Tahun berapa Adam dan Hawa turun ke bumi

Sejak saat itu, diam (wuquf) di Arafah dijadikan salah satu bagian dari ritual ibadah. Tempat tersebut diberi nama Arafah karena menjadi tempat Adam dan Hawa bertemu. Menurut sebuah riwayat, perpisahan antara Adam dan Hawa terjadi selama 500 tahun.

Berapa lama Adam dan Hawa terpisah di Dunia?

Nabi Adam dan kekasihnya, Hawa, terpisah dan menjalani kehidupan masing-masing selama 40 tahun. Namun akhirnya Allah mempertemukan mereka kembali di Jabal Rahmah. Setelah itu Nabi Adam dan Hawa menjalani hidup bersama di bumi.

Zaman Nabi Adam tahun berapa?

Penciptaan Adam Alkitab menyebutkan bahwa Adam diciptakan pada hari keenam.

Berapa lama Adam dan Hawa di surga?

Adam menetap di dalam surga selama 43 tahun, sebelum beliau diturunkan ke bumi,. Dengan demikian, jumlah totalnya menjadi seribu tahun. Atha ‘al-Khurasani berkata, Saat Adam wafat, semua makhluk menangisi beliau selama tujuh hari.

Berapa lama Adam hidup?

Sedangkan, Ibnu Qutaibah al-Dainuri dalam kitabnya berjudul al-Ma’arif, menyampaikan bahwa ada pendapat yang menyebut periode hidup Nabi Adam adalah 930 tahun. Hal ini sebagaimana tertulis di dalam Taurat. Sedangkan, Ibnu Qutaibah sendiri berpendapat, usia hidup Nabi Adam adalah 960 tahun.

Dimana Nabi Adam dan Hawa di pertemukan?

Merdeka.com – Jabal Rahmah ribuan tahun lalu menjadi saksi pertemuan romantis antara Nabi Adam dengan Siti Hawa saat pertama kali turun ke bumi.

Kenapa Adam dan Hawa dipisahkan?

JAKARTA, iNews.id – Nabi Adam Alaihisalam (AS) dan Siti Hawa diusir oleh Allah SWT dari surga dan diturunkan ke bumi karena melanggar larangan-Nya untuk tidak mendekati buah khuldi.

Nabi Adam turun di mana?

Nabi Adam dan Hawa tidak diturunkan pada tempat yang sama. Nabi Adam diturunkan di puncak bukit Sri Pada di daerah Srilanka.

Benarkah tinggi Nabi Adam AS mencapai 30 meter?

Tingginya Mencapai 60 Hasta Pernah dengar pernyataan bahwa tinggi Nabi Adam mencapai 25 hingga 30 meter? Ternyata pernyataan ini muncul dari sebuah hadis sahih, lo! Dalam sebuah hadis, tertulis bahwa Nabi Adam memiliki ciri-ciri di antarnya tubuh setinggi 60 hasta atau setinggi 27,432 meter.

Di mana Adam dan Hawa di pertemukan?

Dimana Nabi Adam meninggal?

Menurut Ibnu Asakir dari berbagai sumber disebutkan bahwa Nabi Adam dimakamkan di al-Quds.

Apa yang dimaksud Abul Basyar?

Di sinilah beliau berjumpa dengan Nabi Adam as- Abul Basyar ( bapak semua manusia). Penyambutan yang diberikan oleh Nabi Adam as.

Kenapa Allah melarang Adam dan Hawa memakan buah khuldi?

Tujuannya adalah agar kedua aurat Adam dan Hawa terbuka.

Apakah Nabi Adam turun di India?

Sedangkan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Umar, “Adam diturunkan di Shafa dan Hawa di Marwah.” Ibnu Abbas meriwayatkan, “Adam diturunkan di India dan Hawa di Jeddah.

Lukisan yang menggambarkan Adam dan Hawa.

Adam (Ibrani: אָדָם; Arab:آدم, artiannya tanah, manusia, atau cokelat muda) (sekitar 5872-4942 SM)[1] adalah dipercaya oleh agama-agama Samawi sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya yang bernama Hawa. Menurut Agama Samawi pula, merekalah orang tua dari semua manusia yang benar di dunia. Rincian kisah mengenai Adam dan Hawa berbeda-beda selang agama Islam, Yahudi, Kristen, maupun agama lain yang menjadi bertambah sempurna dari ketiga agama Abrahamik ini.

Adam hidup selama 930 tahun sesudah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di selangnya Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.

Menurut nasihat agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, yaitu, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan. Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.

Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, dan Salamah anak-anak Adam adalah: Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara perempuannya, Ayad dan saudara perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya, Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perempuannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara perempuannya, dan Baraq dan saudara perempuannya. Total keseluruhan anak Adam sejumlah 40.

Bentuk Adam

Menurut hadits Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang bertambah 27,432 meter).[2] Hadits mengenai ini pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yang berbeda.[3]

Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan dia bukan makhluk purba. Dia berasal dari surga yang berperadaban maju. Turun ke muka bumi mampu sebagai manusia dari sebuah peradaban yang jauh bertambah maju dan jauh bertambah tajam tipu daya dari peradaban manusia hingga kapanpun, oleh karena itulah Allah menunjuknya sebagai `khalifah` (pemimpin) di muka bumi.

Dalam cerminannya dia adalah makhluk yang teramat tajam tipu daya, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:

...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami ambil mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al Israa' 17:70)

Dalam surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At Tiin 95:4)

Menurut riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh Allah, seluruh malaikat bersujud untuknya atas perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah benar. Sama sekali berbeda jauh dari cerminan manusia purba menurut Charles Darwin, yang digambarkan berlanjut dengan empat kaki dan dijadikan makhluk purba berpakaian seadanya.

Makhluk sebelum Adam

Mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman untuk Malaikat; “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka berdiskusi (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) ingin menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 30)

Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di Bumi, tetapi dikurangi dimuka bumi sebagai manusia dan diangkatkan /ditunjuk Allah sebagai Khalifah (pemimpin/pengganti /penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang tentunya benar makhluk lain yang di tukar, dengan kata lain adalah Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memipin di Bumi.

Dalam Al-Quran diistilahkan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah yaitu manusia, jin, dan malaikat. Manusia dan Jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh karena itu sama-sama memiliki daya upaya yang dinamis dan nafsu namun hidup pada dimensi yang berbeda. Sedangkan malaikat hanya memiliki daya upaya yang statis dan tidak memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa benar makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.

Dari ayat Al-Baqarah 30, jumlah mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas. Dalam Arkeologi, berdasarkan fosil yang ditemukan, memang benar makhluk lain sebelum manusia. Mereka nyaris seperti manusia, tetapi memiliki karakteristik yang primitif dan tidak mempunyai budaya.

Volume otak mereka bertambah kecil dari manusia, oleh karena itu, kemampuan mereka bercakap sangat terbatas karena tidak jumlah suara vowel yang mampu mereka bunyikan.

Sebagai contoh Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, sementara Homo sapiens memiliki volume otak di atas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600 cc). Maka dari itu mampu diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000 tahun yang lalu, telah benar sosok makhluk yang memiliki kemampuan daya upaya yang mendekati kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Adam.

Surah Al Hijr ayat 27 berisi:

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (Al Hijr 15:27)

. Dari ayat ini, sebagian lain ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain adalah Jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan: "Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Jin yang suka berbuat kerusuhan."

Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin.

Walaupun begitu gagasan ini masih diragukan karena manusia dan jin hidup pada dimensi yang berbeda. Sehingga tidak mungkin manusia dijadikan pengganti bagi Jin.

Penciptaan Adam

Sesudah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengumumkan para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan memainkan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat untuk Allah:

Mengapa engkau ingin menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Allah kesudahan berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang diwujudkan sedemikian rupa. Sesudah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga dia bisa bangkit dan dijadikan manusia yang sempurna.

Kesombongan Iblis

Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya Iblis dari bangsa Jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya bertambah agung, bertambah utama, dan bertambah luhur dari Adam. Hal itu disebabkan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, dia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang tidak berkesudahan.

Iblis dengan sombong menerima hukuman itu dan dia hanya memohon untuk Allah untuk diberi kehidupan yang tidak berkesudahan hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis mengancam akan menyesatkan Adam sehingga dia terusir dari surga. Dia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kesudahan berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

Ilmu Adam

Allah ingin menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di hadapan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan menyebut bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu untuk para malaikat dan sesudah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah untuk mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki daya upaya yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya memiliki daya upaya yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah saja.

Adam menghuni surga

Adam diberi kesempatan oleh Allah untuk tinggal di surga dulu sebelum diturukan ke Bumi. Allah menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya. Adam memberinya nama, Hawa. Menurut kisah para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu dia masih tidur sehingga saat dia terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman untuk Adam:

Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang jumlah lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)

Tipu daya Iblis

Sesuai dengan ancaman yang dikatakan saat diusir oleh Allah dari surga belakang suatu peristiwa pembangkangannya, Iblis mulai berencana untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai dengan menggoda mereka untuk mendekati pohon yang dilarang oleh Allah untuk mereka.

Iblis menipu mereka dengan menyebut bahwa mengapa Allah melarang mereka memakan buah terlarang itu karena mereka akan hidup tidak berkesudahan seperti Tuhan apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan untuk Adam dan Hawa sehingga akhir-akhirnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:

Turunlah kamu! Sebahagian kamu dijadikan musuh bagi yang lain, dan bagi kamu benar tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup hingga waktu yang ditetapkan. (Q.S. Al-Baqarah [2]:36)

Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa luhur karenanya. Mereka lalu bertaubat untuk Allah dan sesudah taubat mereka diterima, Allah berfirman:

Turunlah kamu dari syurga itu! Kesudahan jika datang petunjuk-Ku untukmu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak benar kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Adam dan Hawa turun ke bumi

Adam dan Hawa kesudahan dikurangi ke Bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.

Menurut kisah Adam dikurangi di (Sri Lanka) di puncak bukit Sri Pada dan Hawa dikurangi di Arabia. Mereka akhir-akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah sesudah 40 hari berpisah. Sesudah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena menurut kisah kawasan Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga.[4] Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.

Di bumi pasangan Adam dan Hawa memainkan pekerjaan keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kesudahan pasangan kedua Habil dan Labuda. Sesudah keempat anaknya matang, Adam mendapat segala sesuatu yang diajarkan supaya menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.

Namun Qabil menolak karena Iqlima jauh bertambah cantik dari Labuda. Adam kesudahan menyerahkan persolan ini untuk Allah dan Allah memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di selang hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dipunyainya. Allah menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil bertambah berhak menentukan pilihannya.

Kisah tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal 2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian lain tentang kehidupannya bisa ditemukan dalam kitab-kitab apokrif, seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.

Menurut kisah di atas, Adam diciptakan menurut gambar dan rupa Allah[5]. Adam kesudahan ditaruh di dalam Taman Eden yang artiannya tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon, Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Dia kesudahan diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua hewan. Allah juga menciptakan makhluk penolong, yaitu seorang wanita yang oleh Adam dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berlanjut bersama Allah, tetapi akhir-akhirnya mereka diusir dari taman itu karena mereka melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon ilmu tentang yang baik dan yang jahat.

Sesudah diusir dari taman itu, Adam harus memainkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa mempunyai tiga orang putra yang dinamakan dalam Kitab Kejadian, yaitu Kain, Habel, Set, dan sejumlah putra dan putri yang tidak diistilahkan jumlahnya.[6]. Kitab Yobel menyebutkan dua orang anak perempuan Adam dan Hawa, yaitu Azura yang menikah dengan Set dan Awan, yang menikah dengan Kain. Baik Kitab Kejadian maupun Kitab Yobel menyatakan bahwa Adam mempunyai anak yang lain, tetapi nama mereka tidak diistilahkan.

Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu, anggaran seperti yang diciptakan oleh Uskup Luhur Ussher, memberikan kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran Nuh, sembilan generasi sesudah Adam. Dengan kata lain, Adam masih hidup bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut Kitab Yosua, kota Adam masih dikenal pada saat bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan[7].

Menurut legenda, sesudah diusir dari Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.

Menurut pandangan Baha'i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah[8]. Penganut Baha'i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlanjut selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad[9].

Rujukan

  1. ^ Adam diperkirakan hidup pada tahun 5872 - 4942 SM
  2. ^ Diriwayatkan dari Sisa dari pembakaran Huraira, Nabi berkata: “Allah menciptakan Adam dan tingginya 60 kubit. Kesudahan Dia bercakap, ‘Pergilah dan berilah salam untuk para malaikat dan dengarkanlah bagaimana mereka memberi salam untukmu, karena itu akan dijadikan salam bagimu dan salam bagi keturunanmu’. Dia bercakap, `Al-salaamu `alaykum (damai besertamu).’ Mereka bercakap, `Al-salaamu `alaykum wa rahmat-Allaah (damai benar atasmu dan kemurahan Allah).’ Maka mereka menambahkan kata-kata `wa rahmat Allaah.’ Dan setiap orang yang memasuki firdaus akan memasukinya dalam bentuk/wujud Adam. Orang senantiasa dijadikan makin pendek hingga sekarang”. Imam Bukhari no. 3336 juga no.246; Muslim 7092, juga al-Haafiz ibn Hajar di Fath al-Baari (6/367)
  3. ^ Tinggi Nabi Adam 27,432 meter di situs mifsifeui.wordpress.com
  4. ^ [//www.sacredsites.com/asia/sri_lanka/adams_peak.html Adam's Peak: An Arab tradition tells that when Adam was expelled from heaven, God put him on the peak to make the shock less terrible - Ceylon being that place on earth closest to and most like heaven.
  5. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=1&c=1#26
  6. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=1&c=5#4
  7. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=6&c=3#16
  8. ^ Taherzadeh, Adib (1972). The Covenant of Baha'u'llah. Oxford, Inggris: George Ronald. hlm. hlm. 32. ISBN 0-85398-344-5. 
  9. ^ Surat yang ditulis atas nama Universal House of Justice untuk setiap umat pada tanggal 13 Maret 1986. Effendi, Shoghi; The Universal House of Justice (1983). In Hornby, Helen (editor). Lights of Guidance: A Baha'i Reference File. Baha'i Publishing Trust, New Delhi, India. hlm. hlm. 500. ISBN 81-85091-46-3. 

Tautan luar

  • (Indonesia) Kisah Nabi Adam di Dzikir.org

edunitas.com

Page 2

Lukisan yang menggambarkan Adam dan Hawa.

Adam (Ibrani: אָדָם; Arab:آدم, artiannya tanah, manusia, atau cokelat muda) (sekitar 5872-4942 SM)[1] adalah dipercaya oleh agama-agama Samawi sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya yang bernama Hawa. Menurut Agama Samawi pula, merekalah orang tua dari semua manusia yang benar di dunia. Rincian kisah mengenai Adam dan Hawa berbeda-beda selang agama Islam, Yahudi, Kristen, maupun agama lain yang dijadikan bertambah sempurna dari ketiga agama Abrahamik ini.

Adam hidup selama 930 tahun sesudah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di selangnya Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.

Menurut nasihat agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, yaitu, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan. Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.

Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, dan Salamah anak-anak Adam adalah: Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara perempuannya, Ayad dan saudara perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya, Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perempuannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara perempuannya, dan Baraq dan saudara perempuannya. Total semuanya anak Adam sebanyak 40.

Bentuk Adam

Menurut hadits Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang bertambah 27,432 meter).[2] Hadits mengenai ini pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yang tidak sama.[3]

Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan dia bukan makhluk purba. Dia bersumber dari surga yang berperadaban maju. Turun ke muka bumi mampu sebagai manusia dari sebuah peradaban yang jauh bertambah maju dan jauh bertambah tajam tipu daya dari peradaban manusia hingga kapanpun, oleh karena itulah Allah menunjuknya sebagai `khalifah` (pemimpin) di muka bumi.

Dalam cerminannya dia adalah makhluk yang teramat tajam tipu daya, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:

...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami ambil mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al Israa' 17:70)

Dalam surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At Tiin 95:4)

Menurut riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh Allah, seluruh malaikat bersujud untuknya atas perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah benar. Sama sekali tidak sama jauh dari cerminan manusia purba menurut Charles Darwin, yang digambarkan berlanjut dengan empat kaki dan dijadikan makhluk purba berpakaian seadanya.

Makhluk sebelum Adam

Mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman untuk Malaikat; “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka berdiskusi (tentang hikmat ketentuan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) ingin menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 30)

Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di Bumi, tetapi dikurangi dimuka bumi sebagai manusia dan diangkatkan /ditunjuk Allah sebagai Khalifah (pemimpin/pengganti /penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang tentunya benar makhluk lain yang di tukar, dengan kata lain adalah Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memipin di Bumi.

Dalam Al-Quran dibicarakan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah yaitu manusia, jin, dan malaikat. Manusia dan Jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh karena itu sama-sama memiliki daya upaya yang dinamis dan nafsu namun hidup pada dimensi yang tidak sama. Sedangkan malaikat hanya memiliki daya upaya yang statis dan tidak memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa benar makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.

Dari ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas. Dalam Arkeologi, berdasarkan fosil yang ditemukan, memang benar makhluk lain sebelum manusia. Mereka nyaris seperti manusia, tetapi memiliki karakteristik yang primitif dan tidak berbudaya.

Volume otak mereka bertambah kecil dari manusia, oleh karena itu, kemampuan mereka bercakap sangat terbatas karena tidak banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan.

Sebagai contoh Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, sementara Homo sapiens memiliki volume otak di atas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600 cc). Maka dari itu mampu diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000 tahun yang lalu, telah benar sosok makhluk yang memiliki kemampuan daya upaya yang mendekati kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Adam.

Surah Al Hijr ayat 27 berisi:

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (Al Hijr 15:27)

. Dari ayat ini, sebagian lain ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain adalah Jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan: "Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Jin yang suka berbuat kerusuhan."

Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin.

Walaupun begitu gagasan ini sedang diragukan karena manusia dan jin hidup pada dimensi yang tidak sama. Sehingga tidak mungkin manusia dijadikan pengganti untuk Jin.

Penciptaan Adam

Sesudah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengumumkan para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan memainkan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat untuk Allah:

Mengapa engkau ingin menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang diwujudkan sedemikian rupa. Sesudah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga dia bisa bangkit dan dijadikan manusia yang sempurna.

Kesombongan Iblis

Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya Iblis dari bangsa Jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya bertambah agung, bertambah utama, dan bertambah luhur dari Adam. Hal itu dikarenakan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Dikarenakan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat diikuti kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, dia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang tidak berkesudahan.

Iblis dengan sombong menerima hukuman itu dan dia hanya memohon untuk Allah untuk diberi kehidupan yang tidak berkesudahan hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis mengancam akan menyesatkan Adam sehingga dia terusir dari surga. Dia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

Ilmu Adam

Allah ingin menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di hadapan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan menyebut bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu untuk para malaikat dan sesudah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah untuk mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki daya upaya yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya memiliki daya upaya yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah saja.

Adam menghuni surga

Adam diberi kesempatan oleh Allah untuk tinggal di surga dulu sebelum diturukan ke Bumi. Allah menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya. Adam memberinya nama, Hawa. Menurut kisah para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu dia sedang tidur sehingga saat dia terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman untuk Adam:

Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi patut di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)

Tipu daya Iblis

Sesuai dengan ancaman yang dikatakan saat diusir oleh Allah dari surga dampak pembangkangannya, Iblis mulai berencana untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai dengan menggoda mereka untuk mendekati pohon yang dilarang oleh Allah untuk mereka.

Iblis menipu mereka dengan menyebut bahwa mengapa Allah melarang mereka memakan buah terlarang itu karena mereka akan hidup tidak berkesudahan seperti Tuhan apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan untuk Adam dan Hawa sehingga hasilnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:

Turunlah kamu! Sebahagian kamu dijadikan musuh untuk yang lain, dan untuk kamu benar tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup hingga waktu yang ditetapkan. (Q.S. Al-Baqarah [2]:36)

Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa luhur karenanya. Mereka lalu bertaubat untuk Allah dan sesudah taubat mereka diterima, Allah berfirman:

Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku untukmu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak benar kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Adam dan Hawa turun ke bumi

Adam dan Hawa kemudian dikurangi ke Bumi dan mempelajari cara hidup baru yang tidak sama jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.

Menurut kisah Adam dikurangi di (Sri Lanka) di puncak bukit Sri Pada dan Hawa dikurangi di Arabia. Mereka hasilnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah sesudah 40 hari berpisah. Sesudah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena menurut kisah kawasan Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga.[4] Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.

Di bumi pasangan Adam dan Hawa memainkan pekerjaan keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Sesudah keempat anaknya matang, Adam mendapat ajaran supaya menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.

Namun Qabil menolak karena Iqlima jauh bertambah cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini untuk Allah dan Allah memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di selang hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dipunyainya. Allah menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil bertambah berhak menentukan pilihannya.

Kisah tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal 2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian lain tentang kehidupannya bisa ditemukan dalam kitab-kitab apokrif, seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.

Menurut kisah di atas, Adam diciptakan menurut gambar dan rupa Allah[5]. Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman Eden yang artiannya tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon, Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Dia kemudian diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua hewan. Allah juga menciptakan makhluk penolong, yaitu seorang wanita yang oleh Adam dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berlanjut bersama Allah, tetapi hasilnya mereka diusir dari taman itu karena mereka melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon ilmu tentang yang patut dan yang jahat.

Sesudah diusir dari taman itu, Adam harus memainkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa memiliki tiga orang putra yang dinamakan dalam Kitab Kejadian, yaitu Kain, Habel, Set, dan sebanyak putra dan putri yang tidak dibicarakan jumlahnya.[6]. Kitab Yobel menyebutkan dua orang anak perempuan Adam dan Hawa, yaitu Azura yang menikah dengan Set dan Awan, yang menikah dengan Kain. Patut Kitab Kejadian maupun Kitab Yobel menyatakan bahwa Adam memiliki anak yang lain, tetapi nama mereka tidak dibicarakan.

Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu, anggaran seperti yang diciptakan oleh Uskup Luhur Ussher, memberikan kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran Nuh, sembilan generasi sesudah Adam. Dengan kata lain, Adam sedang hidup bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut Kitab Yosua, kota Adam sedang dikenal pada saat bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan[7].

Menurut legenda, sesudah diusir dari Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.

Menurut pandangan Baha'i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah[8]. Penganut Baha'i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlanjut selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad[9].

Rujukan

  1. ^ Adam diperkirakan hidup pada tahun 5872 - 4942 SM
  2. ^ Diriwayatkan dari Sisa dari pembakaran Huraira, Nabi berkata: “Allah menciptakan Adam dan tingginya 60 kubit. Kemudian Dia bercakap, ‘Pergilah dan berilah salam untuk para malaikat dan dengarkanlah bagaimana mereka memberi salam untukmu, karena itu akan dijadikan salam untukmu dan salam untuk keturunanmu’. Dia bercakap, `Al-salaamu `alaykum (damai besertamu).’ Mereka bercakap, `Al-salaamu `alaykum wa rahmat-Allaah (damai benar atasmu dan kemurahan Allah).’ Maka mereka menambahkan kata-kata `wa rahmat Allaah.’ Dan setiap orang yang memasuki firdaus akan memasukinya dalam bentuk/wujud Adam. Orang senantiasa dijadikan makin pendek hingga sekarang”. Imam Bukhari no. 3336 juga no.246; Muslim 7092, juga al-Haafiz ibn Hajar di Fath al-Baari (6/367)
  3. ^ Tinggi Nabi Adam 27,432 meter di situs mifsifeui.wordpress.com
  4. ^ [//www.sacredsites.com/asia/sri_lanka/adams_peak.html Adam's Peak: An Arab tradition tells that when Adam was expelled from heaven, God put him on the peak to make the shock less terrible - Ceylon being that place on earth closest to and most like heaven.
  5. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=1&c=1#26
  6. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=1&c=5#4
  7. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=6&c=3#16
  8. ^ Taherzadeh, Adib (1972). The Covenant of Baha'u'llah. Oxford, Inggris: George Ronald. hlm. hlm. 32. ISBN 0-85398-344-5. 
  9. ^ Surat yang ditulis atas nama Universal House of Justice untuk setiap umat pada tanggal 13 Maret 1986. Effendi, Shoghi; The Universal House of Justice (1983). In Hornby, Helen (editor). Lights of Guidance: A Baha'i Reference File. Baha'i Publishing Trust, New Delhi, India. hlm. hlm. 500. ISBN 81-85091-46-3. 

Tautan luar

  • (Indonesia) Kisah Nabi Adam di Dzikir.org

edunitas.com

Page 3

Lukisan yang menggambarkan Adam dan Hawa.

Adam (Ibrani: אָדָם; Arab:آدم, artiannya tanah, manusia, atau cokelat muda) (sekitar 5872-4942 SM)[1] adalah dipercaya oleh agama-agama Samawi sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya yang bernama Hawa. Menurut Agama Samawi pula, merekalah orang tua dari semua manusia yang benar di dunia. Rincian kisah mengenai Adam dan Hawa berbeda-beda selang agama Islam, Yahudi, Kristen, maupun agama lain yang dijadikan bertambah sempurna dari ketiga agama Abrahamik ini.

Adam hidup selama 930 tahun sesudah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di selangnya Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.

Menurut nasihat agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, adalah, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan. Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.

Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, dan Salamah anak-anak Adam adalah: Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara perempuannya, Ayad dan saudara perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya, Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perempuannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara perempuannya, dan Baraq dan saudara perempuannya. Total semuanya anak Adam sebanyak 40.

Bentuk Adam

Menurut hadits Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang bertambah 27,432 meter).[2] Hadits mengenai ini pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yang tidak sama.[3]

Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan dia bukan makhluk purba. Dia bersumber dari surga yang berperadaban maju. Turun ke muka bumi mampu sebagai manusia dari sebuah peradaban yang jauh bertambah maju dan jauh bertambah tajam tipu daya dari peradaban manusia hingga kapanpun, oleh karena itulah Allah menunjuknya sebagai `khalifah` (pemimpin) di muka bumi.

Dalam cerminannya dia adalah makhluk yang teramat tajam tipu daya, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:

...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami ambil mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al Israa' 17:70)

Dalam surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At Tiin 95:4)

Menurut riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh Allah, semua malaikat bersujud untuknya atas perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah benar. Sama sekali tidak sama jauh dari cerminan manusia purba menurut Charles Darwin, yang digambarkan berlanjut dengan empat kaki dan dijadikan makhluk purba berpakaian seadanya.

Makhluk sebelum Adam

Mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman untuk Malaikat; “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka berdiskusi (tentang hikmat ketentuan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) ingin menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 30)

Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di Bumi, tetapi dikurangi dimuka bumi sebagai manusia dan diangkatkan /ditunjuk Allah sebagai Khalifah (pemimpin/pengganti /penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang tentunya benar makhluk lain yang di tukar, dengan kata lain adalah Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memipin di Bumi.

Dalam Al-Quran dibicarakan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah adalah manusia, jin, dan malaikat. Manusia dan Jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh karena itu sama-sama memiliki daya upaya yang dinamis dan nafsu namun hidup pada dimensi yang tidak sama. Sedangkan malaikat hanya memiliki daya upaya yang statis dan tidak memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa benar makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.

Dari ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas. Dalam Arkeologi, berdasarkan fosil yang ditemukan, memang benar makhluk lain sebelum manusia. Mereka nyaris seperti manusia, tetapi memiliki karakteristik yang primitif dan tidak berbudaya.

Volume otak mereka bertambah kecil dari manusia, oleh karena itu, kemampuan mereka bercakap sangat terbatas karena tidak banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan.

Sebagai contoh Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, sementara Homo sapiens memiliki volume otak di atas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600 cc). Maka dari itu mampu diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000 tahun yang lalu, telah benar sosok makhluk yang memiliki kemampuan daya upaya yang mendekati kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Adam.

Surah Al Hijr ayat 27 berisi:

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (Al Hijr 15:27)

. Dari ayat ini, sebagian lain ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain adalah Jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan: "Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Jin yang suka berbuat kerusuhan."

Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin.

Walaupun begitu gagasan ini sedang diragukan karena manusia dan jin hidup pada dimensi yang tidak sama. Sehingga tidak mungkin manusia dijadikan pengganti untuk Jin.

Penciptaan Adam

Sesudah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengumumkan para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan memainkan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat untuk Allah:

Mengapa engkau ingin menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang diwujudkan sedemikian rupa. Sesudah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga dia bisa bangkit dan dijadikan manusia yang sempurna.

Kesombongan Iblis

Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya Iblis dari bangsa Jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya bertambah agung, bertambah utama, dan bertambah luhur dari Adam. Hal itu dikarenakan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Dikarenakan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat diikuti kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, dia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang tidak berkesudahan.

Iblis dengan sombong menerima hukuman itu dan dia hanya memohon untuk Allah untuk diberi kehidupan yang tidak berkesudahan hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis mengancam akan menyesatkan Adam sehingga dia terusir dari surga. Dia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

Ilmu Adam

Allah ingin menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di hadapan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan menyebut bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu untuk para malaikat dan sesudah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah untuk mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki daya upaya yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya memiliki daya upaya yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah saja.

Adam menghuni surga

Adam diberi kesempatan oleh Allah untuk tinggal di surga dulu sebelum diturukan ke Bumi. Allah menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya. Adam memberinya nama, Hawa. Menurut kisah para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu dia sedang tidur sehingga saat dia terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman untuk Adam:

Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi adil di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)

Tipu daya Iblis

Sesuai dengan ancaman yang dikatakan saat diusir oleh Allah dari surga dampak pembangkangannya, Iblis mulai berencana untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai dengan menggoda mereka untuk mendekati pohon yang dilarang oleh Allah untuk mereka.

Iblis menipu mereka dengan menyebut bahwa mengapa Allah melarang mereka memakan buah terlarang itu karena mereka akan hidup tidak berkesudahan seperti Tuhan apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan untuk Adam dan Hawa sehingga hasilnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:

Turunlah kamu! Sebahagian kamu dijadikan musuh untuk yang lain, dan untuk kamu benar tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup hingga waktu yang ditetapkan. (Q.S. Al-Baqarah [2]:36)

Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa luhur maka. Mereka lalu bertaubat untuk Allah dan sesudah taubat mereka diterima, Allah berfirman:

Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku untukmu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak benar kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Adam dan Hawa turun ke bumi

Adam dan Hawa kemudian dikurangi ke Bumi dan mempelajari cara hidup baru yang tidak sama jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.

Menurut kisah Adam dikurangi di (Sri Lanka) di puncak bukit Sri Pada dan Hawa dikurangi di Arabia. Mereka hasilnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah sesudah 40 hari berpisah. Sesudah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena menurut kisah kawasan Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga.[4] Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.

Di bumi pasangan Adam dan Hawa memainkan pekerjaan keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Sesudah keempat anaknya matang, Adam mendapat segala sesuatu yang diajarkan supaya menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.

Namun Qabil menolak karena Iqlima jauh bertambah cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini untuk Allah dan Allah memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di selang hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dipunyainya. Allah menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil bertambah berhak menentukan pilihannya.

Kisah tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal 2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian lain tentang kehidupannya bisa ditemukan dalam kitab-kitab apokrif, seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.

Menurut kisah di atas, Adam diciptakan menurut gambar dan rupa Allah[5]. Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman Eden yang artiannya tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon, Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Dia kemudian diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua hewan. Allah juga menciptakan makhluk penolong, adalah seorang wanita yang oleh Adam dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berlanjut bersama Allah, tetapi hasilnya mereka diusir dari taman itu karena mereka melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon ilmu tentang yang adil dan yang jahat.

Sesudah diusir dari taman itu, Adam harus memainkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa memiliki tiga orang putra yang dinamakan dalam Kitab Kejadian, adalah Kain, Habel, Set, dan sebanyak putra dan putri yang tidak dibicarakan jumlahnya.[6]. Kitab Yobel menyebutkan dua orang anak perempuan Adam dan Hawa, adalah Azura yang menikah dengan Set dan Awan, yang menikah dengan Kain. Adil Kitab Kejadian maupun Kitab Yobel menyatakan bahwa Adam memiliki anak yang lain, tetapi nama mereka tidak dibicarakan.

Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu, anggaran seperti yang diciptakan oleh Uskup Luhur Ussher, memberikan kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran Nuh, sembilan generasi sesudah Adam. Dengan kata lain, Adam sedang hidup bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut Kitab Yosua, kota Adam sedang dikenal pada saat bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan[7].

Menurut legenda, sesudah diusir dari Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.

Menurut pandangan Baha'i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah[8]. Penganut Baha'i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlanjut selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad[9].

Rujukan

  1. ^ Adam diperkirakan hidup pada tahun 5872 - 4942 SM
  2. ^ Diriwayatkan dari Sisa dari pembakaran Huraira, Nabi berkata: “Allah menciptakan Adam dan tingginya 60 kubit. Kemudian Dia bercakap, ‘Pergilah dan berilah salam untuk para malaikat dan dengarkanlah bagaimana mereka memberi salam untukmu, karena itu akan dijadikan salam untukmu dan salam untuk keturunanmu’. Dia bercakap, `Al-salaamu `alaykum (damai besertamu).’ Mereka bercakap, `Al-salaamu `alaykum wa rahmat-Allaah (damai benar atasmu dan kemurahan Allah).’ Maka mereka menambahkan kata-kata `wa rahmat Allaah.’ Dan setiap orang yang memasuki firdaus akan memasukinya dalam bentuk/wujud Adam. Orang senantiasa dijadikan makin pendek hingga sekarang”. Imam Bukhari no. 3336 juga no.246; Muslim 7092, juga al-Haafiz ibn Hajar di Fath al-Baari (6/367)
  3. ^ Tinggi Nabi Adam 27,432 meter di situs mifsifeui.wordpress.com
  4. ^ [//www.sacredsites.com/asia/sri_lanka/adams_peak.html Adam's Peak: An Arab tradition tells that when Adam was expelled from heaven, God put him on the peak to make the shock less terrible - Ceylon being that place on earth closest to and most like heaven.
  5. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=1&c=1#26
  6. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=1&c=5#4
  7. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=6&c=3#16
  8. ^ Taherzadeh, Adib (1972). The Covenant of Baha'u'llah. Oxford, Inggris: George Ronald. hlm. hlm. 32. ISBN 0-85398-344-5. 
  9. ^ Surat yang ditulis atas nama Universal House of Justice untuk setiap umat pada tanggal 13 Maret 1986. Effendi, Shoghi; The Universal House of Justice (1983). In Hornby, Helen (editor). Lights of Guidance: A Baha'i Reference File. Baha'i Publishing Trust, New Delhi, India. hlm. hlm. 500. ISBN 81-85091-46-3. 

Tautan luar

  • (Indonesia) Kisah Nabi Adam di Dzikir.org

edunitas.com

Page 4

Lukisan yang menggambarkan Adam dan Hawa.

Adam (Ibrani: אָדָם; Arab:آدم, artiannya tanah, manusia, atau cokelat muda) (sekitar 5872-4942 SM)[1] adalah dipercaya oleh agama-agama Samawi sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya yang bernama Hawa. Menurut Agama Samawi pula, merekalah orang tua dari semua manusia yang benar di dunia. Rincian kisah mengenai Adam dan Hawa berbeda-beda selang agama Islam, Yahudi, Kristen, maupun agama lain yang dijadikan bertambah sempurna dari ketiga agama Abrahamik ini.

Adam hidup selama 930 tahun sesudah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di selangnya Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.

Menurut nasihat agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, adalah, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan. Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.

Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, dan Salamah anak-anak Adam adalah: Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara perempuannya, Ayad dan saudara perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya, Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perempuannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara perempuannya, dan Baraq dan saudara perempuannya. Total semuanya anak Adam sebanyak 40.

Bentuk Adam

Menurut hadits Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang bertambah 27,432 meter).[2] Hadits mengenai ini pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yang tidak sama.[3]

Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan dia bukan makhluk purba. Dia bersumber dari surga yang berperadaban maju. Turun ke muka bumi mampu sebagai manusia dari sebuah peradaban yang jauh bertambah maju dan jauh bertambah tajam tipu daya dari peradaban manusia hingga kapanpun, oleh karena itulah Allah menunjuknya sebagai `khalifah` (pemimpin) di muka bumi.

Dalam cerminannya dia adalah makhluk yang teramat tajam tipu daya, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:

...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami ambil mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al Israa' 17:70)

Dalam surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At Tiin 95:4)

Menurut riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh Allah, semua malaikat bersujud untuknya atas perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah benar. Sama sekali tidak sama jauh dari cerminan manusia purba menurut Charles Darwin, yang digambarkan berlanjut dengan empat kaki dan dijadikan makhluk purba berpakaian seadanya.

Makhluk sebelum Adam

Mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman untuk Malaikat; “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka berdiskusi (tentang hikmat ketentuan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) ingin menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 30)

Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di Bumi, tetapi dikurangi dimuka bumi sebagai manusia dan diangkatkan /ditunjuk Allah sebagai Khalifah (pemimpin/pengganti /penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang tentunya benar makhluk lain yang di tukar, dengan kata lain adalah Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memipin di Bumi.

Dalam Al-Quran dibicarakan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah adalah manusia, jin, dan malaikat. Manusia dan Jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh karena itu sama-sama memiliki daya upaya yang dinamis dan nafsu namun hidup pada dimensi yang tidak sama. Sedangkan malaikat hanya memiliki daya upaya yang statis dan tidak memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa benar makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.

Dari ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas. Dalam Arkeologi, berdasarkan fosil yang ditemukan, memang benar makhluk lain sebelum manusia. Mereka nyaris seperti manusia, tetapi memiliki karakteristik yang primitif dan tidak berbudaya.

Volume otak mereka bertambah kecil dari manusia, oleh karena itu, kemampuan mereka bercakap sangat terbatas karena tidak banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan.

Sebagai contoh Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, sementara Homo sapiens memiliki volume otak di atas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600 cc). Maka dari itu mampu diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000 tahun yang lalu, telah benar sosok makhluk yang memiliki kemampuan daya upaya yang mendekati kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Adam.

Surah Al Hijr ayat 27 berisi:

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (Al Hijr 15:27)

. Dari ayat ini, sebagian lain ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain adalah Jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan: "Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Jin yang suka berbuat kerusuhan."

Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin.

Walaupun begitu gagasan ini sedang diragukan karena manusia dan jin hidup pada dimensi yang tidak sama. Sehingga tidak mungkin manusia dijadikan pengganti untuk Jin.

Penciptaan Adam

Sesudah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengumumkan para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan memainkan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat untuk Allah:

Mengapa engkau ingin menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang diwujudkan sedemikian rupa. Sesudah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga dia bisa bangkit dan dijadikan manusia yang sempurna.

Kesombongan Iblis

Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya Iblis dari bangsa Jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya bertambah agung, bertambah utama, dan bertambah luhur dari Adam. Hal itu dikarenakan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Dikarenakan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat diikuti kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, dia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang tidak berkesudahan.

Iblis dengan sombong menerima hukuman itu dan dia hanya memohon untuk Allah untuk diberi kehidupan yang tidak berkesudahan hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis mengancam akan menyesatkan Adam sehingga dia terusir dari surga. Dia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

Ilmu Adam

Allah ingin menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di hadapan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan menyebut bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu untuk para malaikat dan sesudah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah untuk mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki daya upaya yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya memiliki daya upaya yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah saja.

Adam menghuni surga

Adam diberi kesempatan oleh Allah untuk tinggal di surga dulu sebelum diturukan ke Bumi. Allah menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya. Adam memberinya nama, Hawa. Menurut kisah para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu dia sedang tidur sehingga saat dia terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman untuk Adam:

Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi adil di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)

Tipu daya Iblis

Sesuai dengan ancaman yang dikatakan saat diusir oleh Allah dari surga dampak pembangkangannya, Iblis mulai berencana untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai dengan menggoda mereka untuk mendekati pohon yang dilarang oleh Allah untuk mereka.

Iblis menipu mereka dengan menyebut bahwa mengapa Allah melarang mereka memakan buah terlarang itu karena mereka akan hidup tidak berkesudahan seperti Tuhan apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan untuk Adam dan Hawa sehingga hasilnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:

Turunlah kamu! Sebahagian kamu dijadikan musuh untuk yang lain, dan untuk kamu benar tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup hingga waktu yang ditetapkan. (Q.S. Al-Baqarah [2]:36)

Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa luhur maka. Mereka lalu bertaubat untuk Allah dan sesudah taubat mereka diterima, Allah berfirman:

Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku untukmu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak benar kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Adam dan Hawa turun ke bumi

Adam dan Hawa kemudian dikurangi ke Bumi dan mempelajari cara hidup baru yang tidak sama jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.

Menurut kisah Adam dikurangi di (Sri Lanka) di puncak bukit Sri Pada dan Hawa dikurangi di Arabia. Mereka hasilnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah sesudah 40 hari berpisah. Sesudah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena menurut kisah kawasan Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga.[4] Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.

Di bumi pasangan Adam dan Hawa memainkan pekerjaan keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Sesudah keempat anaknya matang, Adam mendapat segala sesuatu yang diajarkan supaya menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.

Namun Qabil menolak karena Iqlima jauh bertambah cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini untuk Allah dan Allah memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di selang hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dipunyainya. Allah menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil bertambah berhak menentukan pilihannya.

Kisah tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal 2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian lain tentang kehidupannya bisa ditemukan dalam kitab-kitab apokrif, seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.

Menurut kisah di atas, Adam diciptakan menurut gambar dan rupa Allah[5]. Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman Eden yang artiannya tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon, Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Dia kemudian diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua hewan. Allah juga menciptakan makhluk penolong, adalah seorang wanita yang oleh Adam dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berlanjut bersama Allah, tetapi hasilnya mereka diusir dari taman itu karena mereka melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon ilmu tentang yang adil dan yang jahat.

Sesudah diusir dari taman itu, Adam harus memainkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa memiliki tiga orang putra yang dinamakan dalam Kitab Kejadian, adalah Kain, Habel, Set, dan sebanyak putra dan putri yang tidak dibicarakan jumlahnya.[6]. Kitab Yobel menyebutkan dua orang anak perempuan Adam dan Hawa, adalah Azura yang menikah dengan Set dan Awan, yang menikah dengan Kain. Adil Kitab Kejadian maupun Kitab Yobel menyatakan bahwa Adam memiliki anak yang lain, tetapi nama mereka tidak dibicarakan.

Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu, anggaran seperti yang diciptakan oleh Uskup Luhur Ussher, memberikan kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran Nuh, sembilan generasi sesudah Adam. Dengan kata lain, Adam sedang hidup bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut Kitab Yosua, kota Adam sedang dikenal pada saat bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan[7].

Menurut legenda, sesudah diusir dari Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.

Menurut pandangan Baha'i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah[8]. Penganut Baha'i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlanjut selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad[9].

Rujukan

  1. ^ Adam diperkirakan hidup pada tahun 5872 - 4942 SM
  2. ^ Diriwayatkan dari Sisa dari pembakaran Huraira, Nabi berkata: “Allah menciptakan Adam dan tingginya 60 kubit. Kemudian Dia bercakap, ‘Pergilah dan berilah salam untuk para malaikat dan dengarkanlah bagaimana mereka memberi salam untukmu, karena itu akan dijadikan salam untukmu dan salam untuk keturunanmu’. Dia bercakap, `Al-salaamu `alaykum (damai besertamu).’ Mereka bercakap, `Al-salaamu `alaykum wa rahmat-Allaah (damai benar atasmu dan kemurahan Allah).’ Maka mereka menambahkan kata-kata `wa rahmat Allaah.’ Dan setiap orang yang memasuki firdaus akan memasukinya dalam bentuk/wujud Adam. Orang senantiasa dijadikan makin pendek hingga sekarang”. Imam Bukhari no. 3336 juga no.246; Muslim 7092, juga al-Haafiz ibn Hajar di Fath al-Baari (6/367)
  3. ^ Tinggi Nabi Adam 27,432 meter di situs mifsifeui.wordpress.com
  4. ^ [//www.sacredsites.com/asia/sri_lanka/adams_peak.html Adam's Peak: An Arab tradition tells that when Adam was expelled from heaven, God put him on the peak to make the shock less terrible - Ceylon being that place on earth closest to and most like heaven.
  5. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=1&c=1#26
  6. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=1&c=5#4
  7. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=6&c=3#16
  8. ^ Taherzadeh, Adib (1972). The Covenant of Baha'u'llah. Oxford, Inggris: George Ronald. hlm. hlm. 32. ISBN 0-85398-344-5. 
  9. ^ Surat yang ditulis atas nama Universal House of Justice untuk setiap umat pada tanggal 13 Maret 1986. Effendi, Shoghi; The Universal House of Justice (1983). In Hornby, Helen (editor). Lights of Guidance: A Baha'i Reference File. Baha'i Publishing Trust, New Delhi, India. hlm. hlm. 500. ISBN 81-85091-46-3. 

Tautan luar

  • (Indonesia) Kisah Nabi Adam di Dzikir.org

edunitas.com

Page 5

Lukisan yang menggambarkan Adam dan Hawa.

Adam (Ibrani: אָדָם; Arab:آدم, artiannya tanah, manusia, atau cokelat muda) (sekitar 5872-4942 SM)[1] adalah dipercaya oleh agama-agama Samawi sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya yang bernama Hawa. Menurut Agama Samawi pula, merekalah orang tua dari semua manusia yang benar di dunia. Rincian kisah mengenai Adam dan Hawa berbeda-beda selang agama Islam, Yahudi, Kristen, maupun agama lain yang dijadikan bertambah sempurna dari ketiga agama Abrahamik ini.

Adam hidup selama 930 tahun sesudah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di selangnya Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.

Menurut nasihat agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, yaitu, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan. Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.

Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, dan Salamah anak-anak Adam adalah: Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara perempuannya, Ayad dan saudara perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya, Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perempuannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara perempuannya, dan Baraq dan saudara perempuannya. Total semuanya anak Adam sebanyak 40.

Bentuk Adam

Menurut hadits Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang bertambah 27,432 meter).[2] Hadits mengenai ini pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yang tidak sama.[3]

Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan dia bukan makhluk purba. Dia bersumber dari surga yang berperadaban maju. Turun ke muka bumi mampu sebagai manusia dari sebuah peradaban yang jauh bertambah maju dan jauh bertambah tajam tipu daya dari peradaban manusia hingga kapanpun, oleh karena itulah Allah menunjuknya sebagai `khalifah` (pemimpin) di muka bumi.

Dalam cerminannya dia adalah makhluk yang teramat tajam tipu daya, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:

...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami ambil mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al Israa' 17:70)

Dalam surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At Tiin 95:4)

Menurut riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh Allah, seluruh malaikat bersujud untuknya atas perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah benar. Sama sekali tidak sama jauh dari cerminan manusia purba menurut Charles Darwin, yang digambarkan berlanjut dengan empat kaki dan dijadikan makhluk purba berpakaian seadanya.

Makhluk sebelum Adam

Mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman untuk Malaikat; “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka berdiskusi (tentang hikmat ketentuan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) ingin menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 30)

Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di Bumi, tetapi dikurangi dimuka bumi sebagai manusia dan diangkatkan /ditunjuk Allah sebagai Khalifah (pemimpin/pengganti /penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang tentunya benar makhluk lain yang di tukar, dengan kata lain adalah Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memipin di Bumi.

Dalam Al-Quran dibicarakan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah yaitu manusia, jin, dan malaikat. Manusia dan Jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh karena itu sama-sama memiliki daya upaya yang dinamis dan nafsu namun hidup pada dimensi yang tidak sama. Sedangkan malaikat hanya memiliki daya upaya yang statis dan tidak memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa benar makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.

Dari ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas. Dalam Arkeologi, berdasarkan fosil yang ditemukan, memang benar makhluk lain sebelum manusia. Mereka nyaris seperti manusia, tetapi memiliki karakteristik yang primitif dan tidak berbudaya.

Volume otak mereka bertambah kecil dari manusia, oleh karena itu, kemampuan mereka bercakap sangat terbatas karena tidak banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan.

Sebagai contoh Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, sementara Homo sapiens memiliki volume otak di atas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600 cc). Maka dari itu mampu diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000 tahun yang lalu, telah benar sosok makhluk yang memiliki kemampuan daya upaya yang mendekati kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Adam.

Surah Al Hijr ayat 27 berisi:

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (Al Hijr 15:27)

. Dari ayat ini, sebagian lain ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain adalah Jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan: "Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Jin yang suka berbuat kerusuhan."

Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin.

Walaupun begitu gagasan ini sedang diragukan karena manusia dan jin hidup pada dimensi yang tidak sama. Sehingga tidak mungkin manusia dijadikan pengganti untuk Jin.

Penciptaan Adam

Sesudah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengumumkan para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan memainkan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat untuk Allah:

Mengapa engkau ingin menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang diwujudkan sedemikian rupa. Sesudah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga dia bisa bangkit dan dijadikan manusia yang sempurna.

Kesombongan Iblis

Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya Iblis dari bangsa Jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya bertambah agung, bertambah utama, dan bertambah luhur dari Adam. Hal itu dikarenakan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Dikarenakan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat diikuti kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, dia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang tidak berkesudahan.

Iblis dengan sombong menerima hukuman itu dan dia hanya memohon untuk Allah untuk diberi kehidupan yang tidak berkesudahan hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis mengancam akan menyesatkan Adam sehingga dia terusir dari surga. Dia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

Ilmu Adam

Allah ingin menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di hadapan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan menyebut bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu untuk para malaikat dan sesudah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah untuk mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki daya upaya yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya memiliki daya upaya yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah saja.

Adam menghuni surga

Adam diberi kesempatan oleh Allah untuk tinggal di surga dulu sebelum diturukan ke Bumi. Allah menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya. Adam memberinya nama, Hawa. Menurut kisah para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu dia sedang tidur sehingga saat dia terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman untuk Adam:

Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi patut di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)

Tipu daya Iblis

Sesuai dengan ancaman yang dikatakan saat diusir oleh Allah dari surga dampak pembangkangannya, Iblis mulai berencana untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai dengan menggoda mereka untuk mendekati pohon yang dilarang oleh Allah untuk mereka.

Iblis menipu mereka dengan menyebut bahwa mengapa Allah melarang mereka memakan buah terlarang itu karena mereka akan hidup tidak berkesudahan seperti Tuhan apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan untuk Adam dan Hawa sehingga hasilnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:

Turunlah kamu! Sebahagian kamu dijadikan musuh untuk yang lain, dan untuk kamu benar tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup hingga waktu yang ditetapkan. (Q.S. Al-Baqarah [2]:36)

Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa luhur karenanya. Mereka lalu bertaubat untuk Allah dan sesudah taubat mereka diterima, Allah berfirman:

Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku untukmu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak benar kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Adam dan Hawa turun ke bumi

Adam dan Hawa kemudian dikurangi ke Bumi dan mempelajari cara hidup baru yang tidak sama jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.

Menurut kisah Adam dikurangi di (Sri Lanka) di puncak bukit Sri Pada dan Hawa dikurangi di Arabia. Mereka hasilnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah sesudah 40 hari berpisah. Sesudah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena menurut kisah kawasan Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga.[4] Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.

Di bumi pasangan Adam dan Hawa memainkan pekerjaan keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Sesudah keempat anaknya matang, Adam mendapat ajaran supaya menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.

Namun Qabil menolak karena Iqlima jauh bertambah cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini untuk Allah dan Allah memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di selang hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dipunyainya. Allah menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil bertambah berhak menentukan pilihannya.

Kisah tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal 2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian lain tentang kehidupannya bisa ditemukan dalam kitab-kitab apokrif, seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.

Menurut kisah di atas, Adam diciptakan menurut gambar dan rupa Allah[5]. Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman Eden yang artiannya tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon, Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Dia kemudian diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua hewan. Allah juga menciptakan makhluk penolong, yaitu seorang wanita yang oleh Adam dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berlanjut bersama Allah, tetapi hasilnya mereka diusir dari taman itu karena mereka melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon ilmu tentang yang patut dan yang jahat.

Sesudah diusir dari taman itu, Adam harus memainkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa memiliki tiga orang putra yang dinamakan dalam Kitab Kejadian, yaitu Kain, Habel, Set, dan sebanyak putra dan putri yang tidak dibicarakan jumlahnya.[6]. Kitab Yobel menyebutkan dua orang anak perempuan Adam dan Hawa, yaitu Azura yang menikah dengan Set dan Awan, yang menikah dengan Kain. Patut Kitab Kejadian maupun Kitab Yobel menyatakan bahwa Adam memiliki anak yang lain, tetapi nama mereka tidak dibicarakan.

Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu, anggaran seperti yang diciptakan oleh Uskup Luhur Ussher, memberikan kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran Nuh, sembilan generasi sesudah Adam. Dengan kata lain, Adam sedang hidup bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut Kitab Yosua, kota Adam sedang dikenal pada saat bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan[7].

Menurut legenda, sesudah diusir dari Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.

Menurut pandangan Baha'i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah[8]. Penganut Baha'i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlanjut selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad[9].

Rujukan

  1. ^ Adam diperkirakan hidup pada tahun 5872 - 4942 SM
  2. ^ Diriwayatkan dari Sisa dari pembakaran Huraira, Nabi berkata: “Allah menciptakan Adam dan tingginya 60 kubit. Kemudian Dia bercakap, ‘Pergilah dan berilah salam untuk para malaikat dan dengarkanlah bagaimana mereka memberi salam untukmu, karena itu akan dijadikan salam untukmu dan salam untuk keturunanmu’. Dia bercakap, `Al-salaamu `alaykum (damai besertamu).’ Mereka bercakap, `Al-salaamu `alaykum wa rahmat-Allaah (damai benar atasmu dan kemurahan Allah).’ Maka mereka menambahkan kata-kata `wa rahmat Allaah.’ Dan setiap orang yang memasuki firdaus akan memasukinya dalam bentuk/wujud Adam. Orang senantiasa dijadikan makin pendek hingga sekarang”. Imam Bukhari no. 3336 juga no.246; Muslim 7092, juga al-Haafiz ibn Hajar di Fath al-Baari (6/367)
  3. ^ Tinggi Nabi Adam 27,432 meter di situs mifsifeui.wordpress.com
  4. ^ [//www.sacredsites.com/asia/sri_lanka/adams_peak.html Adam's Peak: An Arab tradition tells that when Adam was expelled from heaven, God put him on the peak to make the shock less terrible - Ceylon being that place on earth closest to and most like heaven.
  5. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=1&c=1#26
  6. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=1&c=5#4
  7. ^ //sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=6&c=3#16
  8. ^ Taherzadeh, Adib (1972). The Covenant of Baha'u'llah. Oxford, Inggris: George Ronald. hlm. hlm. 32. ISBN 0-85398-344-5. 
  9. ^ Surat yang ditulis atas nama Universal House of Justice untuk setiap umat pada tanggal 13 Maret 1986. Effendi, Shoghi; The Universal House of Justice (1983). In Hornby, Helen (editor). Lights of Guidance: A Baha'i Reference File. Baha'i Publishing Trust, New Delhi, India. hlm. hlm. 500. ISBN 81-85091-46-3. 

Tautan luar

  • (Indonesia) Kisah Nabi Adam di Dzikir.org

edunitas.com

Page 6

Tags (tagged): abu talib, abu, talib, unkris, paman, dari nabi muhammad, nama aslinya, imran, fatimah binti asad, memiliki 6, orang, anak daftar isi, 1, aqil, bin, abu thalib fakhtihah, binti abu, thalib, jumanah, muhammad setelah, meninggalnya abdul, muthalib, aminah, center of, studies ia, meninggal, pada tahun sama, center, of studies abu

Page 7

Tags (tagged): abu talib, abu, talib, unkris, paman, dari nabi muhammad, nama aslinya, imran, fatimah binti asad, memiliki 6, orang, anak daftar isi, 1, aqil, bin, abu thalib fakhtihah, binti abu, thalib, jumanah, muhammad setelah, meninggalnya abdul, muthalib, aminah, center of, studies ia, meninggal, pada tahun sama, center, of studies abu

Page 8

Abū Thālib bin ‘Abdul-Muththalib (Bahasa Arab: أبو طالب بن عبد المطلب‎) (549/550 - 619) yaitu ayah dari Ali bin Abi Thalib serta paman dari Nabi Muhammad. Nama aslinya yaitu Imran (Arab: عمران), tetapi beliau semakin dikenal dengan julukan Debu Thalib, yang gunanya bapaknya Thalib.

Sbg pimpinan Bani Hasyim setelah kematian ayahnya, Abdul-Muththalib, beliau menjadi pengasuh Nabi Muhammad dan kemudian pendukung utama dalam berdakwah. Beliau menikah dengan Fatimah binti Asad dan memiliki 6 orang anak.

Keluarga

Debu Thalib bin Abdul Muthalib memiliki empat orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan, yaitu

Masa sebelum Islam

Beliau yaitu anak dari Abdul Muthalib dan Fatimah bin Amr dan memiliki sembilan saudara yang salah satunya yaitu Abdullah bin Abdul Muthalib yang yaitu ayah dari Nabi Muhammad. Beliau yaitu pengasuh dari Nabi Muhammad setelah meninggalnya Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab sampai Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid.

Setelah Kenabian Muhammad (570-632)

Setelah Muhammad diangkatkan sbg rasul dan nabi, beliau yaitu pelindung utama dari keluarga Bani Hasyim dari agresi warga Mekkah dan sekitarnya. Beliau meninggal pada tahun yang sama dengan meninggalnya Khadijah binti Khuwailid, yaitu pada tahun 619 M.

Lihat juga

  • Abdul-Muththalib
  • Muhammad
  • Ali bin Abi Thalib

edunitas.com

Page 9

Abū Thālib bin ‘Abdul-Muththalib (Bahasa Arab: أبو طالب بن عبد المطلب‎) (549/550 - 619) yaitu ayah dari Ali bin Abi Thalib serta paman dari Nabi Muhammad. Nama aslinya yaitu Imran (Arab: عمران), tetapi beliau semakin dikenal dengan julukan Debu Thalib, yang gunanya bapaknya Thalib.

Sbg pimpinan Bani Hasyim setelah kematian ayahnya, Abdul-Muththalib, beliau menjadi pengasuh Nabi Muhammad dan kemudian pendukung utama dalam berdakwah. Beliau menikah dengan Fatimah binti Asad dan memiliki 6 orang anak.

Keluarga

Debu Thalib bin Abdul Muthalib memiliki empat orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan, yaitu

Masa sebelum Islam

Beliau yaitu anak dari Abdul Muthalib dan Fatimah bin Amr dan memiliki sembilan saudara yang salah satunya yaitu Abdullah bin Abdul Muthalib yang yaitu ayah dari Nabi Muhammad. Beliau yaitu pengasuh dari Nabi Muhammad setelah meninggalnya Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab sampai Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid.

Setelah Kenabian Muhammad (570-632)

Setelah Muhammad diangkatkan sbg rasul dan nabi, beliau yaitu pelindung utama dari keluarga Bani Hasyim dari agresi warga Mekkah dan sekitarnya. Beliau meninggal pada tahun yang sama dengan meninggalnya Khadijah binti Khuwailid, yaitu pada tahun 619 M.

Lihat juga

  • Abdul-Muththalib
  • Muhammad
  • Ali bin Abi Thalib

edunitas.com

Page 10

Abrahah adalah seorang pemimpin dari Aksumite yang beragama Kristen, kerajaannya terletak di selatan Arab.

Abrahah al-'Asyram (Arab أبرهة الأشرم, Abrahah Al Habsyi) adalah seorang gubernur dari Abyssinia (Kekaisaran Ethiopia) yang telah sukses menaklukan dan menjadi Raja Saba (Yaman).[1][2]

Ginealaogi

Procopius mencatat bahwa Abrahah dulu pernah menjadi seorang budak belian dari Kerajaan Byzantium di Adulis, sementara al-Tabari menyebut bahwa dia sedang memiliki hubungan dekat dengan keluarga Kerajaan Aksum.[1]

Dalam kisah Islam

Abrahah terkenal karena kepemimpinannya dalam melakukan serangan militernya terhadap orang-orang Quraisy di Mekkah yang terjadi sekitar tahun 570[2] atau 571[3] Masehi, seperti yang diceritakan dalam kisah Islam khususnya dalam al-Fil. Dikisahkan bahwa Abrahah mau menghancurkan ka'bah dengan mengirim pasukan gajah, dikisahkan Abrahah dan para tentara nya mati seperti "daun yang dimakan ulat" setelah dijatuhi batu-batu panas yang berasal dari neraka oleh burung ababil, peristiwa ini terjadi pada tahun yang dikenal sebagai Tahun Gajah.

Dikisahkan juga bahwa Abrahah telah menyebut sebagai mendirikan suatu katedral di San'a yang dikenal sebagai "al-Qulays"[4] Sebagai tandingan Ka'bah di Mekkah dan secara khusus dia datang bersama dengan pasukan gajahnya sebagai menghancurkan Ka'bah.

Catatan kaki

//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tahun_Gajah&action=edit&section=3

Pustaka

  • Pasukan gajah Abrahah disitus web Arabnews.com.
  • Abrahah di Al Islam.com

Lihat pula

  • Dzu as-Suwayqatayn
  • Ka'bah
  • Surah Al-Fil

edunitas.com

Page 11

Abrahah adalah seorang pemimpin dari Aksumite yang beragama Kristen, kerajaannya terletak di selatan Arab.

Abrahah al-'Asyram (Arab أبرهة الأشرم, Abrahah Al Habsyi) adalah seorang gubernur dari Abyssinia (Kekaisaran Ethiopia) yang telah sukses menaklukan dan menjadi Raja Saba (Yaman).[1][2]

Ginealaogi

Procopius mencatat bahwa Abrahah dulu pernah menjadi seorang budak belian dari Kerajaan Byzantium di Adulis, sementara al-Tabari menyebut bahwa dia sedang memiliki hubungan dekat dengan keluarga Kerajaan Aksum.[1]

Dalam kisah Islam

Abrahah terkenal karena kepemimpinannya dalam melakukan serangan militernya terhadap orang-orang Quraisy di Mekkah yang terjadi sekitar tahun 570[2] atau 571[3] Masehi, seperti yang diceritakan dalam kisah Islam khususnya dalam al-Fil. Dikisahkan bahwa Abrahah mau menghancurkan ka'bah dengan mengirim pasukan gajah, dikisahkan Abrahah dan para tentara nya mati seperti "daun yang dimakan ulat" setelah dijatuhi batu-batu panas yang berasal dari neraka oleh burung ababil, peristiwa ini terjadi pada tahun yang dikenal sebagai Tahun Gajah.

Dikisahkan juga bahwa Abrahah telah menyebut sebagai mendirikan suatu katedral di San'a yang dikenal sebagai "al-Qulays"[4] Sebagai tandingan Ka'bah di Mekkah dan secara khusus dia datang bersama dengan pasukan gajahnya sebagai menghancurkan Ka'bah.

Catatan kaki

//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tahun_Gajah&action=edit&section=3

Pustaka

  • Pasukan gajah Abrahah disitus web Arabnews.com.
  • Abrahah di Al Islam.com

Lihat pula

  • Dzu as-Suwayqatayn
  • Ka'bah
  • Surah Al-Fil

edunitas.com

Page 12

Abrahah adalah seorang pemimpin dari Aksumite yang beragama Kristen, kerajaannya terletak di selatan Arab.

Abrahah al-'Asyram (Arab أبرهة الأشرم, Abrahah Al Habsyi) adalah seorang gubernur dari Abyssinia (Kekaisaran Ethiopia) yang telah sukses menaklukan dan menjadi Raja Saba (Yaman).[1][2]

Ginealaogi

Procopius mencatat bahwa Abrahah dulu pernah menjadi seorang budak belian dari Kerajaan Byzantium di Adulis, sementara al-Tabari menyebut bahwa dia sedang memiliki hubungan dekat dengan keluarga Kerajaan Aksum.[1]

Dalam kisah Islam

Abrahah terkenal karena kepemimpinannya dalam melakukan serangan militernya terhadap orang-orang Quraisy di Mekkah yang terjadi sekitar tahun 570[2] atau 571[3] Masehi, seperti yang diceritakan dalam kisah Islam khususnya dalam al-Fil. Dikisahkan bahwa Abrahah mau menghancurkan ka'bah dengan mengirim pasukan gajah, dikisahkan Abrahah dan para tentara nya mati seperti "daun yang dimakan ulat" setelah dijatuhi batu-batu panas yang berasal dari neraka oleh burung ababil, peristiwa ini terjadi pada tahun yang dikenal sebagai Tahun Gajah.

Dikisahkan juga bahwa Abrahah telah menyebut sebagai mendirikan suatu katedral di San'a yang dikenal sebagai "al-Qulays"[4] Sebagai tandingan Ka'bah di Mekkah dan secara khusus dia datang bersama dengan pasukan gajahnya sebagai menghancurkan Ka'bah.

Catatan kaki

//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tahun_Gajah&action=edit&section=3

Pustaka

  • Pasukan gajah Abrahah disitus web Arabnews.com.
  • Abrahah di Al Islam.com

Lihat pula

  • Dzu as-Suwayqatayn
  • Ka'bah
  • Surah Al-Fil

edunitas.com

Page 13

Abrahah adalah seorang pemimpin dari Aksumite yang beragama Kristen, kerajaannya terletak di selatan Arab.

Abrahah al-'Asyram (Arab أبرهة الأشرم, Abrahah Al Habsyi) adalah seorang gubernur dari Abyssinia (Kekaisaran Ethiopia) yang telah sukses menaklukan dan menjadi Raja Saba (Yaman).[1][2]

Ginealaogi

Procopius mencatat bahwa Abrahah dulu pernah menjadi seorang budak belian dari Kerajaan Byzantium di Adulis, sementara al-Tabari menyebut bahwa dia sedang memiliki hubungan dekat dengan keluarga Kerajaan Aksum.[1]

Dalam kisah Islam

Abrahah terkenal karena kepemimpinannya dalam melakukan serangan militernya terhadap orang-orang Quraisy di Mekkah yang terjadi sekitar tahun 570[2] atau 571[3] Masehi, seperti yang diceritakan dalam kisah Islam khususnya dalam al-Fil. Dikisahkan bahwa Abrahah mau menghancurkan ka'bah dengan mengirim pasukan gajah, dikisahkan Abrahah dan para tentara nya mati seperti "daun yang dimakan ulat" setelah dijatuhi batu-batu panas yang berasal dari neraka oleh burung ababil, peristiwa ini terjadi pada tahun yang dikenal sebagai Tahun Gajah.

Dikisahkan juga bahwa Abrahah telah menyebut sebagai mendirikan suatu katedral di San'a yang dikenal sebagai "al-Qulays"[4] Sebagai tandingan Ka'bah di Mekkah dan secara khusus dia datang bersama dengan pasukan gajahnya sebagai menghancurkan Ka'bah.

Catatan kaki

//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tahun_Gajah&action=edit&section=3

Pustaka

  • Pasukan gajah Abrahah disitus web Arabnews.com.
  • Abrahah di Al Islam.com

Lihat pula

  • Dzu as-Suwayqatayn
  • Ka'bah
  • Surah Al-Fil

edunitas.com

Page 14

Abimanyu (Dewanagari: अभिमन्यु; ,IAST: abhiman'yu, अभिमन्यु) yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Beliau yaitu putra Arjuna dan Subadra. Dalam wiracarita Mahabharata, diputuskan bahwa Abimanyulah yang akan meneruskan Yudistira sbg pewaris takhta. Riwayatnya dituturkan sbg pahlawan yang tragis. Beliau gugur dalam pertempuran akbar di Kurukshetra sbg salah satu kesatria termuda dari pihak Pandawa, karena baru berusia enam belas tahun. Abimanyu menikah dengan Utara, putri Raja Wirata dan memiliki seorang putra bernama Parikesit, yang lahir tak lama setelah beliau gugur.

Guna nama

Abimanyu terdiri dari dua kata Sanskerta, yaitu abhi (berani) dan man'yu (tabiat). Dalam bahasa Sanskerta, kata Abhiman'yu berfaedah "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".

Riwayat

Kala belum lahir karena benar dalam rahim ibunya, Abimanyu mempelajari ilmu tentang memasuki formasi mematikan yang sulit ditembus bernama Chakrawyuha dari Arjuna. Mahabharata menjelaskan bahwa dari dalam rahim, beliau menguping pembicaraan Kresna yang sedang membahas hal tersebut dengan ibunya, Subadra. Kresna berkata mengenai cara memasuki Chakrawyuha dan kemudian Subadra tertidur, karenanya sang bayi tak memiliki kesempatan untuk kenal bagaimana cara meloloskan diri dari formasi itu.

Abimanyu menghabiskan masa kecilnya di Dwaraka, kota tempat tinggal ibunya. Beliau dilatih oleh ayahnya yang bernama Arjuna yang yaitu seorang kesatria akbar dan dididik di bawah bimbingan Kresna. Ayahnya menikahkan Abimanyu dengan Uttara, putri Raja Wirata, untuk memperketat hubungan sela Pandawa dengan keluarga Raja Wirata, kala pertempuran Bharatayuddha yang akan datang. Pandawa menyamar untuk menuntaskan masa pembuangannnya tanpa dikenal di kerajaan Raja Wirata, yaitu Matsya.

Sbg cucu Dewa Indra, dewa senjata ganjil sekaligus dewa peperangan, Abimanyu yaitu ksatria yang gagah berani dan ganas. Karena dianggap setara dengan kemampuan ayahnya, Abimanyu bisa melawan kesatria-kesatria akbar seperti Drona, Karna, Duryodana dan Dursasana. Beliau dipuji karena keberaniannya dan memiliki rasa setia yang tinggi terhadap ayah, paman, dan sekutunya.

Kematian

Formasi Chakrawyuha.
Abimanyu terbunuh di dalamnya

Pada pertempuran di hari ketiga belas, pihak Korawa menantang Pandawa untuk mematahkan formasi perang melingkar yang dikenal sbg Cakrawyuha. Para Pandawa menerima tantangan tersebut karena Kresna dan Arjuna kenal bagaimana cara mematahkan beragam formasi. Pada hari itu, Kresna dan Arjuna sibuk bertarung dengan Raja Trigarta dan laskar Samsaptaka. Karena Pandawa sudah menerima tantangan tersebut, mereka tak memiliki pilihan selain mencoba untuk memakai Abimanyu yang sedang muda, yang memiliki ilmu tentang bagaimana cara mematahkan formasi Cakrawyuha namun tak kenal bagaimana cara keluar dari dalamnya. Untuk meyakinkan bahwa Abimanyu tak akan terperangkap dalam formasi tersebut, Pandawa bersaudara memutuskan bahwa mereka dan sekutu mereka akan mematahkan formasi itu bersama Abimanyu dan menolong sang pemuda keluar dari formasi tersebut.

Abimanyu memakai kelicikannya untuk menembus formasi tersebut. Pandawa bersaudara dan sekutunya mencoba untuk mengikutinya, namun mereka dihadang oleh Jayadrata, Raja Sindhu, yang memakai anugerah Siwa supaya bisa menahan para Pandawa—kecuali Arjuna—hanya untuk satu hari. Setelah tertinggal, Abimanyu berjuang sendirian dalam menghadapi agresi pasukan Korawa. Abimanyu membunuh beberapa kesatria yang mendekatinya, termasuk putera Duryodana, yaitu Laksmana. Setelah menyaksikan putra kesayangannya terbunuh, Duryodana marah akbar dan menyuruh segenap pasukan Korawa untuk menyerang Abimanyu. Karena gagal menghancurkan zirah Abimanyu, Karna menghancurkan busur Abimanyu dari belakangan. Kemudian keretanya dihancurkan, kusir dan kudanya dibunuh, dan seluruh senjatanya terbuang. Putra Dursasana mencoba untuk melawan Abimanyu dengan tangan kosong. Tanpa menghiraukan perhitungan perang, pihak Korawa menyerang Abimanyu secara serentak. Abimanyu bisa bertahan sampai pedangnya patah dan roda kereta yang beliau pakai sbg perisai hancur berkeping-keping. Tak berapa lama kemudian, Abimanyu dibunuh oleh putra Dursasana dengan cara menghancurkan kepalanya dengan gada.

Arjuna membalas dendam

Lukisan dari Kuil Hoysaleswara di India, menampilkan adegan kala Abimanyu dikurung dalam formasi Cakrawbyuha.

Berita kematian Abimanyu membuat Arjuna sangat sedih dan sakit hati. Beliau sadar, bahwa sekiranya Jayadrata tak menghalangai para Pandawa memasuki formasi Chakrawyuha, Abimanyu pasti mendapat bantuan. Beliau kemudian bersumpah akan membunuh Jayadrata pada hari berikutnya sebelum matahari tenggelam, jikalau gagal karenanya Arjuna siap membakar dirinya sendiri hidup-hidup. Menanggapi hal itu, pihak Korawa menempatkan Jayadrata sangat jauh dari Arjuna. Ribuan prajurit dan ksatria mengelilingi dan melindungi Jayadrata. Arjuna berusaha menjangkau Jayadrata, namun ribuan pasukan Korawa mengahalanginya. Sampai matahari nyaris terbenam, Jayadrata sedang jauh dari jangkauan Arjuna. Melihat hal ini, Kresna memakai kelicikannya. Beliau membuat gerhana matahari, sehingga suasana menjadi gelap seolah-olah matahari sudah tenggelam. Pihak Korawa maupun Pandawa mengira hari sudah malam, dan sesuai perhitungan, mereka menghentikan peperangan dan kembali ke kubu masing-masing. Dengan demikian, pihak Korawa tak melanjutkan pertarungan dan Jayadrata tak dalam perlindungan mereka lagi. Kala kereta Arjuna tidak jauh dengan kereta Jayadrata, matahari muncul lagi dan Kresna menyuruh Arjuna supaya memakai kesempatan tersebut untuk membunuh Jayadrata. Arjuna mengangkat busurnya dan meluncurkan panah, memutus leher Jayadrata. Tepat pada kala tersebut, hari sudah sore, matahari sudah tenggelam dan Arjuna sukses menuntaskan sumpahnya untuk membunuh Jayadrata.

Penjelasan mengenai kematiannya

Abimanyu yaitu inkarnasi dari putera Dewa bulan. Ketika Sang Dewa bulan ditanya oleh Dewa yang lain mengenai kepergian puteranya ke bumi, beliau membuat akad bahwa puteranya tinggal di bumi hanya selama 16 tahun sebagaimana beliau tak bisa menahan perpisahan dengan puteranya. Abimanyu berusia 16 tahun kala beliau terbunuh dalam pertempuran.

Putra Abimanyu, yaitu Parikesit, lahir setelah kematiannya, dan menjadi satu-satunya kesatria Keluarga Kuru yang selamat setelah Bharatayuddha, dan melanjutkan garis keturunan Pandawa. Abimanyu seringkali dianggap sbg kesatria yang terberani dari pihak Pandawa, yang sudi melepaskan hidupanya kala peperangan dalam usia yang sedang sangat muda.

Abimanyu dalam pewayangan Jawa

Dalam khazanah pewayangan Jawa, Abimanyu, sbg putra Arjuna, yaitu tokoh penting. Di bawah ini dipaparkan ciri khas tokoh ini dalam aturan sejak dahulu kala istiadat Jawa yang sudah mengembang lain daripada tokoh yang sama di India.

Riwayat

Abimanyu dalam versi pewayangan Jawa

Dikisahkan Abimanyu karena kuat tapanya memperoleh Wahyu Makutha Raja, wahyu yang mencetuskan bahwa keturunannyalah yang dipersiapkan menjadi penerus tahta Para Raja Hastina. Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Beliau yaitu putra Arjuna, salah satu dari lima ksatria Pandawa dengan Dewi Subadra, putri Prabu Basudewa, Raja Mandura dengan Dewi Dewaki. Beliau mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu: Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu yaitu makhluk kekasih Dewata. Sejak dalam kandungan beliau telah mendapat "Wahyu Hidayat", yang bisa membuatnya mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa beliau mendapat "Wahyu Cakraningrat", suatu wahyu yang bisa menurunkan raja-raja akbar.

Abimanyu mempunyai sifat dan watak yang halus, patut afalnya, ucapannya terang, hatinya keras, akbar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan beliau mendapat nasihat dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat nasihat dari kakeknya, Bagawan Abiyasa. Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah bisa mengalahkan Prabu Jayamurcita. Beliau mempunyai dua orang istri, yaitu:

  • Dewi Siti Sundari, puteri Prabu Kresna, Raja Negara Dwarawati dengan Dewi Pratiwi, kisah pernikahan Abimanyu dengan Siti Sundari dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul "Alap-Alapan Siti Sundari" atau "Jaya Murcita Ngraman".;
  • Dewi Utari, puteri Prabu Matsyapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata, dan berputera Parikesit, kisah pernikahan Abimanyu dengan Utari dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul "Putu Rabi Nini" atau "Kalabendana Gugur".

Bharatayuddha

Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuddha setelah sebelumnya seluruh saudaranya mendahului gugur, pada kala itu kesatria dari Pihak Pandawa yang benar di ajang laga dan menguasai strategi perang hanya tiga orang yakni Bima, Arjuna dan Abimanyu. Gatotkaca menyingkir karena Karna merentangkan senjata Kunta Wijayadanu. Bima dan Arjuna dipancing oleh satria dari pihak Korawa untuk keluar dari ajang pertempuran, karenanya tinggalah Abimanyu.

Ketika kenal seluruh saudaranya gugur Abimanyu menjadi lepas dari jalan melakukan sesuatu untuk mengatur formasi perang, dia maju sendiri ke tengah barisan Kurawa dan terperangkap dalam formasi mematikan yang dipersiapkan pasukan Kurawa. Tak menyiakan kesempatan untuk bersiap-siap, Kurawa menghujani senjata ke tubuh Abimanyu sampai Abimanyu terjerembab dan jatuh dari kudanya (dalam pewayangan digambarkan lukanya arang kranjang = banyak sekali). Abimanyu terlihat seperti landak karena beragam senjata menancap di tubuhnya. Konon tragedi itu yaitu risiko pengucapan sumpah ketika melamar Dewi Utari, bahwa dia sedang belum punya istri dan apabila telah beristri karenanya dia siap mati tertusuk beragam senjata ketika perang Bharatayuddha. Abimanyu berbohong karena ketika itu sudah beristrikan Dewi Siti Sundari.

Dengan senjata yang menancap diseluruh tubuhnya sehingga dia tak bisa jalan lagi tak membuat Abimanyu menyerah dia bahkan sukses membunuh putera mahkota Hastinapura (Lesmana Mandrakumara putera Prabu Duryudana) dengan melemparkan keris Pulanggeni setelah menembus tubuh empat prajurit lainnya. Pada kala itu pihak Korawa kenal bahwa untuk membunuh Abimanyu, mereka mesti memutus langsang yang benar didadanya, kemudian Abimanyu pun gugur oleh gada Kyai Glinggang atau Galih Asem milik Jayadrata, satria Banakeling.

Kakawin Bharatayuddha

Kutipan di bawah ini diambil dari Kakawin Bharatayuddha, yang menceritakan pertempuran terakhir Sang Abimanyu.

SlokaTerjemahan
Ngkā Sang Dharmasutā təgəg mulati tingkahi gəlarira nātha Korawa, āpan tan hana Sang Wrəkodara Dhanañjaya wənanga rumāmpakang gəlar. Nghing Sang Pārthasutābhimanyu makusāra rumusaka gəlar mahā dwija, manggəh wruh lingirāng rusak mwang umasuk tuhu i wijili rāddha tan tamaPada kala itu Yudistira tercengang melihat formasi perang Raja Korawa, sebab Bima dan Arjuna tak benar padahal merekalah yang bisa menghancurkannya. Hanya Putera Arjuna, yaitu Abimanyu yang mau merusak formasi yang disusun pendeta Drona itu. Beliau berkata bahwa beliau yakin bisa menggempur dan memasuki formasi tersebut, hanya saja beliau belum kenal bagaimana cara keluar dari formasi tersebut.
Sāmpun mangkana çighra sāhasa masuk marawaça ri gəlar mahā dwija. Sang Pārthātmaja çūra sāra rumusuk sakəkəsika linañcaran panah, çirṇa ngwyuha lilang təkap Sang Abhimanyu təka ri kahanan Suyodhana. Ḍang Hyang Droṇa Krəpāpulih karaṇa Sang Kurupati malayū marīnusi.Setelah demikian, mereka segera membelah dan menyerang formasi pendeta Drona tersebut dengan dahsyat. Sang Abimanyu yaitu daya yang membinasakan formasi tersebut dengan tembakan panah. Sbg dampak agresi Abimanyu, formasi tersebut hancur sampai ke pertahanan Duryodana. Dengan ini Dona dan Krepa menyelenggarakan agresi balasan, sehingga Duryodana bisa melarikan diri dan tak dikejar lagi.
Ṇda tan dwālwang i çatru çakti mangaran Krətasuta sawatək Wrəhadbala. Mwang Satyaçrawa çūra mānta kəna tan panguḍili pinanah linañcaran. Lāwan wīra wiçesha putra Kurunātha mati malara kokalan panah. Kyāti ng Korawa wangça Lakshmanakumāra ngaranika kaish Suyodhana.Dengan ini tak bisa dipungkiri lagi musuh yang sakti mulai menjadi kurang seperti Kretasuta dan keluarga Wrehadbala. Juga Satyaswara yang berani dan gila bertarung tertembak sebelum bisa menimbulkan kerusakan sedikit pun karena dihujani panah. Putera Raja Korawa yang berani juga gugur setelah beliau tertusuk panah. Putera tersebut sangat terkenal di sela keluarga Korawa, yaitu Laksmanakumara, yang disayangi Suyodhana.
Ngkā ta krodha sakorawālana manah panahira lawan açwa sarathi. Tan wāktān tang awak tangan suku gigir ḍaḍa wadana linaksha kinrəpan. Mangkin Pārthasutajwalāmurək anyakra makapalaga punggəling laras. Dhīramūk mangusir ỵaçānggətəm atễn pəjaha makiwuling Suyodhana.
Pada saat itu seluruh keluarga Korawa menjadi marah, dan dengan tiada hentinya mereka memanahkan senjatanya. Patut kuda maupun kusirnya, badan, tangan, kaki, punggung, dada, dan muka Abimanyu terkena ratusan panah. Dengan ini Abimanyu makin semangat. Beliau memegang cakramnya dan dengan panah yang patah beliau menyelenggarakan agresi. Dengan ketentuan hati beliau mengamuk untuk mencari keharuman nama. Dengan hati yang penuh dendam, beliau gugur di tangan Suyodhana.
Ri pati Sang Abhimanyu ring raṇāngga. Tənyuh araras kadi çéwaling tahas mas. Hanana ngaraga kālaning pajang lèk. Çinaçah alindi sahantimun ginintən.Ketika Abimanyu terbunuh dalam pertempuran, badannya hancur. Indah untuk dilihat dan diteliti bagaikan lumut dalam periuk emas. Mayatnya terlihat dalam sinar bulan dan telah tercabik-cabik, sehingga menjadi halus seperti mentimun.

Lihat juga

  • Perang di Kurukshetra
  • Bharatayuddha

Pranala luar


edunitas.com

Page 15

Abimanyu (Dewanagari: अभिमन्यु; ,IAST: abhiman'yu, अभिमन्यु) yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Beliau yaitu putra Arjuna dan Subadra. Dalam wiracarita Mahabharata, diputuskan bahwa Abimanyulah yang akan meneruskan Yudistira sbg pewaris takhta. Riwayatnya dituturkan sbg pahlawan yang tragis. Beliau gugur dalam pertempuran akbar di Kurukshetra sbg salah satu kesatria termuda dari pihak Pandawa, karena baru berusia enam belas tahun. Abimanyu menikah dengan Utara, putri Raja Wirata dan memiliki seorang putra bernama Parikesit, yang lahir tak lama setelah beliau gugur.

Guna nama

Abimanyu terdiri dari dua kata Sanskerta, yaitu abhi (berani) dan man'yu (tabiat). Dalam bahasa Sanskerta, kata Abhiman'yu berfaedah "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".

Riwayat

Saat belum lahir karena benar dalam rahim ibunya, Abimanyu mempelajari ilmu tentang memasuki formasi mematikan yang sulit ditembus bernama Chakrawyuha dari Arjuna. Mahabharata menjelaskan bahwa dari dalam rahim, beliau menguping pembicaraan Kresna yang sedang membahas hal tersebut dengan ibunya, Subadra. Kresna berkata mengenai cara memasuki Chakrawyuha dan kemudian Subadra tertidur, karenanya sang bayi tak memiliki kesempatan untuk kenal bagaimana cara meloloskan diri dari formasi itu.

Abimanyu menghabiskan masa kecilnya di Dwaraka, kota tempat tinggal ibunya. Beliau dilatih oleh ayahnya yang bernama Arjuna yang yaitu seorang kesatria akbar dan dididik di bawah bimbingan Kresna. Ayahnya menikahkan Abimanyu dengan Uttara, putri Raja Wirata, untuk memperketat hubungan sela Pandawa dengan keluarga Raja Wirata, saat pertempuran Bharatayuddha yang akan datang. Pandawa menyamar untuk menuntaskan masa pembuangannnya tanpa dikenal di kerajaan Raja Wirata, yaitu Matsya.

Sbg cucu Dewa Indra, dewa senjata ganjil sekaligus dewa peperangan, Abimanyu yaitu ksatria yang gagah berani dan ganas. Karena dianggap setara dengan kemampuan ayahnya, Abimanyu mampu melawan kesatria-kesatria akbar seperti Drona, Karna, Duryodana dan Dursasana. Beliau dipuji karena keberaniannya dan memiliki rasa setia yang tinggi terhadap ayah, paman, dan sekutunya.

Kematian

Formasi Chakrawyuha.
Abimanyu terbunuh di dalamnya

Pada pertempuran di hari ketiga belas, pihak Korawa menantang Pandawa untuk mematahkan formasi perang melingkar yang dikenal sbg Cakrawyuha. Para Pandawa menerima tantangan tersebut karena Kresna dan Arjuna kenal bagaimana cara mematahkan beragam formasi. Pada hari itu, Kresna dan Arjuna sibuk bertarung dengan Raja Trigarta dan laskar Samsaptaka. Karena Pandawa sudah menerima tantangan tersebut, mereka tak memiliki pilihan selain mencoba untuk memakai Abimanyu yang sedang muda, yang memiliki ilmu tentang bagaimana cara mematahkan formasi Cakrawyuha namun tak kenal bagaimana cara keluar dari dalamnya. Untuk meyakinkan bahwa Abimanyu tak akan terperangkap dalam formasi tersebut, Pandawa bersaudara memutuskan bahwa mereka dan sekutu mereka akan mematahkan formasi itu bersama Abimanyu dan menolong sang pemuda keluar dari formasi tersebut.

Abimanyu memakai kelicikannya untuk menembus formasi tersebut. Pandawa bersaudara dan sekutunya mencoba untuk mengikutinya, namun mereka dihadang oleh Jayadrata, Raja Sindhu, yang memakai anugerah Siwa supaya mampu menahan para Pandawa—kecuali Arjuna—hanya untuk satu hari. Setelah ketinggalan, Abimanyu berjuang sendirian dalam menghadapi agresi pasukan Korawa. Abimanyu membunuh beberapa kesatria yang mendekatinya, termasuk putera Duryodana, yaitu Laksmana. Setelah menyaksikan putra kesayangannya terbunuh, Duryodana marah akbar dan menyuruh segenap pasukan Korawa untuk menyerang Abimanyu. Karena gagal menghancurkan zirah Abimanyu, Karna menghancurkan busur Abimanyu dari belakangan. Kemudian keretanya dihancurkan, kusir dan kudanya dibunuh, dan seluruh senjatanya terbuang. Putra Dursasana mencoba untuk melawan Abimanyu dengan tangan kosong. Tanpa menghiraukan perhitungan perang, pihak Korawa menyerang Abimanyu secara serentak. Abimanyu mampu bertahan sampai pedangnya patah dan roda kereta yang beliau pakai sbg perisai hancur berkeping-keping. Tak berapa lama kemudian, Abimanyu dibunuh oleh putra Dursasana dengan cara menghancurkan kepalanya dengan gada.

Arjuna membalas dendam

Lukisan dari Kuil Hoysaleswara di India, menampilkan adegan saat Abimanyu dikurung dalam formasi Cakrawbyuha.

Berita kematian Abimanyu membuat Arjuna sangat sedih dan sakit hati. Beliau sadar, bahwa sekiranya Jayadrata tak menghalangai para Pandawa memasuki formasi Chakrawyuha, Abimanyu pasti mendapat bantuan. Beliau kemudian bersumpah akan membunuh Jayadrata pada hari berikutnya sebelum matahari tenggelam, jikalau gagal karenanya Arjuna siap membakar dirinya sendiri hidup-hidup. Menanggapi hal itu, pihak Korawa meletakkan Jayadrata sangat jauh dari Arjuna. Ribuan prajurit dan ksatria mengelilingi dan melindungi Jayadrata. Arjuna berupaya menjangkau Jayadrata, namun ribuan pasukan Korawa mengahalanginya. Sampai matahari nyaris terbenam, Jayadrata sedang jauh dari jangkauan Arjuna. Melihat hal ini, Kresna memakai kelicikannya. Beliau membuat gerhana matahari, sehingga suasana menjadi gelap seolah-olah matahari sudah tenggelam. Pihak Korawa maupun Pandawa mengira hari sudah malam, dan sesuai perhitungan, mereka menghentikan peperangan dan kembali ke kubu masing-masing. Dengan demikian, pihak Korawa tak melanjutkan pertarungan dan Jayadrata tak dalam perlindungan mereka lagi. Saat kereta Arjuna tidak jauh dengan kereta Jayadrata, matahari muncul lagi dan Kresna menyuruh Arjuna supaya memakai kesempatan tersebut untuk membunuh Jayadrata. Arjuna mengangkat busurnya dan meluncurkan panah, memutus leher Jayadrata. Tepat pada saat tersebut, hari sudah sore, matahari sudah tenggelam dan Arjuna sukses menuntaskan sumpahnya untuk membunuh Jayadrata.

Penjelasan mengenai kematiannya

Abimanyu yaitu inkarnasi dari putera Dewa bulan. Ketika Sang Dewa bulan ditanya oleh Dewa yang lain mengenai kepergian puteranya ke bumi, beliau membuat akad bahwa puteranya tinggal di bumi hanya selama 16 tahun sebagaimana beliau tak dapat menahan perpisahan dengan puteranya. Abimanyu berusia 16 tahun saat beliau terbunuh dalam pertempuran.

Putra Abimanyu, yaitu Parikesit, lahir setelah kematiannya, dan menjadi satu-satunya kesatria Keluarga Kuru yang selamat setelah Bharatayuddha, dan melanjutkan garis keturunan Pandawa. Abimanyu seringkali dianggap sbg kesatria yang terberani dari pihak Pandawa, yang sudi melepaskan hidupanya saat peperangan dalam usia yang sedang sangat muda.

Abimanyu dalam pewayangan Jawa

Dalam khazanah pewayangan Jawa, Abimanyu, sbg putra Arjuna, yaitu tokoh penting. Di bawah ini dipaparkan ciri khas tokoh ini dalam aturan sejak dahulu kala istiadat Jawa yang sudah mengembang lain daripada tokoh yang sama di India.

Riwayat

Abimanyu dalam versi pewayangan Jawa

Dikisahkan Abimanyu karena kuat tapanya memperoleh Wahyu Makutha Raja, wahyu yang menyalakan bahwa keturunannyalah yang dipersiapkan menjadi penerus tahta Para Raja Hastina. Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Beliau yaitu putra Arjuna, salah satu dari lima ksatria Pandawa dengan Dewi Subadra, putri Prabu Basudewa, Raja Mandura dengan Dewi Dewaki. Beliau mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu: Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu yaitu makhluk kekasih Dewata. Sejak dalam kandungan beliau telah mendapat "Wahyu Hidayat", yang mampu membuatnya mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa beliau mendapat "Wahyu Cakraningrat", suatu wahyu yang dapat menurunkan raja-raja akbar.

Abimanyu mempunyai sifat dan watak yang halus, patut afalnya, ucapannya terang, hatinya keras, akbar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan beliau mendapat nasihat dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat nasihat dari kakeknya, Bagawan Abiyasa. Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah dapat mengalahkan Prabu Jayamurcita. Beliau mempunyai dua orang istri, yaitu:

  • Dewi Siti Sundari, puteri Prabu Kresna, Raja Negara Dwarawati dengan Dewi Pratiwi, kisah pernikahan Abimanyu dengan Siti Sundari dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul "Alap-Alapan Siti Sundari" atau "Jaya Murcita Ngraman".;
  • Dewi Utari, puteri Prabu Matsyapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata, dan berputera Parikesit, kisah pernikahan Abimanyu dengan Utari dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul "Putu Rabi Nini" atau "Kalabendana Gugur".

Bharatayuddha

Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuddha setelah sebelumnya seluruh saudaranya mendahului gugur, pada saat itu kesatria dari Pihak Pandawa yang benar di ajang laga dan menguasai strategi perang hanya tiga orang yakni Bima, Arjuna dan Abimanyu. Gatotkaca menyingkir karena Karna merentangkan senjata Kunta Wijayadanu. Bima dan Arjuna dipancing oleh satria dari pihak Korawa untuk keluar dari ajang pertempuran, karenanya tinggalah Abimanyu.

Ketika kenal semua saudaranya gugur Abimanyu menjadi lepas dari jalan melakukan sesuatu untuk mengatur formasi perang, dia maju sendiri ke tengah barisan Kurawa dan terperangkap dalam formasi mematikan yang dipersiapkan pasukan Kurawa. Tak menyiakan kesempatan untuk bersiap-siap, Kurawa menghujani senjata ke tubuh Abimanyu sampai Abimanyu terjerembab dan jatuh dari kudanya (dalam pewayangan digambarkan lukanya arang kranjang = banyak sekali). Abimanyu terlihat seperti landak karena beragam senjata menancap di tubuhnya. Konon tragedi itu yaitu risiko pengucapan sumpah ketika melamar Dewi Utari, bahwa dia sedang belum punya istri dan apabila telah beristri karenanya dia siap mati tertusuk beragam senjata ketika perang Bharatayuddha. Abimanyu berbohong karena ketika itu sudah beristrikan Dewi Siti Sundari.

Dengan senjata yang menancap diseluruh tubuhnya sehingga dia tak dapat jalan lagi tak membuat Abimanyu menyerah dia bahkan sukses membunuh putera mahkota Hastinapura (Lesmana Mandrakumara putera Prabu Duryudana) dengan melemparkan keris Pulanggeni setelah menembus tubuh empat prajurit lainnya. Pada saat itu pihak Korawa kenal bahwa untuk membunuh Abimanyu, mereka mesti memutus langsang yang benar didadanya, kemudian Abimanyu pun gugur oleh gada Kyai Glinggang atau Galih Asem milik Jayadrata, satria Banakeling.

Kakawin Bharatayuddha

Kutipan di bawah ini diambil dari Kakawin Bharatayuddha, yang menceritakan pertempuran terakhir Sang Abimanyu.

SlokaTerjemahan
Ngkā Sang Dharmasutā təgəg mulati tingkahi gəlarira nātha Korawa, āpan tan hana Sang Wrəkodara Dhanañjaya wənanga rumāmpakang gəlar. Nghing Sang Pārthasutābhimanyu makusāra rumusaka gəlar mahā dwija, manggəh wruh lingirāng rusak mwang umasuk tuhu i wijili rāddha tan tamaPada saat itu Yudistira tercengang melihat formasi perang Raja Korawa, sebab Bima dan Arjuna tak benar padahal merekalah yang dapat menghancurkannya. Hanya Putera Arjuna, yaitu Abimanyu yang mau merusak formasi yang disusun pendeta Drona itu. Beliau berkata bahwa beliau yakin dapat menggempur dan memasuki formasi tersebut, hanya saja beliau belum kenal bagaimana cara keluar dari formasi tersebut.
Sāmpun mangkana çighra sāhasa masuk marawaça ri gəlar mahā dwija. Sang Pārthātmaja çūra sāra rumusuk sakəkəsika linañcaran panah, çirṇa ngwyuha lilang təkap Sang Abhimanyu təka ri kahanan Suyodhana. Ḍang Hyang Droṇa Krəpāpulih karaṇa Sang Kurupati malayū marīnusi.Setelah demikian, mereka segera membelah dan menyerang formasi pendeta Drona tersebut dengan dahsyat. Sang Abimanyu yaitu daya yang membinasakan formasi tersebut dengan tembakan panah. Sbg dampak agresi Abimanyu, formasi tersebut hancur sampai ke pertahanan Duryodana. Dengan ini Dona dan Krepa menyelenggarakan agresi balasan, sehingga Duryodana dapat melarikan diri dan tak dikejar lagi.
Ṇda tan dwālwang i çatru çakti mangaran Krətasuta sawatək Wrəhadbala. Mwang Satyaçrawa çūra mānta kəna tan panguḍili pinanah linañcaran. Lāwan wīra wiçesha putra Kurunātha mati malara kokalan panah. Kyāti ng Korawa wangça Lakshmanakumāra ngaranika kaish Suyodhana.Dengan ini tak dapat dipungkiri lagi musuh yang sakti mulai menjadi kurang seperti Kretasuta dan keluarga Wrehadbala. Juga Satyaswara yang berani dan gila bertarung tertembak sebelum dapat menimbulkan kerusakan sedikit pun karena dihujani panah. Putera Raja Korawa yang berani juga gugur setelah beliau tertusuk panah. Putera tersebut sangat terkenal di sela keluarga Korawa, yaitu Laksmanakumara, yang disayangi Suyodhana.
Ngkā ta krodha sakorawālana manah panahira lawan açwa sarathi. Tan wāktān tang awak tangan suku gigir ḍaḍa wadana linaksha kinrəpan. Mangkin Pārthasutajwalāmurək anyakra makapalaga punggəling laras. Dhīramūk mangusir ỵaçānggətəm atễn pəjaha makiwuling Suyodhana.
Pada waktu itu seluruh keluarga Korawa menjadi marah, dan dengan tiada hentinya mereka memanahkan senjatanya. Patut kuda maupun kusirnya, badan, tangan, kaki, punggung, dada, dan muka Abimanyu terkena ratusan panah. Dengan ini Abimanyu makin semangat. Beliau memegang cakramnya dan dengan panah yang patah beliau menyelenggarakan agresi. Dengan ketentuan hati beliau mengamuk untuk mencari keharuman nama. Dengan hati yang penuh dendam, beliau gugur di tangan Suyodhana.
Ri pati Sang Abhimanyu ring raṇāngga. Tənyuh araras kadi çéwaling tahas mas. Hanana ngaraga kālaning pajang lèk. Çinaçah alindi sahantimun ginintən.Ketika Abimanyu terbunuh dalam pertempuran, badannya hancur. Indah untuk dilihat dan diteliti bagaikan lumut dalam periuk emas. Mayatnya terlihat dalam sinar bulan dan telah tercabik-cabik, sehingga menjadi halus seperti mentimun.

Lihat juga

  • Perang di Kurukshetra
  • Bharatayuddha

Pranala luar


edunitas.com

Page 16

Abimanyu (Dewanagari: अभिमन्यु; ,IAST: abhiman'yu, अभिमन्यु) yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Beliau yaitu putra Arjuna dan Subadra. Dalam wiracarita Mahabharata, diputuskan bahwa Abimanyulah yang akan meneruskan Yudistira sbg pewaris takhta. Riwayatnya dituturkan sbg pahlawan yang tragis. Beliau gugur dalam pertempuran akbar di Kurukshetra sbg salah satu kesatria termuda dari pihak Pandawa, karena baru berusia enam belas tahun. Abimanyu menikah dengan Utara, putri Raja Wirata dan memiliki seorang putra bernama Parikesit, yang lahir tak lama setelah beliau gugur.

Guna nama

Abimanyu terdiri dari dua kata Sanskerta, yaitu abhi (berani) dan man'yu (tabiat). Dalam bahasa Sanskerta, kata Abhiman'yu berfaedah "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".

Riwayat

Saat belum lahir karena benar dalam rahim ibunya, Abimanyu mempelajari ilmu tentang memasuki formasi mematikan yang sulit ditembus bernama Chakrawyuha dari Arjuna. Mahabharata menjelaskan bahwa dari dalam rahim, beliau menguping pembicaraan Kresna yang sedang membahas hal tersebut dengan ibunya, Subadra. Kresna berkata mengenai cara memasuki Chakrawyuha dan kemudian Subadra tertidur, karenanya sang bayi tak memiliki kesempatan untuk kenal bagaimana cara meloloskan diri dari formasi itu.

Abimanyu menghabiskan masa kecilnya di Dwaraka, kota tempat tinggal ibunya. Beliau dilatih oleh ayahnya yang bernama Arjuna yang yaitu seorang kesatria akbar dan dididik di bawah bimbingan Kresna. Ayahnya menikahkan Abimanyu dengan Uttara, putri Raja Wirata, untuk memperketat hubungan sela Pandawa dengan keluarga Raja Wirata, saat pertempuran Bharatayuddha yang akan datang. Pandawa menyamar untuk menuntaskan masa pembuangannnya tanpa dikenal di kerajaan Raja Wirata, yaitu Matsya.

Sbg cucu Dewa Indra, dewa senjata ganjil sekaligus dewa peperangan, Abimanyu yaitu ksatria yang gagah berani dan ganas. Karena dianggap setara dengan kemampuan ayahnya, Abimanyu mampu melawan kesatria-kesatria akbar seperti Drona, Karna, Duryodana dan Dursasana. Beliau dipuji karena keberaniannya dan memiliki rasa setia yang tinggi terhadap ayah, paman, dan sekutunya.

Kematian

Formasi Chakrawyuha.
Abimanyu terbunuh di dalamnya

Pada pertempuran di hari ketiga belas, pihak Korawa menantang Pandawa untuk mematahkan formasi perang melingkar yang dikenal sbg Cakrawyuha. Para Pandawa menerima tantangan tersebut karena Kresna dan Arjuna kenal bagaimana cara mematahkan beragam formasi. Pada hari itu, Kresna dan Arjuna sibuk bertarung dengan Raja Trigarta dan laskar Samsaptaka. Karena Pandawa sudah menerima tantangan tersebut, mereka tak memiliki pilihan selain mencoba untuk memakai Abimanyu yang sedang muda, yang memiliki ilmu tentang bagaimana cara mematahkan formasi Cakrawyuha namun tak kenal bagaimana cara keluar dari dalamnya. Untuk meyakinkan bahwa Abimanyu tak akan terperangkap dalam formasi tersebut, Pandawa bersaudara memutuskan bahwa mereka dan sekutu mereka akan mematahkan formasi itu bersama Abimanyu dan menolong sang pemuda keluar dari formasi tersebut.

Abimanyu memakai kelicikannya untuk menembus formasi tersebut. Pandawa bersaudara dan sekutunya mencoba untuk mengikutinya, namun mereka dihadang oleh Jayadrata, Raja Sindhu, yang memakai anugerah Siwa supaya mampu menahan para Pandawa—kecuali Arjuna—hanya untuk satu hari. Setelah ketinggalan, Abimanyu berjuang sendirian dalam menghadapi agresi pasukan Korawa. Abimanyu membunuh beberapa kesatria yang mendekatinya, termasuk putera Duryodana, yaitu Laksmana. Setelah menyaksikan putra kesayangannya terbunuh, Duryodana marah akbar dan menyuruh segenap pasukan Korawa untuk menyerang Abimanyu. Karena gagal menghancurkan zirah Abimanyu, Karna menghancurkan busur Abimanyu dari belakangan. Kemudian keretanya dihancurkan, kusir dan kudanya dibunuh, dan seluruh senjatanya terbuang. Putra Dursasana mencoba untuk melawan Abimanyu dengan tangan kosong. Tanpa menghiraukan perhitungan perang, pihak Korawa menyerang Abimanyu secara serentak. Abimanyu mampu bertahan sampai pedangnya patah dan roda kereta yang beliau pakai sbg perisai hancur berkeping-keping. Tak berapa lama kemudian, Abimanyu dibunuh oleh putra Dursasana dengan cara menghancurkan kepalanya dengan gada.

Arjuna membalas dendam

Lukisan dari Kuil Hoysaleswara di India, menampilkan adegan saat Abimanyu dikurung dalam formasi Cakrawbyuha.

Berita kematian Abimanyu membuat Arjuna sangat sedih dan sakit hati. Beliau sadar, bahwa sekiranya Jayadrata tak menghalangai para Pandawa memasuki formasi Chakrawyuha, Abimanyu pasti mendapat bantuan. Beliau kemudian bersumpah akan membunuh Jayadrata pada hari berikutnya sebelum matahari tenggelam, jikalau gagal karenanya Arjuna siap membakar dirinya sendiri hidup-hidup. Menanggapi hal itu, pihak Korawa meletakkan Jayadrata sangat jauh dari Arjuna. Ribuan prajurit dan ksatria mengelilingi dan melindungi Jayadrata. Arjuna berupaya menjangkau Jayadrata, namun ribuan pasukan Korawa mengahalanginya. Sampai matahari nyaris terbenam, Jayadrata sedang jauh dari jangkauan Arjuna. Melihat hal ini, Kresna memakai kelicikannya. Beliau membuat gerhana matahari, sehingga suasana menjadi gelap seolah-olah matahari sudah tenggelam. Pihak Korawa maupun Pandawa mengira hari sudah malam, dan sesuai perhitungan, mereka menghentikan peperangan dan kembali ke kubu masing-masing. Dengan demikian, pihak Korawa tak melanjutkan pertarungan dan Jayadrata tak dalam perlindungan mereka lagi. Saat kereta Arjuna tidak jauh dengan kereta Jayadrata, matahari muncul lagi dan Kresna menyuruh Arjuna supaya memakai kesempatan tersebut untuk membunuh Jayadrata. Arjuna mengangkat busurnya dan meluncurkan panah, memutus leher Jayadrata. Tepat pada saat tersebut, hari sudah sore, matahari sudah tenggelam dan Arjuna sukses menuntaskan sumpahnya untuk membunuh Jayadrata.

Penjelasan mengenai kematiannya

Abimanyu yaitu inkarnasi dari putera Dewa bulan. Ketika Sang Dewa bulan ditanya oleh Dewa yang lain mengenai kepergian puteranya ke bumi, beliau membuat akad bahwa puteranya tinggal di bumi hanya selama 16 tahun sebagaimana beliau tak dapat menahan perpisahan dengan puteranya. Abimanyu berusia 16 tahun saat beliau terbunuh dalam pertempuran.

Putra Abimanyu, yaitu Parikesit, lahir setelah kematiannya, dan menjadi satu-satunya kesatria Keluarga Kuru yang selamat setelah Bharatayuddha, dan melanjutkan garis keturunan Pandawa. Abimanyu seringkali dianggap sbg kesatria yang terberani dari pihak Pandawa, yang sudi melepaskan hidupanya saat peperangan dalam usia yang sedang sangat muda.

Abimanyu dalam pewayangan Jawa

Dalam khazanah pewayangan Jawa, Abimanyu, sbg putra Arjuna, yaitu tokoh penting. Di bawah ini dipaparkan ciri khas tokoh ini dalam aturan sejak dahulu kala istiadat Jawa yang sudah mengembang lain daripada tokoh yang sama di India.

Riwayat

Abimanyu dalam versi pewayangan Jawa

Dikisahkan Abimanyu karena kuat tapanya memperoleh Wahyu Makutha Raja, wahyu yang menyalakan bahwa keturunannyalah yang dipersiapkan menjadi penerus tahta Para Raja Hastina. Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Beliau yaitu putra Arjuna, salah satu dari lima ksatria Pandawa dengan Dewi Subadra, putri Prabu Basudewa, Raja Mandura dengan Dewi Dewaki. Beliau mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu: Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu yaitu makhluk kekasih Dewata. Sejak dalam kandungan beliau telah mendapat "Wahyu Hidayat", yang mampu membuatnya mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa beliau mendapat "Wahyu Cakraningrat", suatu wahyu yang dapat menurunkan raja-raja akbar.

Abimanyu mempunyai sifat dan watak yang halus, patut afalnya, ucapannya terang, hatinya keras, akbar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan beliau mendapat nasihat dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat nasihat dari kakeknya, Bagawan Abiyasa. Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah dapat mengalahkan Prabu Jayamurcita. Beliau mempunyai dua orang istri, yaitu:

  • Dewi Siti Sundari, puteri Prabu Kresna, Raja Negara Dwarawati dengan Dewi Pratiwi, kisah pernikahan Abimanyu dengan Siti Sundari dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul "Alap-Alapan Siti Sundari" atau "Jaya Murcita Ngraman".;
  • Dewi Utari, puteri Prabu Matsyapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata, dan berputera Parikesit, kisah pernikahan Abimanyu dengan Utari dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul "Putu Rabi Nini" atau "Kalabendana Gugur".

Bharatayuddha

Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuddha setelah sebelumnya seluruh saudaranya mendahului gugur, pada saat itu kesatria dari Pihak Pandawa yang benar di ajang laga dan menguasai strategi perang hanya tiga orang yakni Bima, Arjuna dan Abimanyu. Gatotkaca menyingkir karena Karna merentangkan senjata Kunta Wijayadanu. Bima dan Arjuna dipancing oleh satria dari pihak Korawa untuk keluar dari ajang pertempuran, karenanya tinggalah Abimanyu.

Ketika kenal semua saudaranya gugur Abimanyu menjadi lepas dari jalan melakukan sesuatu untuk mengatur formasi perang, dia maju sendiri ke tengah barisan Kurawa dan terperangkap dalam formasi mematikan yang dipersiapkan pasukan Kurawa. Tak menyiakan kesempatan untuk bersiap-siap, Kurawa menghujani senjata ke tubuh Abimanyu sampai Abimanyu terjerembab dan jatuh dari kudanya (dalam pewayangan digambarkan lukanya arang kranjang = banyak sekali). Abimanyu terlihat seperti landak karena beragam senjata menancap di tubuhnya. Konon tragedi itu yaitu risiko pengucapan sumpah ketika melamar Dewi Utari, bahwa dia sedang belum punya istri dan apabila telah beristri karenanya dia siap mati tertusuk beragam senjata ketika perang Bharatayuddha. Abimanyu berbohong karena ketika itu sudah beristrikan Dewi Siti Sundari.

Dengan senjata yang menancap diseluruh tubuhnya sehingga dia tak dapat jalan lagi tak membuat Abimanyu menyerah dia bahkan sukses membunuh putera mahkota Hastinapura (Lesmana Mandrakumara putera Prabu Duryudana) dengan melemparkan keris Pulanggeni setelah menembus tubuh empat prajurit lainnya. Pada saat itu pihak Korawa kenal bahwa untuk membunuh Abimanyu, mereka mesti memutus langsang yang benar didadanya, kemudian Abimanyu pun gugur oleh gada Kyai Glinggang atau Galih Asem milik Jayadrata, satria Banakeling.

Kakawin Bharatayuddha

Kutipan di bawah ini diambil dari Kakawin Bharatayuddha, yang menceritakan pertempuran terakhir Sang Abimanyu.

SlokaTerjemahan
Ngkā Sang Dharmasutā təgəg mulati tingkahi gəlarira nātha Korawa, āpan tan hana Sang Wrəkodara Dhanañjaya wənanga rumāmpakang gəlar. Nghing Sang Pārthasutābhimanyu makusāra rumusaka gəlar mahā dwija, manggəh wruh lingirāng rusak mwang umasuk tuhu i wijili rāddha tan tamaPada saat itu Yudistira tercengang melihat formasi perang Raja Korawa, sebab Bima dan Arjuna tak benar padahal merekalah yang dapat menghancurkannya. Hanya Putera Arjuna, yaitu Abimanyu yang mau merusak formasi yang disusun pendeta Drona itu. Beliau berkata bahwa beliau yakin dapat menggempur dan memasuki formasi tersebut, hanya saja beliau belum kenal bagaimana cara keluar dari formasi tersebut.
Sāmpun mangkana çighra sāhasa masuk marawaça ri gəlar mahā dwija. Sang Pārthātmaja çūra sāra rumusuk sakəkəsika linañcaran panah, çirṇa ngwyuha lilang təkap Sang Abhimanyu təka ri kahanan Suyodhana. Ḍang Hyang Droṇa Krəpāpulih karaṇa Sang Kurupati malayū marīnusi.Setelah demikian, mereka segera membelah dan menyerang formasi pendeta Drona tersebut dengan dahsyat. Sang Abimanyu yaitu daya yang membinasakan formasi tersebut dengan tembakan panah. Sbg dampak agresi Abimanyu, formasi tersebut hancur sampai ke pertahanan Duryodana. Dengan ini Dona dan Krepa menyelenggarakan agresi balasan, sehingga Duryodana dapat melarikan diri dan tak dikejar lagi.
Ṇda tan dwālwang i çatru çakti mangaran Krətasuta sawatək Wrəhadbala. Mwang Satyaçrawa çūra mānta kəna tan panguḍili pinanah linañcaran. Lāwan wīra wiçesha putra Kurunātha mati malara kokalan panah. Kyāti ng Korawa wangça Lakshmanakumāra ngaranika kaish Suyodhana.Dengan ini tak dapat dipungkiri lagi musuh yang sakti mulai menjadi kurang seperti Kretasuta dan keluarga Wrehadbala. Juga Satyaswara yang berani dan gila bertarung tertembak sebelum dapat menimbulkan kerusakan sedikit pun karena dihujani panah. Putera Raja Korawa yang berani juga gugur setelah beliau tertusuk panah. Putera tersebut sangat terkenal di sela keluarga Korawa, yaitu Laksmanakumara, yang disayangi Suyodhana.
Ngkā ta krodha sakorawālana manah panahira lawan açwa sarathi. Tan wāktān tang awak tangan suku gigir ḍaḍa wadana linaksha kinrəpan. Mangkin Pārthasutajwalāmurək anyakra makapalaga punggəling laras. Dhīramūk mangusir ỵaçānggətəm atễn pəjaha makiwuling Suyodhana.
Pada waktu itu seluruh keluarga Korawa menjadi marah, dan dengan tiada hentinya mereka memanahkan senjatanya. Patut kuda maupun kusirnya, badan, tangan, kaki, punggung, dada, dan muka Abimanyu terkena ratusan panah. Dengan ini Abimanyu makin semangat. Beliau memegang cakramnya dan dengan panah yang patah beliau menyelenggarakan agresi. Dengan ketentuan hati beliau mengamuk untuk mencari keharuman nama. Dengan hati yang penuh dendam, beliau gugur di tangan Suyodhana.
Ri pati Sang Abhimanyu ring raṇāngga. Tənyuh araras kadi çéwaling tahas mas. Hanana ngaraga kālaning pajang lèk. Çinaçah alindi sahantimun ginintən.Ketika Abimanyu terbunuh dalam pertempuran, badannya hancur. Indah untuk dilihat dan diteliti bagaikan lumut dalam periuk emas. Mayatnya terlihat dalam sinar bulan dan telah tercabik-cabik, sehingga menjadi halus seperti mentimun.

Lihat juga

  • Perang di Kurukshetra
  • Bharatayuddha

Pranala luar


edunitas.com

Page 17

Abimanyu (Dewanagari: अभिमन्यु; ,IAST: abhiman'yu, अभिमन्यु) yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Beliau yaitu putra Arjuna dan Subadra. Dalam wiracarita Mahabharata, diputuskan bahwa Abimanyulah yang akan meneruskan Yudistira sbg pewaris takhta. Riwayatnya dituturkan sbg pahlawan yang tragis. Beliau gugur dalam pertempuran akbar di Kurukshetra sbg salah satu kesatria termuda dari pihak Pandawa, karena baru berusia enam belas tahun. Abimanyu menikah dengan Utara, putri Raja Wirata dan memiliki seorang putra bernama Parikesit, yang lahir tak lama setelah beliau gugur.

Guna nama

Abimanyu terdiri dari dua kata Sanskerta, yaitu abhi (berani) dan man'yu (tabiat). Dalam bahasa Sanskerta, kata Abhiman'yu berfaedah "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".

Riwayat

Kala belum lahir karena benar dalam rahim ibunya, Abimanyu mempelajari ilmu tentang memasuki formasi mematikan yang sulit ditembus bernama Chakrawyuha dari Arjuna. Mahabharata menjelaskan bahwa dari dalam rahim, beliau menguping pembicaraan Kresna yang sedang membahas hal tersebut dengan ibunya, Subadra. Kresna berkata mengenai cara memasuki Chakrawyuha dan kemudian Subadra tertidur, karenanya sang bayi tak memiliki kesempatan untuk kenal bagaimana cara meloloskan diri dari formasi itu.

Abimanyu menghabiskan masa kecilnya di Dwaraka, kota tempat tinggal ibunya. Beliau dilatih oleh ayahnya yang bernama Arjuna yang yaitu seorang kesatria akbar dan dididik di bawah bimbingan Kresna. Ayahnya menikahkan Abimanyu dengan Uttara, putri Raja Wirata, untuk memperketat hubungan sela Pandawa dengan keluarga Raja Wirata, kala pertempuran Bharatayuddha yang akan datang. Pandawa menyamar untuk menuntaskan masa pembuangannnya tanpa dikenal di kerajaan Raja Wirata, yaitu Matsya.

Sbg cucu Dewa Indra, dewa senjata ganjil sekaligus dewa peperangan, Abimanyu yaitu ksatria yang gagah berani dan ganas. Karena dianggap setara dengan kemampuan ayahnya, Abimanyu bisa melawan kesatria-kesatria akbar seperti Drona, Karna, Duryodana dan Dursasana. Beliau dipuji karena keberaniannya dan memiliki rasa setia yang tinggi terhadap ayah, paman, dan sekutunya.

Kematian

Formasi Chakrawyuha.
Abimanyu terbunuh di dalamnya

Pada pertempuran di hari ketiga belas, pihak Korawa menantang Pandawa untuk mematahkan formasi perang melingkar yang dikenal sbg Cakrawyuha. Para Pandawa menerima tantangan tersebut karena Kresna dan Arjuna kenal bagaimana cara mematahkan beragam formasi. Pada hari itu, Kresna dan Arjuna sibuk bertarung dengan Raja Trigarta dan laskar Samsaptaka. Karena Pandawa sudah menerima tantangan tersebut, mereka tak memiliki pilihan selain mencoba untuk memakai Abimanyu yang sedang muda, yang memiliki ilmu tentang bagaimana cara mematahkan formasi Cakrawyuha namun tak kenal bagaimana cara keluar dari dalamnya. Untuk meyakinkan bahwa Abimanyu tak akan terperangkap dalam formasi tersebut, Pandawa bersaudara memutuskan bahwa mereka dan sekutu mereka akan mematahkan formasi itu bersama Abimanyu dan menolong sang pemuda keluar dari formasi tersebut.

Abimanyu memakai kelicikannya untuk menembus formasi tersebut. Pandawa bersaudara dan sekutunya mencoba untuk mengikutinya, namun mereka dihadang oleh Jayadrata, Raja Sindhu, yang memakai anugerah Siwa supaya bisa menahan para Pandawa—kecuali Arjuna—hanya untuk satu hari. Setelah tertinggal, Abimanyu berjuang sendirian dalam menghadapi agresi pasukan Korawa. Abimanyu membunuh beberapa kesatria yang mendekatinya, termasuk putera Duryodana, yaitu Laksmana. Setelah menyaksikan putra kesayangannya terbunuh, Duryodana marah akbar dan menyuruh segenap pasukan Korawa untuk menyerang Abimanyu. Karena gagal menghancurkan zirah Abimanyu, Karna menghancurkan busur Abimanyu dari belakangan. Kemudian keretanya dihancurkan, kusir dan kudanya dibunuh, dan seluruh senjatanya terbuang. Putra Dursasana mencoba untuk melawan Abimanyu dengan tangan kosong. Tanpa menghiraukan perhitungan perang, pihak Korawa menyerang Abimanyu secara serentak. Abimanyu bisa bertahan sampai pedangnya patah dan roda kereta yang beliau pakai sbg perisai hancur berkeping-keping. Tak berapa lama kemudian, Abimanyu dibunuh oleh putra Dursasana dengan cara menghancurkan kepalanya dengan gada.

Arjuna membalas dendam

Lukisan dari Kuil Hoysaleswara di India, menampilkan adegan kala Abimanyu dikurung dalam formasi Cakrawbyuha.

Berita kematian Abimanyu membuat Arjuna sangat sedih dan sakit hati. Beliau sadar, bahwa sekiranya Jayadrata tak menghalangai para Pandawa memasuki formasi Chakrawyuha, Abimanyu pasti mendapat bantuan. Beliau kemudian bersumpah akan membunuh Jayadrata pada hari berikutnya sebelum matahari tenggelam, jikalau gagal karenanya Arjuna siap membakar dirinya sendiri hidup-hidup. Menanggapi hal itu, pihak Korawa menempatkan Jayadrata sangat jauh dari Arjuna. Ribuan prajurit dan ksatria mengelilingi dan melindungi Jayadrata. Arjuna berusaha menjangkau Jayadrata, namun ribuan pasukan Korawa mengahalanginya. Sampai matahari nyaris terbenam, Jayadrata sedang jauh dari jangkauan Arjuna. Melihat hal ini, Kresna memakai kelicikannya. Beliau membuat gerhana matahari, sehingga suasana menjadi gelap seolah-olah matahari sudah tenggelam. Pihak Korawa maupun Pandawa mengira hari sudah malam, dan sesuai perhitungan, mereka menghentikan peperangan dan kembali ke kubu masing-masing. Dengan demikian, pihak Korawa tak melanjutkan pertarungan dan Jayadrata tak dalam perlindungan mereka lagi. Kala kereta Arjuna tidak jauh dengan kereta Jayadrata, matahari muncul lagi dan Kresna menyuruh Arjuna supaya memakai kesempatan tersebut untuk membunuh Jayadrata. Arjuna mengangkat busurnya dan meluncurkan panah, memutus leher Jayadrata. Tepat pada kala tersebut, hari sudah sore, matahari sudah tenggelam dan Arjuna sukses menuntaskan sumpahnya untuk membunuh Jayadrata.

Penjelasan mengenai kematiannya

Abimanyu yaitu inkarnasi dari putera Dewa bulan. Ketika Sang Dewa bulan ditanya oleh Dewa yang lain mengenai kepergian puteranya ke bumi, beliau membuat akad bahwa puteranya tinggal di bumi hanya selama 16 tahun sebagaimana beliau tak bisa menahan perpisahan dengan puteranya. Abimanyu berusia 16 tahun kala beliau terbunuh dalam pertempuran.

Putra Abimanyu, yaitu Parikesit, lahir setelah kematiannya, dan menjadi satu-satunya kesatria Keluarga Kuru yang selamat setelah Bharatayuddha, dan melanjutkan garis keturunan Pandawa. Abimanyu seringkali dianggap sbg kesatria yang terberani dari pihak Pandawa, yang sudi melepaskan hidupanya kala peperangan dalam usia yang sedang sangat muda.

Abimanyu dalam pewayangan Jawa

Dalam khazanah pewayangan Jawa, Abimanyu, sbg putra Arjuna, yaitu tokoh penting. Di bawah ini dipaparkan ciri khas tokoh ini dalam aturan sejak dahulu kala istiadat Jawa yang sudah mengembang lain daripada tokoh yang sama di India.

Riwayat

Abimanyu dalam versi pewayangan Jawa

Dikisahkan Abimanyu karena kuat tapanya memperoleh Wahyu Makutha Raja, wahyu yang mencetuskan bahwa keturunannyalah yang dipersiapkan menjadi penerus tahta Para Raja Hastina. Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Beliau yaitu putra Arjuna, salah satu dari lima ksatria Pandawa dengan Dewi Subadra, putri Prabu Basudewa, Raja Mandura dengan Dewi Dewaki. Beliau mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu: Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu yaitu makhluk kekasih Dewata. Sejak dalam kandungan beliau telah mendapat "Wahyu Hidayat", yang bisa membuatnya mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa beliau mendapat "Wahyu Cakraningrat", suatu wahyu yang bisa menurunkan raja-raja akbar.

Abimanyu mempunyai sifat dan watak yang halus, patut afalnya, ucapannya terang, hatinya keras, akbar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan beliau mendapat nasihat dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat nasihat dari kakeknya, Bagawan Abiyasa. Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah bisa mengalahkan Prabu Jayamurcita. Beliau mempunyai dua orang istri, yaitu:

  • Dewi Siti Sundari, puteri Prabu Kresna, Raja Negara Dwarawati dengan Dewi Pratiwi, kisah pernikahan Abimanyu dengan Siti Sundari dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul "Alap-Alapan Siti Sundari" atau "Jaya Murcita Ngraman".;
  • Dewi Utari, puteri Prabu Matsyapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata, dan berputera Parikesit, kisah pernikahan Abimanyu dengan Utari dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul "Putu Rabi Nini" atau "Kalabendana Gugur".

Bharatayuddha

Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuddha setelah sebelumnya seluruh saudaranya mendahului gugur, pada kala itu kesatria dari Pihak Pandawa yang benar di ajang laga dan menguasai strategi perang hanya tiga orang yakni Bima, Arjuna dan Abimanyu. Gatotkaca menyingkir karena Karna merentangkan senjata Kunta Wijayadanu. Bima dan Arjuna dipancing oleh satria dari pihak Korawa untuk keluar dari ajang pertempuran, karenanya tinggalah Abimanyu.

Ketika kenal seluruh saudaranya gugur Abimanyu menjadi lepas dari jalan melakukan sesuatu untuk mengatur formasi perang, dia maju sendiri ke tengah barisan Kurawa dan terperangkap dalam formasi mematikan yang dipersiapkan pasukan Kurawa. Tak menyiakan kesempatan untuk bersiap-siap, Kurawa menghujani senjata ke tubuh Abimanyu sampai Abimanyu terjerembab dan jatuh dari kudanya (dalam pewayangan digambarkan lukanya arang kranjang = banyak sekali). Abimanyu terlihat seperti landak karena beragam senjata menancap di tubuhnya. Konon tragedi itu yaitu risiko pengucapan sumpah ketika melamar Dewi Utari, bahwa dia sedang belum punya istri dan apabila telah beristri karenanya dia siap mati tertusuk beragam senjata ketika perang Bharatayuddha. Abimanyu berbohong karena ketika itu sudah beristrikan Dewi Siti Sundari.

Dengan senjata yang menancap diseluruh tubuhnya sehingga dia tak bisa jalan lagi tak membuat Abimanyu menyerah dia bahkan sukses membunuh putera mahkota Hastinapura (Lesmana Mandrakumara putera Prabu Duryudana) dengan melemparkan keris Pulanggeni setelah menembus tubuh empat prajurit lainnya. Pada kala itu pihak Korawa kenal bahwa untuk membunuh Abimanyu, mereka mesti memutus langsang yang benar didadanya, kemudian Abimanyu pun gugur oleh gada Kyai Glinggang atau Galih Asem milik Jayadrata, satria Banakeling.

Kakawin Bharatayuddha

Kutipan di bawah ini diambil dari Kakawin Bharatayuddha, yang menceritakan pertempuran terakhir Sang Abimanyu.

SlokaTerjemahan
Ngkā Sang Dharmasutā təgəg mulati tingkahi gəlarira nātha Korawa, āpan tan hana Sang Wrəkodara Dhanañjaya wənanga rumāmpakang gəlar. Nghing Sang Pārthasutābhimanyu makusāra rumusaka gəlar mahā dwija, manggəh wruh lingirāng rusak mwang umasuk tuhu i wijili rāddha tan tamaPada kala itu Yudistira tercengang melihat formasi perang Raja Korawa, sebab Bima dan Arjuna tak benar padahal merekalah yang bisa menghancurkannya. Hanya Putera Arjuna, yaitu Abimanyu yang mau merusak formasi yang disusun pendeta Drona itu. Beliau berkata bahwa beliau yakin bisa menggempur dan memasuki formasi tersebut, hanya saja beliau belum kenal bagaimana cara keluar dari formasi tersebut.
Sāmpun mangkana çighra sāhasa masuk marawaça ri gəlar mahā dwija. Sang Pārthātmaja çūra sāra rumusuk sakəkəsika linañcaran panah, çirṇa ngwyuha lilang təkap Sang Abhimanyu təka ri kahanan Suyodhana. Ḍang Hyang Droṇa Krəpāpulih karaṇa Sang Kurupati malayū marīnusi.Setelah demikian, mereka segera membelah dan menyerang formasi pendeta Drona tersebut dengan dahsyat. Sang Abimanyu yaitu daya yang membinasakan formasi tersebut dengan tembakan panah. Sbg dampak agresi Abimanyu, formasi tersebut hancur sampai ke pertahanan Duryodana. Dengan ini Dona dan Krepa menyelenggarakan agresi balasan, sehingga Duryodana bisa melarikan diri dan tak dikejar lagi.
Ṇda tan dwālwang i çatru çakti mangaran Krətasuta sawatək Wrəhadbala. Mwang Satyaçrawa çūra mānta kəna tan panguḍili pinanah linañcaran. Lāwan wīra wiçesha putra Kurunātha mati malara kokalan panah. Kyāti ng Korawa wangça Lakshmanakumāra ngaranika kaish Suyodhana.Dengan ini tak bisa dipungkiri lagi musuh yang sakti mulai menjadi kurang seperti Kretasuta dan keluarga Wrehadbala. Juga Satyaswara yang berani dan gila bertarung tertembak sebelum bisa menimbulkan kerusakan sedikit pun karena dihujani panah. Putera Raja Korawa yang berani juga gugur setelah beliau tertusuk panah. Putera tersebut sangat terkenal di sela keluarga Korawa, yaitu Laksmanakumara, yang disayangi Suyodhana.
Ngkā ta krodha sakorawālana manah panahira lawan açwa sarathi. Tan wāktān tang awak tangan suku gigir ḍaḍa wadana linaksha kinrəpan. Mangkin Pārthasutajwalāmurək anyakra makapalaga punggəling laras. Dhīramūk mangusir ỵaçānggətəm atễn pəjaha makiwuling Suyodhana.
Pada saat itu seluruh keluarga Korawa menjadi marah, dan dengan tiada hentinya mereka memanahkan senjatanya. Patut kuda maupun kusirnya, badan, tangan, kaki, punggung, dada, dan muka Abimanyu terkena ratusan panah. Dengan ini Abimanyu makin semangat. Beliau memegang cakramnya dan dengan panah yang patah beliau menyelenggarakan agresi. Dengan ketentuan hati beliau mengamuk untuk mencari keharuman nama. Dengan hati yang penuh dendam, beliau gugur di tangan Suyodhana.
Ri pati Sang Abhimanyu ring raṇāngga. Tənyuh araras kadi çéwaling tahas mas. Hanana ngaraga kālaning pajang lèk. Çinaçah alindi sahantimun ginintən.Ketika Abimanyu terbunuh dalam pertempuran, badannya hancur. Indah untuk dilihat dan diteliti bagaikan lumut dalam periuk emas. Mayatnya terlihat dalam sinar bulan dan telah tercabik-cabik, sehingga menjadi halus seperti mentimun.

Lihat juga

  • Perang di Kurukshetra
  • Bharatayuddha

Pranala luar


edunitas.com

Page 18

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diwujudkan sbg hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya yaitu keturunan prajurit Portugis pada masa zaman ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka saat inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 kilometer arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, yaitu wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara susunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang yaitu kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada saat terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang yaitu sensus warga sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya beragam jenis komoditi pertanian, patut jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya beragam komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sbg sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Pustaka

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ //www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com

Page 19

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diwujudkan sbg hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya yaitu keturunan prajurit Portugis pada masa zaman ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka kala inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 kilometer arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, yaitu wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara susunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang yaitu kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada kala terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang yaitu sensus warga sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya beragam jenis komoditi pertanian, patut jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa akbar komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya beragam komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sbg sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Pustaka

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ //www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com

Page 20

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diwujudkan sbg hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya yaitu keturunan prajurit Portugis pada masa zaman ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka kala inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 kilometer arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, yaitu wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara susunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang yaitu kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada kala terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang yaitu sensus warga sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya beragam jenis komoditi pertanian, patut jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa akbar komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya beragam komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sbg sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Pustaka

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ //www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com

Page 21

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diwujudkan sbg hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya yaitu keturunan prajurit Portugis pada masa zaman ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka saat inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 kilometer arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, yaitu wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara susunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang yaitu kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada saat terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang yaitu sensus warga sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya beragam jenis komoditi pertanian, patut jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya beragam komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sbg sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Pustaka

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ //www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com

Page 22

Kabupaten Aceh Luhur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum dimekarkan pada kesudahan tahun 1970-an, ibu kota Kabupaten Aceh Luhur merupakan Kota Banda Aceh, yang belakang sekali Kota Banda Aceh berpisah dijadikan kotamadya sehingga ibu kota Kabupaten Aceh Luhur pindah ke daerah Jantho di Pegunungan Seulawah. Kabupaten Aceh Luhur juga merupakan tempat lahir pahlawan nasional Cut Nyak Dhien yang berasal dari Lampadang.

Sekilas

Pada waktu Aceh sedang sebagai sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau Kerajaan Aceh merupakan wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Luhur ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang sudah dijadikan anggota dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau Weh (sekarang sudah dijadikan pemerintah kota Sabang), beberapa wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Luhur dalam istilah Aceh dikata Aceh Rayeuk. Penyebutan Aceh Rayeuk sebagai Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya dijadikan isi Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah terletak ibukota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam. Bagi nama Aceh Rayeuk berada juga yang menamakan dengan sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi).[3]

Ketika ini Aceh Luhur merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan ibukotanya Kota Jantho. Namun, di Kota Jantho hanya terdapat kompleks perumahan dan kantor-kantor pemerintahan, tidak berada losmen ataupun hotel. Kota Jantho dihubungkan dengan labi-labi dengan jarak 60 km dari Banda Aceh, 28 km menuju Saree, dan 12 km menuju jalan utama Banda Aceh - Medan. Bertambah kurang 12 km dari Kota Jantho ini terdapat cairan terjun.[3]

Sejarah Aceh Luhur

Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, Kabupaten Aceh Luhur merupakan daerah yang terdiri dari tiga kawedanan, yaitu:

  1. Kawedanan Seulimum
  2. Kawedanan Lhoknga
  3. Kawedanan Sabang

Habis dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh luhur disahkan dijadikan daerah otonom melintasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada waktu itu merupakan Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum Kotamadya Banda Aceh.

Sehubungan dengan tuntutan dan perkembangan daerah yang semakin maju dan berwawasan luas, Kota Banda Aceh sebagai ibu kota dianggap kurang efisien lagi, adun bagi masa kini maupun bagi masa yang akan datang. Usaha pemindahan ibu kota tersebut dari Kota Banda Aceh mulai dirintis semenjak tahun 1969, lokasi awalnya dipilih Kecamatan Indrapuri yang jaraknya 25 km dari Kota Banda Aceh. Usaha pemindahan tersebut belum berhasil dan belum dapat dimainkan sebagaimana diharapkan.

Tahun 1976 usaha perintisan pemindahan ibu kota bagi kedua kalinya mulai dimainkan lagi dengan memilih lokasi yang lain yaitu di Kecamatan Seulimeum tepatnya di kemukiman Janthoi yang jaraknya semakin kurang 52 km dari Kota Banda Aceh.

Habis usaha yang terakhir ini berhasil dengan ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1976 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Luhur dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh ke kemukiman Janthoi di Kecamatan Seulimeum, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar. Berdasarkan hasil penelitian yang dimainkan oleh tim Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah yang ditinjau dari segala bidang dapat disimpulkan bahwa yang dianggap memenuhi syarat sebagai ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Luhur merupakan Kemukiman Janthoi dengan nama Kota Jantho.

Setelah dipastikan Kota Jantho sebagai ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Luhur yang baru, maka secara bertahap pemindahan ibukota dimulai, dan habis secara serentak seluruh cara perkantoran resmi dipindahkan dari Banda Aceh ke Kota Jantho pada tanggal 29 Agustus 1983, dan peresmiannya dimainkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Bapak Soepardjo Rustam pada tanggal 3 Mei 1984.[4]

Wilayah

Wilayah darat Aceh Luhur berbatasan dengan Kota Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Aceh Jaya di sebelah barat daya, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.

Aceh Luhur juga memiliki wilayah kepulauan yang termasuk Kecamatan Pulo Aceh. Kabupaten Aceh Luhur anggota kepulauan di sisi barat, timur dan utaranya dibatasi dengan Samudera Indonesia, Selat Malaka, dan Teluk Benggala, yang memisahkannya dengan Pulau Weh, tempat di mana Kota Sabang berada. Pulau-pulau utamanya adalah:

  • Pulau Breueh
  • Pulau Peunasoe (atau Pulau Nasi)

Secara geografis beberapa luhur wilayah Kabupaten Aceh Luhur berada pada hulu arus Sungai Krueng Aceh. Ketika ini keadaan tutupan ajang (land cover) merupakan 62,5% (menurut data citra landsat tahun 2007).

Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda yang merupakan bandara internasional dan dijadikan salah satu pintu gerbang bagi masuk ke Provinsi Aceh berada di wilayah kabupaten ini.

Pulau Benggala yang merupakan pulau paling barat dalam wilayah Republik Indonesia merupakan anggota dari Kabupaten Aceh Besar.

Kecamatan

Kabupaten Aceh Luhur memiliki 23 kecamatan yang salah satunya berupa kepulauan yaitu kecamatan Pulo Aceh. Jumlah desa semuanyanya mencapai 609 desa/kelurahan[5][6].

Pariwisata

Kebutuhan hidup khas

Kabupaten Aceh Luhur terkenal dengan salah satu kebutuhan hidup khasnya, yakni Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan citarasanya yang khas, namun kesukaran pengembangan karena gendala dana selain keadaan yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu berada pula gulai kambing (kari) dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).

Wisata adat

  • Museum Cut Nyak Dhien pada mulanya merupakan tempat tinggal pahlawan wanita yang bernama Cut Nyak Dhien. Di dalamnya mempunyai pokoknya koleksi sejarah Aceh yang dikendalikan dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya pondasi yang asli dari yang didirikan ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini merupakan hasil renovasi yang didirikan yang sebelumnya sudah dibakar oleh Belanda.[7]
  • Masjid Tua Indra Puri berlokasi semakin kurang 25 km ke selatan arah ke Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun. Indra Puri merupakan Kerajaan Hindu dan merupakan tempat pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, Sultan Iskandar Muda memperkenalkan Islam kepada penduduk. Dan setelah seluruh penduduk memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah dijadikan sebuah masjid. Yang didirikan mesjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8 meter diatas permukaan laut dan berada semakin kurang 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh.[7]
  • Benteng Indra Patra terletak ± 19 km dari Banda Aceh arah ke Krueng Raya, tidak jauh Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat dibangun pada masa pra Islam di Aceh yaitu pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun berada sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini dibangun pada masa Kesultanan Aceh Darussalam dalam upaya menahan serangan Portugis. Benteng ini sangat luhur fungsinya pada zaman Sultan Iskandar Muda yang tingkatan lautnya, pada waktu itu, dipimpin oleh Admiral Malahayati.[7]
  • Museum Ali Hasymi merupakan kebanggaan lain kota Banda Aceh. Ali Hasymi yang mantan Gubemur Aceh dan seniman memiliki koleksi pribadi yang bernilai dan menarik. Kini koleksi ia dijadikan pajangan di museum tersebut selang lain kitab- kitab karya para ulama luhur Aceh tempo dulu, keramik kuno, senjata khas Aceh, cendera mata dari beragam pelosok dunia, dan lain-lain.[7]
  • Perpustakaan Kuno Tanoh Abee terdapat di Desa Tanoh Abee, di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Ia meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee sudah dimulai semenjak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang meninggal dunia pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda.[7]
  • Rumoh Teunuen Nyak Mu merupakan pusat produksi tenun asli khas Aceh, yang berlokasi di Gampong Siem Mukim Siem Kecamatan Darussalam. Lokasi ini berjauhan 12 KM ke sebelah Timur Kota Banda Aceh. Di Rumoh Teunuen Nyak Mu ini di produksi aneka kain tenun Aceh dengan beragam motif khas Aceh. [7]

Wisata dunia

Waduk Keuliling di Kuta Cot Glie

Gambar

Referensi

Sumber

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ //www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf
  3. ^ a b Sekilas tentang Aceh Luhur di situs NAD
  4. ^ Aceh Luhur Dalam Angka 2004
  5. ^ Daftar kecamatan di Aceh Luhur
  6. ^ Daftar kecamatan di Aceh Luhur di situs resmi
  7. ^ a b c d e f g Wisata Adat Aceh Luhur di situs NAD
  8. ^ Presiden SBY meresmikan Waduk Keuliling
  9. ^ Pocut Meurah Intan: Riwayatmu Kini
  10. ^ Eksotisme Cagar Dunia Jantho

Lihat pula

Pranala luar

  • Situs Resmi Kabupaten Aceh Luhur

edunitas.com

Page 23

Kabupaten Aceh Luhur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum dimekarkan pada kesudahan tahun 1970-an, ibu kota Kabupaten Aceh Luhur merupakan Kota Banda Aceh, yang belakang sekali Kota Banda Aceh berpisah dijadikan kotamadya sehingga ibu kota Kabupaten Aceh Luhur pindah ke daerah Jantho di Pegunungan Seulawah. Kabupaten Aceh Luhur juga merupakan tempat lahir pahlawan nasional Cut Nyak Dhien yang berasal dari Lampadang.

Sekilas

Pada waktu Aceh sedang bagi sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau Kerajaan Aceh merupakan wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Luhur ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang sudah dijadikan anggota dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau Weh (sekarang sudah dijadikan pemerintah kota Sabang), beberapa wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Luhur dalam istilah Aceh dikata Aceh Rayeuk. Penyebutan Aceh Rayeuk bagi Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya dijadikan isi Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah terletak ibukota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam. Bagi nama Aceh Rayeuk berada juga yang menamakan dengan sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi).[3]

Ketika ini Aceh Luhur merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan ibukotanya Kota Jantho. Namun, di Kota Jantho hanya terdapat kompleks perumahan dan kantor-kantor pemerintahan, tidak berada losmen ataupun hotel. Kota Jantho dihubungkan dengan labi-labi dengan jarak 60 km dari Banda Aceh, 28 km menuju Saree, dan 12 km menuju jalan utama Banda Aceh - Medan. Bertambah kurang 12 km dari Kota Jantho ini terdapat cairan terjun.[3]

Sejarah Aceh Luhur

Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, Kabupaten Aceh Luhur merupakan daerah yang terdiri dari tiga kawedanan, yaitu:

  1. Kawedanan Seulimum
  2. Kawedanan Lhoknga
  3. Kawedanan Sabang

Habis dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh luhur disahkan dijadikan daerah otonom melintasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada waktu itu merupakan Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum Kotamadya Banda Aceh.

Sehubungan dengan tuntutan dan perkembangan daerah yang semakin maju dan berwawasan luas, Kota Banda Aceh bagi ibu kota dianggap kurang efisien lagi, adun bagi masa kini maupun bagi masa yang akan datang. Usaha pemindahan ibu kota tersebut dari Kota Banda Aceh mulai dirintis semenjak tahun 1969, lokasi awalnya dipilih Kecamatan Indrapuri yang jaraknya 25 km dari Kota Banda Aceh. Usaha pemindahan tersebut belum berhasil dan belum dapat dimainkan sebagaimana diharapkan.

Tahun 1976 usaha perintisan pemindahan ibu kota bagi kedua kalinya mulai dimainkan lagi dengan memilih lokasi yang lain yaitu di Kecamatan Seulimeum tepatnya di kemukiman Janthoi yang jaraknya lebih kurang 52 km dari Kota Banda Aceh.

Habis usaha yang terakhir ini berhasil dengan ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1976 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Luhur dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh ke kemukiman Janthoi di Kecamatan Seulimeum, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar. Berdasarkan hasil penelitian yang dimainkan oleh tim Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah yang ditinjau dari segala bidang dapat disimpulkan bahwa yang dianggap memenuhi syarat bagi ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Luhur merupakan Kemukiman Janthoi dengan nama Kota Jantho.

Setelah dipastikan Kota Jantho bagi ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Luhur yang baru, maka secara bertahap pemindahan ibukota dimulai, dan habis secara serentak seluruh cara perkantoran resmi dipindahkan dari Banda Aceh ke Kota Jantho pada tanggal 29 Agustus 1983, dan peresmiannya dimainkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Bapak Soepardjo Rustam pada tanggal 3 Mei 1984.[4]

Wilayah

Wilayah darat Aceh Luhur berbatasan dengan Kota Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Aceh Jaya di sebelah barat daya, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.

Aceh Luhur juga memiliki wilayah kepulauan yang termasuk Kecamatan Pulo Aceh. Kabupaten Aceh Luhur anggota kepulauan di sisi barat, timur dan utaranya dibatasi dengan Samudera Indonesia, Selat Malaka, dan Teluk Benggala, yang memisahkannya dengan Pulau Weh, tempat di mana Kota Sabang berada. Pulau-pulau utamanya adalah:

  • Pulau Breueh
  • Pulau Peunasoe (atau Pulau Nasi)

Secara geografis beberapa luhur wilayah Kabupaten Aceh Luhur berada pada hulu arus Sungai Krueng Aceh. Ketika ini keadaan tutupan ajang (land cover) merupakan 62,5% (menurut data citra landsat tahun 2007).

Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda yang merupakan bandara internasional dan dijadikan salah satu pintu gerbang bagi masuk ke Provinsi Aceh berada di wilayah kabupaten ini.

Pulau Benggala yang merupakan pulau paling barat dalam wilayah Republik Indonesia merupakan anggota dari Kabupaten Aceh Besar.

Kecamatan

Kabupaten Aceh Luhur memiliki 23 kecamatan yang salah satunya berupa kepulauan yaitu kecamatan Pulo Aceh. Jumlah desa semuanyanya mencapai 609 desa/kelurahan[5][6].

Pariwisata

Konsumsi khas

Kabupaten Aceh Luhur terkenal dengan salah satu konsumsi khasnya, yakni Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan citarasanya yang khas, namun kesukaran pengembangan karena gendala dana selain keadaan yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu berada pula gulai kambing (kari) dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).

Wisata adat

  • Museum Cut Nyak Dhien pada mulanya merupakan tempat tinggal pahlawan wanita yang bernama Cut Nyak Dhien. Di dalamnya mempunyai pokoknya koleksi sejarah Aceh yang dikendalikan dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya pondasi yang asli dari yang didirikan ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini merupakan hasil renovasi yang didirikan yang sebelumnya sudah dibakar oleh Belanda.[7]
  • Masjid Tua Indra Puri berlokasi lebih kurang 25 km ke selatan arah ke Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun. Indra Puri merupakan Kerajaan Hindu dan merupakan tempat pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, Sultan Iskandar Muda memperkenalkan Islam kepada penduduk. Dan setelah seluruh penduduk memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah dijadikan sebuah masjid. Yang didirikan mesjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8 meter diatas permukaan laut dan berada lebih kurang 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh.[7]
  • Benteng Indra Patra terletak ± 19 km dari Banda Aceh arah ke Krueng Raya, tidak jauh Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat dibangun pada masa pra Islam di Aceh yaitu pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun berada sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini dibangun pada masa Kesultanan Aceh Darussalam dalam upaya menahan serangan Portugis. Benteng ini sangat luhur fungsinya pada zaman Sultan Iskandar Muda yang tingkatan lautnya, pada waktu itu, dipimpin oleh Admiral Malahayati.[7]
  • Museum Ali Hasymi merupakan kebanggaan lain kota Banda Aceh. Ali Hasymi yang mantan Gubemur Aceh dan seniman memiliki koleksi pribadi yang bernilai dan menarik. Kini koleksi ia dijadikan pajangan di museum tersebut selang lain kitab- kitab karya para ulama luhur Aceh tempo dulu, keramik kuno, senjata khas Aceh, cendera mata dari beragam pelosok dunia, dan lain-lain.[7]
  • Perpustakaan Kuno Tanoh Abee terdapat di Desa Tanoh Abee, di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Ia meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee sudah dimulai semenjak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang meninggal dunia pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda.[7]
  • Rumoh Teunuen Nyak Mu merupakan pusat produksi tenun asli khas Aceh, yang berlokasi di Gampong Siem Mukim Siem Kecamatan Darussalam. Lokasi ini berjauhan 12 KM ke sebelah Timur Kota Banda Aceh. Di Rumoh Teunuen Nyak Mu ini di produksi aneka kain tenun Aceh dengan beragam motif khas Aceh. [7]

Wisata dunia

Waduk Keuliling di Kuta Cot Glie

Gambar

Referensi

Sumber

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ //www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf
  3. ^ a b Sekilas tentang Aceh Luhur di situs NAD
  4. ^ Aceh Luhur Dalam Angka 2004
  5. ^ Daftar kecamatan di Aceh Luhur
  6. ^ Daftar kecamatan di Aceh Luhur di situs resmi
  7. ^ a b c d e f g Wisata Adat Aceh Luhur di situs NAD
  8. ^ Presiden SBY meresmikan Waduk Keuliling
  9. ^ Pocut Meurah Intan: Riwayatmu Kini
  10. ^ Eksotisme Cagar Dunia Jantho

Lihat pula

Pranala luar

  • Situs Resmi Kabupaten Aceh Luhur

edunitas.com

Page 24

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya dihasilkan untuk hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya disktrik Jaya terkenal dengan profil masyarakatnya yang khas. Sebagian masyarakat Disktrik Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja daerah itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan masyarakat setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di disktrik Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri atas 6 disktrik, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri atas lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor disktrik. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil daerah yang bertugas di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Masyarakat

Banyak masyarakat Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Masyarakat Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus masyarakat setelah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN diterapkan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak masyarakat Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah yang sangat sesuai untuk budidaya bermacam macam komoditi pertanian, adun macam tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun macam tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk daerah Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih ditingkatkan di daerah ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini sebab seluruh disktriknya berbatasan langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya bermacam komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom mencapai disktrik Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang untuk sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ //www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com

Page 25

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi untuk hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya disktrik Jaya terkenal dengan profil masyarakatnya yang khas. Sebagian masyarakat Disktrik Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan masyarakat setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di disktrik Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri atas 6 disktrik, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri atas lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor disktrik. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil daerah yang bertugas di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Masyarakat

Banyak masyarakat Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Masyarakat Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus masyarakat setelah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN diterapkan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak masyarakat Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah yang sangat sesuai untuk budidaya berbagai macam komoditi pertanian, baik macam tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun macam tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk daerah Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih ditingkatkan di daerah ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini sebab semua disktriknya berbatasan langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom mencapai disktrik Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang untuk sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ //www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com

Page 26

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi untuk hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya disktrik Jaya terkenal dengan profil masyarakatnya yang khas. Sebagian masyarakat Disktrik Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan masyarakat setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di disktrik Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri atas 6 disktrik, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri atas lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor disktrik. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil daerah yang bertugas di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Masyarakat

Banyak masyarakat Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Masyarakat Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus masyarakat setelah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN diterapkan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak masyarakat Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah yang sangat sesuai untuk budidaya berbagai macam komoditi pertanian, baik macam tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun macam tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk daerah Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih ditingkatkan di daerah ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini sebab semua disktriknya berbatasan langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom mencapai disktrik Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang untuk sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ //www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA