ekuilibrium, permintaan lebih tinggi dari penawaran, sehingga ada permintaan berlebih. Masalah lebih lanjut, hal itu dapat menyebabkan kegagalan bisnis jika pemerintah menetapkan pagu harga yang tidak realistis.

Pasar gelap

Shortage membutuhkan penjatahan dan dapat memunculkan pasar gelap. Pasar gelap terjadi karena beberapa orang bersedia membayar harga barang yang lebih tinggi, agar mereka tidak mengantri.

Menyadari manfaat dari pasar gelap, beberapa produsen dapat mengurangi penjualan mereka di pasar. Mereka mengalihkannya ke pasar gelap. Pengalihan ini menghasilkan kelangkaan yang jauh lebih besar.

Selain opsi penjualan di pasar gelap, produsen mencoba menghindari harga maksimum dengan membebankan biaya tambahan atau mengurangi kualitas barang. Tujuannya, tentu saja, untuk mempertahankan laba.

Kerugian bobot mati (deadweight loss)

Plafon harga menciptakan kerugian bobot mati. Konsumen mendapatkan lebih banyak manfaat dari menerima harga yang lebih rendah dari yang seharusnya (harga ekuilibrium). Adapun produsen, itu adalah kerugian. Dalam hal plafon harga, beberapa bagian dari surplus produsen dikonversi menjadi surplus konsumen.

Keuntungan dan kerugian pagu harga

Price ceiling menghambat produsen untuk menghasilkan produk dan layanan. Perusahaan enggan memasok karena mereka harus menerima harga yang lebih rendah dari yang seharusnya. Jika pemerintah menetapkannya terlalu rendah di bawah harga keseimbangan, itu dapat memaksa produsen untuk mengurangi output ekonomi.

Untuk mengurangi dampak negatif ini, pemerintah biasanya memberikan insentif lain bagi produsen, seperti subsidi. Dengan melakukan itu, produsen menerima kompensasi atas kerugian yang terjadi.

Sementara itu, bagi konsumen, harga yang lebih rendah memungkinkan mereka untuk membeli. Ini penting selama inflasi tinggi karena itu membuat biaya hidup terjangkau dan mencegah kenaikan tajam harga.