Show
Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Tags (tagged): portal, oceania, center of, studies, unkris, oseania meliputi, australia indonesia, bagian, timur, negeri perancis, baca lebih, lanjut, artikel pilihan pulau, besar patung, berjenis, monolitis dipahat dari, palau papua, nugini, samoa selandia baru, tonga tuvalu, vanuatu, center of studies, kepulauan pitcairn, polinesia, perancis samoa samoa, amerika portal, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 7Tags (tagged): portal, oceania, center of, studies, unkris, berada samudra, pasifik sekitarnya, oseania, penguasa kolonial mereka, telah mendapatkan, roa, pulau terkenal banyaknya, patung patung, moai, australia bangunan struktur, polinesia perancis, center, of studies kepulauan, marshall mikronesia, nauru, palau melanesia fiji, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, of studies, kelas, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 8Tags (tagged): portal, oseania, pusat ilmu, pengetahuan, unkris, berada samudra, pasifik sekitarnya, penguasa kolonial mereka, telah mendapatkan, roa, pulau terkenal banyaknya, patung patung, moai, australia bangunan struktur, polinesia perancis, pusat, ilmu pengetahuan kepulauan, marshall mikronesia, nauru, palau melanesia fiji, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, ilmu pengetahuan, kelas, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 9Tags (tagged): portal, oseania, pusat ilmu, pengetahuan, unkris, oseania meliputi, australia indonesia, bagian, timur, negeri perancis, baca lebih, lanjut, artikel pilihan pulau, besar patung, berjenis, monolitis dipahat dari, palau papua, nugini, samoa selandia baru, tonga tuvalu, vanuatu, pusat ilmu pengetahuan, kepulauan pitcairn, polinesia, perancis samoa samoa, amerika portal, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, kelas eksekutif, ensiklopedi, bahasa indonesia, ensiklopedia Page 10
edunitas.com Page 11
edunitas.com Page 12
edunitas.com Page 13
edunitas.com Page 14Republik Suriname (Surinam), dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan merupakan bekas yang dijajah Belanda. Negara ini bersamaan batasnya dengan Guyana Perancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan bersamaan batasnya dengan Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik. Di Suriname tinggal sekitar 75.000 orang Jawa dan dibawa ke sana dari Hindia Belanda sela tahun 1890-1939. Suriname merupakan salah satu babak Organisasi Konferensi Islam. SejarahWilayah Suriname mulai dikenal lapang sejak 100 tahun ke-15, yaitu ketika bangsa-bangsa imperialis Eropa berlomba menguasai Guyana, suatu dataran lapang yang berada di sela Samudera Atlantik, Sungai Amazon, Rio Negro, Sungai Cassiquiare dan Sungai Orinoco. Semula dataran ini oleh para pandai kartografi diberi nama Guyana Karibania (Guyana yang berfaedah dataran lapang yang dialiri oleh banyak sungai dan Karibania dari kata Caribs yaitu nama masyarakat asli yang pertama kali mendiami dataran tersebut). Dalam suatu kisah fiktif "El Dorado", Guyana digambarkan sebagai suatu wilayah yang kaya akan kandungan emas. Para pandai sejarah memperkirakan bahwa kisah fiktif tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong orang-orang Eropa untuk berlomba menguasai Guyana. Masa penjajahanPada tahun 1449 pelaut Spanyol, Alonzo de Ojeda dan Juan de la Cosa berlayar menyusuri pantai timur laut Amerika Selatan, yang saat itu mereka sebut Wild Coast, dan mendarat di wilayah Guyana. Vincent Juan Pinzon kemudian menguasai Guyana atas nama Raja Spanyol. Selama 100 tahun ke-16 dan ke-17, Guyana direbut berubah-ubah oleh Spanyol, Belanda, Inggris, Perancis dan Portugal. Pada tahun 1530 Belanda membangun pusat perdagangan pertama di dataran tersebut. Pada tahun 1593 raja Spanyol mengambil alih dan menguasai Guyana sampai tahun 1595, yaitu ketika para bangsawan Inggris datang dan mulai mengusai daerah-daerah pantai. Sementara itu, Belanda mulai mengembangkan perdagangannya secara bertahap di kawasan pedalaman. Kawasan Guyana sepenuhnya jatuh ke tangan Inggris sejak tahun 1630 sampai tahun 1639. Pada tahun yang sama Belanda sukses menguasai kembali beberapa agung Guyana sedangkan Perancis menguasai daerah-daerah di samping sungai Suriname. Dampak dari persaingan tersebut, wilayah Guyana saat ini terbagi menjadi lima babak yaitu Guyana Espanola (bagian dari Venezuela sekarang); Inglesa (Guyana sekarang); Holandesa (Suriname); Francesa (Cayenne) dan Portuguesa (bagian dari wilayah Brasil). Suriname berada di babak tengah dari wilayah Guyana yang sudah terbagi-bagi tersebut, terbentang sela dua derajat sampai enam derajat Lintang Utara, dan sela 54 derajat sampai 58 derajat Bujur Barat dengan lapang wilayah kurang semakin 163.265 kilometer persegi. Batas babak timur wilayah Suriname adalah Sungai Marowijne yang memisahkan Suriname dengan Cayenne; di babak selatan terdapat deretan pegunungan Acarai dan Toemoe hoemak yang memisahkan Suriname dengan wilayah Brasil. Di babak barat bersamaan batasnya dengan wilayah Guyana yang ditandai oleh arus Sungai Corantijne, sementara di babak utara dibatasi oleh garis pantai Samudera Atlantik. Pada tahun 1651 Suriname diserang oleh Inggris dan sejak saat itu, menjadi wilayah kekuasaan Inggris sampai penandatanganan perjanjian perdamaian Breda tahun 1667. Berdasarkan perjanjian itu, Suriname menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Namun Inggris kembali memasuki Suriname pada tahun 1781 sampai 1783 dan Suriname kemudian menjadi kawasan protektorat Inggris dari tahun 1799 sampai 1802. Menempuh perjanjian Amiens, 27 Maret 1802, Suriname, Barbice, Demerara dan Essquibo berada di bawah kekuasaan Belanda, namun setahun kemudian Inggris kembali merebut wilayah-wilayah itu dan sejak tahun 1804 Suriname menjadi koloni Inggris dengan sebutan the British Interregnum. Selama Suriname berada di bawah kekuasaan Inggris, situasi ekonomi Suriname mengalami kemunduran. Penyebab utama adalah pelarangan perdagangan budak, sementara kebun-kebun masih sangat memerlukan tenaga buruh untuk diurus. Kemudian menempuh perjanjian London pada tanggal 13 Agustus 1814 dan diratifikasi dalam perjanjian Wina, Suriname dikembalikan lagi kepada pihak Belanda. Pemerintahan Suriname dipimpin langsung oleh seorang gubernur dengan ditemani oleh sebuah dewan kepolisian yang bekerja sebagai penasihat gubernur. Dengan dihapusnya perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863, kehidupan ekonomi semakin tidak menentu. Pada tahun 1870, pemerintah Belanda menandatangani sebuah perjanjian dengan Inggris untuk mendatangkan imigran asing ke Suriname. Perjanjian ini diimplementasikan secara resmi pada tahun 1873 sampai 1917, di mana rombongan imigran Hindustan pertama dari India didatangkan. Kedatangan rombongan berikutnya adalah para imigran dari Jawa pada tahun 1890 - 1939. Seiring dengan diletakkannya para imigran di sektor perkebunan, Suriname mengalami kemajuan pula dalam beberapa babak lainnya. Telekomunikasi, pembuatan jalan raya dan pembukaan jalur hubungan laut langsung sela Suriname dan Belanda merupakan contoh. Pecahnya Perang Alam Pertama tidak memengaruhi situasi ekonomi-politik Suriname. Pada tanggal 15 Desember 1954, pemerintah Belanda bersama beberapa wakil dari Suriname menandatangani sebuah memorandum yang intinya rencana pengakhiran penjajahan. Dalam sebuah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1961, para wakil Suriname yang dipimpin oleh Perdana Menteri Johan Adolf Pengel menuntut diwujudkannya sebuah pemerintahan sendiri. Tuntutan itu semakin menjadi setelah didirikannya beberapa partai politik yang diwujudkan pada dasawarsa itu, semakin gencar menyampaikan tuntutan supaya Suriname diberikan kebebasan penuh secepatnya. Tuntutan ini ditanggapi secara serius dengan disediakannya sebuah konferensi di Belanda pada tahun 1970. Konferensi ini disediakan untuk membicarakan persiapan pelepasan Suriname sekaligus menyusun kabinet yang terdiri dari wakil-wakil partai. Suriname kemudian menjadi negara merdeka sejak tanggal 25 November 1975. Walaupun demikian, perekonomian negara yang baru merdeka ini tetap sangat tergantung pada bantuan pembangunan Belanda. Upaya-upaya penggulingan kekuasaanPada tanggal 25 Februari 1980, lima tahun setelah kemerdekaannya, Suriname diguncang oleh kudeta yang dilancarkan pihak militer yang diterapkan oleh para Sersan yang dipimpin Sersan Mayor Desiree Delano Bouterse dan Sersan Roy Dennis Horb. Peristiwa kudeta ini sudah mengakibatkan jatuhnya Pemerintah Demokrasi Parlementer pertama sejak kemerdekaan Suriname. Setelah Rezim Militer Berkuasa, timbullah gerakan-gerakan kontra-revolusi yang mempunyai tujuan untuk mengembalikan demokrasi di Suriname dengan kudeta. Namun beberapa usaha kudeta itu gagal untuk menggulingkan rezim militer Bouterse. Kudeta tersebut di antaranya: kudeta oleh Sersan Fred Ormskerk pada 30 Maret 1980, kudeta oleh Sersan Wilfred Hawker pada 15 March 1981, dan terakhir oleh Letnan Surendre Rambocus dan Sersan Djiewansingh Sheombar yang dibantu oleh himpunan sayap kanan, kaum Buruh, dan politisi Hindustani dan Jawa, tetapi kudeta ini pun gagal. Sebagai reaksi terhadap pemberontakan tersebut, pada tanggal 8 Desember 1982 pihak militer memperagakan penembakan terhadap 15 tokoh oposisi demonstran. Peristiwa ini sudah menjadi penyebab untuk dihentikannya bantuan pembangunan Belanda kepada Suriname, yang berdampak pada semakin buruknya kondisi perekonomian Suriname. Namun hal ini tidak membikin upaya menggulingkan rezim militer beristirahat, justru ini memicu muncul perlawanan yang lain dan kali datang dari Etnis Bushnegro dan Amerindian di Pedalaman Suriname. Mereka tampil sebagai penentang utama kekuasaan militer. Kelompok-kelompok militan dari kedua golongan itu adalah himpunan Mandela (Bushnegro) di bawah pimpinan mantan babak militer Ronnie Brunswijk dan himpunan Tukayana Amazones (Amerindian) dibawah pimpinan Alex Jubitana dan Thomas Sabajo. Sekitar 35.000 masyarakat Bushnegro dan 6.500 Amerindian sudah menjadi pelaku utama pemberontakan terhadap penguasa militer. Puncak dari konflik bersenjata tersebut terjadi pada tahun 1986, yaitu ketika Pihak Militer terpaksa harus berhadapan dengan pemberontak Bushnegro yang sudah bersatu dan menamakan dirinya Jungle Commando, dan satu peleton Tentara yang gagal menangkap Ronnie Brunswijk kemudian memperagakan pembantaian terhadap 35 orang Bushnegro di Desa Moiwana (Moiwana Massacre). Sementara itu, dalam tahun yang sama himpunan Amerindian juga meningkatkan gerakan pemberontakannya. Kemelut ini sudah mengakibatkan sekitar 7000 orang Bushnegro melarikan diri ke Cayenne (Guyana Perancis) dan berkeinginan suaka politik kepada pemerintah setempat. Kembali ke demokrasiPemerintah militer diakhiri dengan penyelenggaraan pemilihan umum pada bulan November 1987, yang sudah mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada golongan sipil. Namun demikian, pemerintahan hasil pemilu ini tidak berlangsung lama. Pada bulan Desember 1990, pihak militer kembali melancarkan kudeta tidak berdarah yang dikenal dengan sebutan Kudeta Telepon. Dampaknya pemerintah yang demokratis kembali lumpuh. Pihak militer kemudian membentuk Pemerintah Sementara yang salah satu tugasnya adalah mempersiapkan pemilihan umum yang demokratis. Pada bulan Mei 1991, Pemerintah Sementara sudah sukses menyilakan duduk tugasnya, yaitu dengan disediakannya pemilihan umum, namun akibatnya tidak sesuai dengan harapan militer, karena kemenangan berada di tangan golongan sipil. Pada bulan September tahun yang sama, sudah terbentuk pemerintah yang baru, dan Drs. R.R. Venetiaan terpilih sebagai presiden dan dengan demikian, maka berakhirlah kekuasaan militer. Langkah terpenting yang segera diupayakan oleh Pemerintah Venetiaan adalah melanjutkan usaha-usaha ke arah perdamaian yang sudah dirintis oleh pemerintah sipil sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan tugas berat untuk pemerintah yang baru terbentuk tersebut, terutama karena kondisi ekonomi dan keuangan Suriname yang sangat memprihatinkan, sebagai dampak dari kemelut politik yang berkepanjangan. Dalam melaksanakan upaya perdamaian tersebut, Presiden R.R. Venetiaan sudah membentuk suatu Komisi Khusus yang memperagakan pekerjaan sama dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi terkait lainnya. Dalam Pemilu bulan Mei 1996 koalisi penguasa New Front (NF) dan Presiden Venetiaan mengalami kekalahan dan pemerintahannya digantikan oleh calon dari oposisi Drs. Jules Wijdenbosch Nationale Demokratische Partij (NDP) dan Radakishun Vooruitstrevende Hervorming Partij (VHP), yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Kemudian pada pemilu yang disediakan pada tanggal 25 Mei 2000, kekuasaan sukses diraih kembali oleh kombinasi pengusa New Front yang terdiri dari parpol Nationale Partij Suriname (NPS), VHP, Pertjajah Agung dan Surinaamse Partij van de Arbeid (SPA). Kemenangan New Front ini mengantarkan kembali R.R. Venetiaan (NPS) ke tampuk kursi kepresidenan dan memimpin Suriname untuk masa 5 tahun (tahun 2000-2005). Sebagai Wakil Presiden sudah terpilih Jules Rattankoemar Ajodhia dari partai VHP. DemografiPopulasiPopulasi Suriname terdiri dari beberapa himpunan minoritas. Himpunan terbesarnya adalah Hindustani. Berdasarkan Sensus Tahun 1990, sekitar 143.640 orang (34,2%) adalah keturunan Hindustani, 132.300 orang (31,5%) adalah Kreol, 95.740 orang (22,8%) adalah orang Jawa, 35.700 orang (8,5%) merupakan keturunan Bushnegro, dan 7.560 orang (1,8%) adalah Amerindian. Sisanya 5.040 orang (1,2%) merupakan keturunan Tionghoa, Eropa (Portugis, Belanda, Inggris), Yahudi Sefardim, Brasil, dan Libanon. Berdasarkan data statistik dari Biro Pusat Administrasi Kependudukan Suriname, jumlah masyarakat Suriname pada sensus tahun 2003 tercatat 481.146 warga negara Suriname dengan rata-rata pertumbuhan masyarakat 1,3 %. Selain itu terdapat pula warga asing, di antaranya: orang Brasil (45.000), orang Guyana (40.000), dan lain-lain (orang Karibia, orang Venezuela, orang Kolombia dan lain-lain mencapai 10.000 jiwa). Populasi Suriname berdasarkan sensus tahun 2004 adalah sebagai berikut:
AgamaPada sensus ketujuh, tahun 2007, rasio antar-agama adalah sebagai berikut:
BahasaBahasa Belanda merupakan bahasa resmi di Suriname. Orang Suriname juga bicara bahasa mereka: Sranang Tongo, bahasa Hindustani, bahasa Jawa Suriname, dan lainnya. Dan juga bahasa asal bahasa Karibia dan bahasa Arawakan, orang India Suriname juga cakap bahasa mereka sendiri. Selain itu, bahasa Inggris juga digunakan lapang, terutama dalam sarana prasarana dan toko yang berpandangan pariwisata. Lambang NegaraLambang Suriname Lambang negara Suriname digambarkan dalam bangun-bangun dua orang Amer-Indian yang memegang busur panah dan mengapit sebuah perisai berwujud oval, berdiri di atas pita dengan tulisan Justitia Pietas, Fides. Tergambar dalam perisai tersebut, di babak kiri sebuah kapal layar dan di babak sebelah kanan sebuah pohon sejenis palma. Kedua gambar tersebut dipisahkan oleh garis vertikal mengikat sebuah babak empat belah ketupat tepat di tengah perisai, dan di dalam babak empat belah ketupat tersebut tergambar bintang babak lima. Distrik dan resorPeta distrik di suriname Suriname dibagi lagi menjadi 62 resor (ressorten). TopografiDaratannya dibedakan menjadi tiga babak, yaitu : Kawasan pesisir/pantaiKawasan pesisir / pantai muda, terbentuk dari tanah liat yang pekat, sela pasir pantai dan kumpulan karang yang berada di bawah permukaan laut. Sedangkan pantai tua beberapa agung wilayahnya berada di atas permukaan laut. Kedua kawasan ini, sejak diperkenalkannya sistem “polder“ dan pompanisasi, berkembang menjadi kawasan pertanian subur dan wilayah pemukiman masyarakat. Namun 2 tahun belakangan ini, lahan-lahan pertanian tersebut banyak yang terlantar dampak krisis keuangan untuk pengelolaan sistem irigasi yang bergantung kepada pompa. Kawasan sabanaKawasan Sabana merupakan kawasan yang tertutup pasir dan sangat gersang. Di kawasan ini hanya tumbuh jenis rumput-rumput tertentu. Kawasan dataran tinggiKawasan dataran tinggi, berada di sebelah selatan, sepanjang perbatasan dengan wilayah Brazil. Beberapa agung kawasan ini tertutup oleh hutan tropis yang menghasilkan kayu berharga tinggi (kayu keras). Flora dan faunaSemakin dari 80 % tanah Suriname masih berupa hutan belukar yang di dalamnya hidup bermacam jenis/species tumbuhan dan satwa. Suriname terkenal kaya akan jenis floranya. Di lain jenis tumbuhan yang terkenal adalah jenis kayu keras seperti Bruinhard, Purplehard dan Zwartekabes. Kayu-kayu tersebut diekspor dan merupakan sumber devisa negara yang sangat penting. Di samping itu, Suriname juga terkenal dengan bermacam jenis satwa, tidak memihak yang sudah diternakkan maupun yang masih merupakan binatang liar. Galeria gambarLihat pulaReferensi
Pranala luaredunitas.com Page 15Republik Suriname (Surinam), dahulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan adalah bekas yang dijajah Belanda. Negara ini bersamaan batasnya dengan Guyana Perancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan bersamaan batasnya dengan Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik. Di Suriname tinggal sekitar 75.000 orang Jawa dan dibawa ke sana dari Hindia Belanda sela tahun 1890-1939. Suriname adalah salah satu babak Organisasi Konferensi Islam. SejarahWilayah Suriname mulai dikenal lapang sejak 100 tahun ke-15, yaitu ketika bangsa-bangsa imperialis Eropa berlomba menguasai Guyana, suatu dataran lapang yang telah tersedia di sela Samudera Atlantik, Sungai Amazon, Rio Negro, Sungai Cassiquiare dan Sungai Orinoco. Semula dataran ini oleh para pandai kartografi diberi nama Guyana Karibania (Guyana yang berfaedah dataran lapang yang dialiri oleh banyak sungai dan Karibania dari kata Caribs yaitu nama masyarakat asli yang pertama kali mendiami dataran tersebut). Dalam suatu kisah fiktif "El Dorado", Guyana digambarkan sbg suatu wilayah yang kaya akan kandungan emas. Para pandai sejarah memperkirakan bahwa kisah fiktif tersebut adalah salah satu faktor yang mendorong orang-orang Eropa sbg berlomba menguasai Guyana. Masa penjajahanPada tahun 1449 pelaut Spanyol, Alonzo de Ojeda dan Juan de la Cosa berlayar menyusuri pantai timur laut Amerika Selatan, yang masa itu mereka sebut Wild Coast, dan mendarat di wilayah Guyana. Vincent Juan Pinzon kemudian menguasai Guyana atas nama Raja Spanyol. Selama 100 tahun ke-16 dan ke-17, Guyana direbut berubah-ubah oleh Spanyol, Belanda, Inggris, Perancis dan Portugal. Pada tahun 1530 Belanda membangun pusat perdagangan pertama di dataran tersebut. Pada tahun 1593 raja Spanyol mengambil alih dan menguasai Guyana sampai tahun 1595, yaitu ketika para bangsawan Inggris datang dan mulai mengusai daerah-daerah pantai. Sementara itu, Belanda mulai mengembangkan perdagangannya secara bertahap di kawasan pedalaman. Kawasan Guyana sepenuhnya jatuh ke tangan Inggris sejak tahun 1630 sampai tahun 1639. Pada tahun yang sama Belanda sukses menguasai kembali beberapa agung Guyana sedangkan Perancis menguasai daerah-daerah di samping sungai Suriname. Dampak dari persaingan tersebut, wilayah Guyana masa ini terbagi menjadi lima babak yaitu Guyana Espanola (bagian dari Venezuela sekarang); Inglesa (Guyana sekarang); Holandesa (Suriname); Francesa (Cayenne) dan Portuguesa (bagian dari wilayah Brasil). Suriname telah tersedia di babak tengah dari wilayah Guyana yang sudah terbagi-bagi tersebut, terbentang sela dua derajat sampai enam derajat Lintang Utara, dan sela 54 derajat sampai 58 derajat Bujur Barat dengan lapang wilayah kurang semakin 163.265 kilometer persegi. Batas babak timur wilayah Suriname adalah Sungai Marowijne yang memisahkan Suriname dengan Cayenne; di babak selatan terdapat deretan pegunungan Acarai dan Toemoe hoemak yang memisahkan Suriname dengan wilayah Brasil. Di babak barat bersamaan batasnya dengan wilayah Guyana yang ditandai oleh arus Sungai Corantijne, sementara di babak utara dibatasi oleh garis pantai Samudera Atlantik. Pada tahun 1651 Suriname diserang oleh Inggris dan sejak masa itu, menjadi wilayah kekuasaan Inggris sampai penandatanganan perjanjian perdamaian Breda tahun 1667. Berdasarkan perjanjian itu, Suriname menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Namun Inggris kembali memasuki Suriname pada tahun 1781 sampai 1783 dan Suriname kemudian menjadi kawasan protektorat Inggris dari tahun 1799 sampai 1802. Melewati perjanjian Amiens, 27 Maret 1802, Suriname, Barbice, Demerara dan Essquibo telah tersedia di bawah kekuasaan Belanda, namun setahun kemudian Inggris kembali menduduki wilayah-wilayah itu dan sejak tahun 1804 Suriname menjadi koloni Inggris dengan sebutan the British Interregnum. Selama Suriname telah tersedia di bawah kekuasaan Inggris, situasi ekonomi Suriname mengalami kemunduran. Penyebab utama adalah pelarangan perdagangan budak, sementara kebun-kebun sedang sangat memerlukan tenaga buruh sbg diurus. Kemudian melewati perjanjian London pada tanggal 13 Agustus 1814 dan diratifikasi dalam perjanjian Wina, Suriname dikembalikan lagi untuk pihak Belanda. Pemerintahan Suriname dipimpin langsung oleh seorang gubernur dengan ditemani oleh sebuah dewan kepolisian yang bekerja sbg penasihat gubernur. Dengan dihapusnya perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863, kehidupan ekonomi semakin tidak menentu. Pada tahun 1870, pemerintah Belanda menandatangani sebuah perjanjian dengan Inggris sbg mendatangkan imigran asing ke Suriname. Perjanjian ini diimplementasikan secara resmi pada tahun 1873 sampai 1917, di mana rombongan imigran Hindustan pertama dari India didatangkan. Kedatangan rombongan berikutnya adalah para imigran dari Jawa pada tahun 1890 - 1939. Seiring dengan diletakkannya para imigran di sektor perkebunan, Suriname mengalami kemajuan pula dalam beberapa babak lainnya. Telekomunikasi, pembuatan jalan raya dan pembukaan jalur hubungan laut langsung sela Suriname dan Belanda adalah contoh. Pecahnya Perang Alam Pertama tidak memengaruhi situasi ekonomi-politik Suriname. Pada tanggal 15 Desember 1954, pemerintah Belanda bersama beberapa wakil dari Suriname menandatangani sebuah memorandum yang intinya rencana pengakhiran penjajahan. Dalam sebuah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1961, para wakil Suriname yang dipimpin oleh Perdana Menteri Johan Adolf Pengel menuntut diwujudkannya sebuah pemerintahan sendiri. Tuntutan itu semakin menjadi setelah didirikannya beberapa partai politik yang diwujudkan pada dasawarsa itu, semakin gencar menyampaikan tuntutan supaya Suriname diberikan kebebasan penuh secepatnya. Tuntutan ini ditanggapi secara serius dengan disediakannya sebuah konferensi di Belanda pada tahun 1970. Konferensi ini disediakan sbg membicarakan persiapan pelepasan Suriname sekaligus menyusun kabinet yang terdiri dari wakil-wakil partai. Suriname kemudian menjadi negara merdeka sejak tanggal 25 November 1975. Walaupun demikian, perekonomian negara yang baru merdeka ini tetap sangat tergantung pada bantuan pembangunan Belanda. Upaya-upaya penggulingan kekuasaanPada tanggal 25 Februari 1980, lima tahun setelah kemerdekaannya, Suriname diguncang oleh kudeta yang dilancarkan pihak militer yang diterapkan oleh para Sersan yang dipimpin Sersan Mayor Desiree Delano Bouterse dan Sersan Roy Dennis Horb. Peristiwa kudeta ini sudah mengakibatkan jatuhnya Pemerintah Demokrasi Parlementer pertama sejak kemerdekaan Suriname. Setelah Rezim Militer Berkuasa, timbullah gerakan-gerakan kontra-revolusi yang mempunyai tujuan sbg mengembalikan demokrasi di Suriname dengan kudeta. Namun beberapa usaha kudeta itu gagal sbg menggulingkan rezim militer Bouterse. Kudeta tersebut di antaranya: kudeta oleh Sersan Fred Ormskerk pada 30 Maret 1980, kudeta oleh Sersan Wilfred Hawker pada 15 March 1981, dan terakhir oleh Letnan Surendre Rambocus dan Sersan Djiewansingh Sheombar yang dibantu oleh himpunan sayap kanan, kaum Buruh, dan politisi Hindustani dan Jawa, tetapi kudeta ini pun gagal. Sbg reaksi terhadap pemberontakan tersebut, pada tanggal 8 Desember 1982 pihak militer memperagakan penembakan terhadap 15 tokoh oposisi demonstran. Peristiwa ini sudah menjadi penyebab untuk dihentikannya bantuan pembangunan Belanda untuk Suriname, yang berdampak pada semakin buruknya kondisi perekonomian Suriname. Namun hal ini tidak membikin upaya menggulingkan rezim militer beristirahat, justru ini memicu muncul perlawanan yang lain dan kali datang dari Etnis Bushnegro dan Amerindian di Pedalaman Suriname. Mereka tampil sbg penentang utama kekuasaan militer. Kelompok-kelompok militan dari kedua golongan itu adalah himpunan Mandela (Bushnegro) di bawah pimpinan mantan babak militer Ronnie Brunswijk dan himpunan Tukayana Amazones (Amerindian) dibawah pimpinan Alex Jubitana dan Thomas Sabajo. Sekitar 35.000 masyarakat Bushnegro dan 6.500 Amerindian sudah menjadi pelaku utama pemberontakan terhadap penguasa militer. Puncak dari konflik bersenjata tersebut terjadi pada tahun 1986, yaitu ketika Pihak Militer terpaksa harus berhadapan dengan pemberontak Bushnegro yang sudah bersatu dan menamakan dirinya Jungle Commando, dan satu peleton Tentara yang gagal menangkap Ronnie Brunswijk kemudian memperagakan pembantaian terhadap 35 orang Bushnegro di Desa Moiwana (Moiwana Massacre). Sementara itu, dalam tahun yang sama himpunan Amerindian juga meningkatkan gerakan pemberontakannya. Kemelut ini sudah mengakibatkan sekitar 7000 orang Bushnegro melarikan diri ke Cayenne (Guyana Perancis) dan berkeinginan suaka politik untuk pemerintah setempat. Kembali ke demokrasiPemerintah militer diakhiri dengan penyelenggaraan pemilihan umum pada bulan November 1987, yang sudah mengembalikan kekuasaan pemerintah untuk golongan sipil. Namun demikian, pemerintahan hasil pemilu ini tidak berlangsung lama. Pada bulan Desember 1990, pihak militer kembali melancarkan kudeta tidak berdarah yang dikenal dengan sebutan Kudeta Telepon. Akibatnya pemerintah yang demokratis kembali lumpuh. Pihak militer kemudian membentuk Pemerintah Sementara yang salah satu tugasnya adalah mempersiapkan pemilihan umum yang demokratis. Pada bulan Mei 1991, Pemerintah Sementara sudah sukses menyilakan duduk tugasnya, yaitu dengan disediakannya pemilihan umum, namun akibatnya tidak sesuai dengan keinginan militer, karena kemenangan telah tersedia di tangan golongan sipil. Pada bulan September tahun yang sama, sudah terbentuk pemerintah yang baru, dan Drs. R.R. Venetiaan terpilih sbg presiden dan dengan demikian, maka berakhirlah kekuasaan militer. Langkah terpenting yang segera diupayakan oleh Pemerintah Venetiaan adalah melanjutkan usaha-usaha ke arah perdamaian yang sudah dirintis oleh pemerintah sipil sebelumnya. Hal ini tentunya adalah tugas berat untuk pemerintah yang baru terbentuk tersebut, terutama karena kondisi ekonomi dan keuangan Suriname yang sangat memprihatinkan, sbg dampak dari kemelut politik yang berkepanjangan. Dalam melaksanakan upaya perdamaian tersebut, Presiden R.R. Venetiaan sudah membentuk suatu Komisi Khusus yang memperagakan pekerjaan sama dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi terkait lainnya. Dalam Pemilu bulan Mei 1996 koalisi penguasa New Front (NF) dan Presiden Venetiaan mengalami kekalahan dan pemerintahannya dialihkan oleh calon dari oposisi Drs. Jules Wijdenbosch Nationale Demokratische Partij (NDP) dan Radakishun Vooruitstrevende Hervorming Partij (VHP), yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Kemudian pada pemilu yang disediakan pada tanggal 25 Mei 2000, kekuasaan sukses diraih kembali oleh kombinasi pengusa New Front yang terdiri dari parpol Nationale Partij Suriname (NPS), VHP, Pertjajah Agung dan Surinaamse Partij van de Arbeid (SPA). Kemenangan New Front ini mengantarkan kembali R.R. Venetiaan (NPS) ke tampuk kursi kepresidenan dan memimpin Suriname sbg masa 5 tahun (tahun 2000-2005). Sbg Wakil Presiden sudah terpilih Jules Rattankoemar Ajodhia dari partai VHP. DemografiPopulasiPopulasi Suriname terdiri dari beberapa himpunan minoritas. Himpunan terbesarnya adalah Hindustani. Berdasarkan Sensus Tahun 1990, sekitar 143.640 orang (34,2%) adalah keturunan Hindustani, 132.300 orang (31,5%) adalah Kreol, 95.740 orang (22,8%) adalah orang Jawa, 35.700 orang (8,5%) adalah keturunan Bushnegro, dan 7.560 orang (1,8%) adalah Amerindian. Sisanya 5.040 orang (1,2%) adalah keturunan Tionghoa, Eropa (Portugis, Belanda, Inggris), Yahudi Sefardim, Brasil, dan Libanon. Berdasarkan data statistik dari Biro Pusat Administrasi Kependudukan Suriname, banyak masyarakat Suriname pada sensus tahun 2003 tercatat 481.146 warga negara Suriname dengan rata-rata pertumbuhan masyarakat 1,3 %. Selain itu terdapat pula warga asing, di antaranya: orang Brasil (45.000), orang Guyana (40.000), dan lain-lain (orang Karibia, orang Venezuela, orang Kolombia dan lain-lain mencapai 10.000 jiwa). Populasi Suriname berdasarkan sensus tahun 2004 adalah sbg berikut:
AgamaPada sensus ketujuh, tahun 2007, rasio antar-agama adalah sbg berikut:
BahasaBahasa Belanda adalah bahasa resmi di Suriname. Orang Suriname juga bicara bahasa mereka: Sranang Tongo, bahasa Hindustani, bahasa Jawa Suriname, dan lainnya. Dan juga bahasa asal bahasa Karibia dan bahasa Arawakan, orang India Suriname juga cakap bahasa mereka sendiri. Selain itu, bahasa Inggris juga dipakai lapang, terutama dalam sarana prasarana dan toko yang berpandangan pariwisata. Lambang NegaraLambang Suriname Lambang negara Suriname digambarkan dalam bangun-bangun dua orang Amer-Indian yang memegang busur panah dan mengapit sebuah perisai mempunyai bangun-bangun oval, berdiri di atas pita dengan tulisan Justitia Pietas, Fides. Tergambar dalam perisai tersebut, di babak kiri sebuah kapal layar dan di babak sebelah kanan sebuah pohon sejenis palma. Kedua gambar tersebut dipisahkan oleh garis vertikal mengikat sebuah babak empat belah ketupat akurat di tengah perisai, dan di dalam babak empat belah ketupat tersebut tergambar bintang babak lima. Distrik dan resorPeta distrik di suriname Suriname dibagi lagi menjadi 62 resor (ressorten). TopografiDaratannya dibedakan menjadi tiga babak, yaitu : Kawasan pesisir/pantaiKawasan pesisir / pantai muda, terbentuk dari tanah liat yang pekat, sela pasir pantai dan kumpulan karang yang telah tersedia di bawah permukaan laut. Sedangkan pantai tua beberapa agung wilayahnya telah tersedia di atas permukaan laut. Kedua kawasan ini, sejak dikenalkannya sistem “polder“ dan pompanisasi, mengembang menjadi kawasan pertanian subur dan wilayah pemukiman masyarakat. Namun 2 tahun belakangan ini, lahan-lahan pertanian tersebut banyak yang terlantar dampak krisis keuangan sbg pengelolaan sistem irigasi yang bergantung untuk pompa. Kawasan sabanaKawasan Sabana adalah kawasan yang tertutup pasir dan sangat gersang. Di kawasan ini hanya tumbuh jenis rumput-rumput tertentu. Kawasan dataran tinggiKawasan dataran tinggi, telah tersedia di sebelah selatan, sepanjang perbatasan dengan wilayah Brazil. Beberapa agung kawasan ini tertutup oleh hutan tropis yang menghasilkan kayu berharga tinggi (kayu keras). Flora dan faunaSemakin dari 80 % tanah Suriname sedang berupa hutan belukar yang di dalamnya hidup bermacam jenis/species tumbuhan dan satwa. Suriname terkenal kaya akan jenis floranya. Di lain jenis tumbuhan yang terkenal adalah jenis kayu keras seperti Bruinhard, Purplehard dan Zwartekabes. Kayu-kayu tersebut diekspor dan adalah sumber devisa negara yang sangat penting. Di samping itu, Suriname juga terkenal dengan bermacam jenis satwa, tidak memihak yang sudah diternakkan maupun yang sedang adalah binatang liar. Galeria gambarLihat jugaReferensi
Tautan luaredunitas.com Page 16Republik Suriname (Surinam), dahulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan adalah bekas yang dijajah Belanda. Negara ini bersamaan batasnya dengan Guyana Perancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan bersamaan batasnya dengan Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik. Di Suriname tinggal sekitar 75.000 orang Jawa dan dibawa ke sana dari Hindia Belanda sela tahun 1890-1939. Suriname adalah salah satu babak Organisasi Konferensi Islam. SejarahWilayah Suriname mulai dikenal lapang sejak 100 tahun ke-15, yaitu ketika bangsa-bangsa imperialis Eropa berlomba menguasai Guyana, suatu dataran lapang yang telah tersedia di sela Samudera Atlantik, Sungai Amazon, Rio Negro, Sungai Cassiquiare dan Sungai Orinoco. Semula dataran ini oleh para pandai kartografi diberi nama Guyana Karibania (Guyana yang berfaedah dataran lapang yang dialiri oleh banyak sungai dan Karibania dari kata Caribs yaitu nama masyarakat asli yang pertama kali mendiami dataran tersebut). Dalam suatu kisah fiktif "El Dorado", Guyana digambarkan sbg suatu wilayah yang kaya akan kandungan emas. Para pandai sejarah memperkirakan bahwa kisah fiktif tersebut adalah salah satu faktor yang mendorong orang-orang Eropa sbg berlomba menguasai Guyana. Masa penjajahanPada tahun 1449 pelaut Spanyol, Alonzo de Ojeda dan Juan de la Cosa berlayar menyusuri pantai timur laut Amerika Selatan, yang masa itu mereka sebut Wild Coast, dan mendarat di wilayah Guyana. Vincent Juan Pinzon kemudian menguasai Guyana atas nama Raja Spanyol. Selama 100 tahun ke-16 dan ke-17, Guyana direbut berubah-ubah oleh Spanyol, Belanda, Inggris, Perancis dan Portugal. Pada tahun 1530 Belanda membangun pusat perdagangan pertama di dataran tersebut. Pada tahun 1593 raja Spanyol mengambil alih dan menguasai Guyana sampai tahun 1595, yaitu ketika para bangsawan Inggris datang dan mulai mengusai daerah-daerah pantai. Sementara itu, Belanda mulai mengembangkan perdagangannya secara bertahap di kawasan pedalaman. Kawasan Guyana sepenuhnya jatuh ke tangan Inggris sejak tahun 1630 sampai tahun 1639. Pada tahun yang sama Belanda sukses menguasai kembali beberapa agung Guyana sedangkan Perancis menguasai daerah-daerah di samping sungai Suriname. Dampak dari persaingan tersebut, wilayah Guyana masa ini terbagi menjadi lima babak yaitu Guyana Espanola (bagian dari Venezuela sekarang); Inglesa (Guyana sekarang); Holandesa (Suriname); Francesa (Cayenne) dan Portuguesa (bagian dari wilayah Brasil). Suriname telah tersedia di babak tengah dari wilayah Guyana yang sudah terbagi-bagi tersebut, terbentang sela dua derajat sampai enam derajat Lintang Utara, dan sela 54 derajat sampai 58 derajat Bujur Barat dengan lapang wilayah kurang semakin 163.265 kilometer persegi. Batas babak timur wilayah Suriname adalah Sungai Marowijne yang memisahkan Suriname dengan Cayenne; di babak selatan terdapat deretan pegunungan Acarai dan Toemoe hoemak yang memisahkan Suriname dengan wilayah Brasil. Di babak barat bersamaan batasnya dengan wilayah Guyana yang ditandai oleh arus Sungai Corantijne, sementara di babak utara dibatasi oleh garis pantai Samudera Atlantik. Pada tahun 1651 Suriname diserang oleh Inggris dan sejak masa itu, menjadi wilayah kekuasaan Inggris sampai penandatanganan perjanjian perdamaian Breda tahun 1667. Berdasarkan perjanjian itu, Suriname menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Namun Inggris kembali memasuki Suriname pada tahun 1781 sampai 1783 dan Suriname kemudian menjadi kawasan protektorat Inggris dari tahun 1799 sampai 1802. Melewati perjanjian Amiens, 27 Maret 1802, Suriname, Barbice, Demerara dan Essquibo telah tersedia di bawah kekuasaan Belanda, namun setahun kemudian Inggris kembali menduduki wilayah-wilayah itu dan sejak tahun 1804 Suriname menjadi koloni Inggris dengan sebutan the British Interregnum. Selama Suriname telah tersedia di bawah kekuasaan Inggris, situasi ekonomi Suriname mengalami kemunduran. Penyebab utama adalah pelarangan perdagangan budak, sementara kebun-kebun sedang sangat memerlukan tenaga buruh sbg diurus. Kemudian melewati perjanjian London pada tanggal 13 Agustus 1814 dan diratifikasi dalam perjanjian Wina, Suriname dikembalikan lagi untuk pihak Belanda. Pemerintahan Suriname dipimpin langsung oleh seorang gubernur dengan ditemani oleh sebuah dewan kepolisian yang bekerja sbg penasihat gubernur. Dengan dihapusnya perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863, kehidupan ekonomi semakin tidak menentu. Pada tahun 1870, pemerintah Belanda menandatangani sebuah perjanjian dengan Inggris sbg mendatangkan imigran asing ke Suriname. Perjanjian ini diimplementasikan secara resmi pada tahun 1873 sampai 1917, di mana rombongan imigran Hindustan pertama dari India didatangkan. Kedatangan rombongan berikutnya adalah para imigran dari Jawa pada tahun 1890 - 1939. Seiring dengan diletakkannya para imigran di sektor perkebunan, Suriname mengalami kemajuan pula dalam beberapa babak lainnya. Telekomunikasi, pembuatan jalan raya dan pembukaan jalur hubungan laut langsung sela Suriname dan Belanda adalah contoh. Pecahnya Perang Alam Pertama tidak memengaruhi situasi ekonomi-politik Suriname. Pada tanggal 15 Desember 1954, pemerintah Belanda bersama beberapa wakil dari Suriname menandatangani sebuah memorandum yang intinya rencana pengakhiran penjajahan. Dalam sebuah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1961, para wakil Suriname yang dipimpin oleh Perdana Menteri Johan Adolf Pengel menuntut diwujudkannya sebuah pemerintahan sendiri. Tuntutan itu semakin menjadi setelah didirikannya beberapa partai politik yang diwujudkan pada dasawarsa itu, semakin gencar menyampaikan tuntutan supaya Suriname diberikan kebebasan penuh secepatnya. Tuntutan ini ditanggapi secara serius dengan disediakannya sebuah konferensi di Belanda pada tahun 1970. Konferensi ini disediakan sbg membicarakan persiapan pelepasan Suriname sekaligus menyusun kabinet yang terdiri dari wakil-wakil partai. Suriname kemudian menjadi negara merdeka sejak tanggal 25 November 1975. Walaupun demikian, perekonomian negara yang baru merdeka ini tetap sangat tergantung pada bantuan pembangunan Belanda. Upaya-upaya penggulingan kekuasaanPada tanggal 25 Februari 1980, lima tahun setelah kemerdekaannya, Suriname diguncang oleh kudeta yang dilancarkan pihak militer yang diterapkan oleh para Sersan yang dipimpin Sersan Mayor Desiree Delano Bouterse dan Sersan Roy Dennis Horb. Peristiwa kudeta ini sudah mengakibatkan jatuhnya Pemerintah Demokrasi Parlementer pertama sejak kemerdekaan Suriname. Setelah Rezim Militer Berkuasa, timbullah gerakan-gerakan kontra-revolusi yang mempunyai tujuan sbg mengembalikan demokrasi di Suriname dengan kudeta. Namun beberapa usaha kudeta itu gagal sbg menggulingkan rezim militer Bouterse. Kudeta tersebut di antaranya: kudeta oleh Sersan Fred Ormskerk pada 30 Maret 1980, kudeta oleh Sersan Wilfred Hawker pada 15 March 1981, dan terakhir oleh Letnan Surendre Rambocus dan Sersan Djiewansingh Sheombar yang dibantu oleh himpunan sayap kanan, kaum Buruh, dan politisi Hindustani dan Jawa, tetapi kudeta ini pun gagal. Sbg reaksi terhadap pemberontakan tersebut, pada tanggal 8 Desember 1982 pihak militer memperagakan penembakan terhadap 15 tokoh oposisi demonstran. Peristiwa ini sudah menjadi penyebab untuk dihentikannya bantuan pembangunan Belanda untuk Suriname, yang berdampak pada semakin buruknya kondisi perekonomian Suriname. Namun hal ini tidak membikin upaya menggulingkan rezim militer beristirahat, justru ini memicu muncul perlawanan yang lain dan kali datang dari Etnis Bushnegro dan Amerindian di Pedalaman Suriname. Mereka tampil sbg penentang utama kekuasaan militer. Kelompok-kelompok militan dari kedua golongan itu adalah himpunan Mandela (Bushnegro) di bawah pimpinan mantan babak militer Ronnie Brunswijk dan himpunan Tukayana Amazones (Amerindian) dibawah pimpinan Alex Jubitana dan Thomas Sabajo. Sekitar 35.000 masyarakat Bushnegro dan 6.500 Amerindian sudah menjadi pelaku utama pemberontakan terhadap penguasa militer. Puncak dari konflik bersenjata tersebut terjadi pada tahun 1986, yaitu ketika Pihak Militer terpaksa harus berhadapan dengan pemberontak Bushnegro yang sudah bersatu dan menamakan dirinya Jungle Commando, dan satu peleton Tentara yang gagal menangkap Ronnie Brunswijk kemudian memperagakan pembantaian terhadap 35 orang Bushnegro di Desa Moiwana (Moiwana Massacre). Sementara itu, dalam tahun yang sama himpunan Amerindian juga meningkatkan gerakan pemberontakannya. Kemelut ini sudah mengakibatkan sekitar 7000 orang Bushnegro melarikan diri ke Cayenne (Guyana Perancis) dan berkeinginan suaka politik untuk pemerintah setempat. Kembali ke demokrasiPemerintah militer diakhiri dengan penyelenggaraan pemilihan umum pada bulan November 1987, yang sudah mengembalikan kekuasaan pemerintah untuk golongan sipil. Namun demikian, pemerintahan hasil pemilu ini tidak berlangsung lama. Pada bulan Desember 1990, pihak militer kembali melancarkan kudeta tidak berdarah yang dikenal dengan sebutan Kudeta Telepon. Akibatnya pemerintah yang demokratis kembali lumpuh. Pihak militer kemudian membentuk Pemerintah Sementara yang salah satu tugasnya adalah mempersiapkan pemilihan umum yang demokratis. Pada bulan Mei 1991, Pemerintah Sementara sudah sukses menyilakan duduk tugasnya, yaitu dengan disediakannya pemilihan umum, namun akibatnya tidak sesuai dengan keinginan militer, karena kemenangan telah tersedia di tangan golongan sipil. Pada bulan September tahun yang sama, sudah terbentuk pemerintah yang baru, dan Drs. R.R. Venetiaan terpilih sbg presiden dan dengan demikian, maka berakhirlah kekuasaan militer. Langkah terpenting yang segera diupayakan oleh Pemerintah Venetiaan adalah melanjutkan usaha-usaha ke arah perdamaian yang sudah dirintis oleh pemerintah sipil sebelumnya. Hal ini tentunya adalah tugas berat untuk pemerintah yang baru terbentuk tersebut, terutama karena kondisi ekonomi dan keuangan Suriname yang sangat memprihatinkan, sbg dampak dari kemelut politik yang berkepanjangan. Dalam melaksanakan upaya perdamaian tersebut, Presiden R.R. Venetiaan sudah membentuk suatu Komisi Khusus yang memperagakan pekerjaan sama dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi terkait lainnya. Dalam Pemilu bulan Mei 1996 koalisi penguasa New Front (NF) dan Presiden Venetiaan mengalami kekalahan dan pemerintahannya dialihkan oleh calon dari oposisi Drs. Jules Wijdenbosch Nationale Demokratische Partij (NDP) dan Radakishun Vooruitstrevende Hervorming Partij (VHP), yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Kemudian pada pemilu yang disediakan pada tanggal 25 Mei 2000, kekuasaan sukses diraih kembali oleh kombinasi pengusa New Front yang terdiri dari parpol Nationale Partij Suriname (NPS), VHP, Pertjajah Agung dan Surinaamse Partij van de Arbeid (SPA). Kemenangan New Front ini mengantarkan kembali R.R. Venetiaan (NPS) ke tampuk kursi kepresidenan dan memimpin Suriname sbg masa 5 tahun (tahun 2000-2005). Sbg Wakil Presiden sudah terpilih Jules Rattankoemar Ajodhia dari partai VHP. DemografiPopulasiPopulasi Suriname terdiri dari beberapa himpunan minoritas. Himpunan terbesarnya adalah Hindustani. Berdasarkan Sensus Tahun 1990, sekitar 143.640 orang (34,2%) adalah keturunan Hindustani, 132.300 orang (31,5%) adalah Kreol, 95.740 orang (22,8%) adalah orang Jawa, 35.700 orang (8,5%) adalah keturunan Bushnegro, dan 7.560 orang (1,8%) adalah Amerindian. Sisanya 5.040 orang (1,2%) adalah keturunan Tionghoa, Eropa (Portugis, Belanda, Inggris), Yahudi Sefardim, Brasil, dan Libanon. Berdasarkan data statistik dari Biro Pusat Administrasi Kependudukan Suriname, banyak masyarakat Suriname pada sensus tahun 2003 tercatat 481.146 warga negara Suriname dengan rata-rata pertumbuhan masyarakat 1,3 %. Selain itu terdapat pula warga asing, di antaranya: orang Brasil (45.000), orang Guyana (40.000), dan lain-lain (orang Karibia, orang Venezuela, orang Kolombia dan lain-lain mencapai 10.000 jiwa). Populasi Suriname berdasarkan sensus tahun 2004 adalah sbg berikut:
AgamaPada sensus ketujuh, tahun 2007, rasio antar-agama adalah sbg berikut:
BahasaBahasa Belanda adalah bahasa resmi di Suriname. Orang Suriname juga bicara bahasa mereka: Sranang Tongo, bahasa Hindustani, bahasa Jawa Suriname, dan lainnya. Dan juga bahasa asal bahasa Karibia dan bahasa Arawakan, orang India Suriname juga cakap bahasa mereka sendiri. Selain itu, bahasa Inggris juga dipakai lapang, terutama dalam sarana prasarana dan toko yang berpandangan pariwisata. Lambang NegaraLambang Suriname Lambang negara Suriname digambarkan dalam bangun-bangun dua orang Amer-Indian yang memegang busur panah dan mengapit sebuah perisai mempunyai bangun-bangun oval, berdiri di atas pita dengan tulisan Justitia Pietas, Fides. Tergambar dalam perisai tersebut, di babak kiri sebuah kapal layar dan di babak sebelah kanan sebuah pohon sejenis palma. Kedua gambar tersebut dipisahkan oleh garis vertikal mengikat sebuah babak empat belah ketupat akurat di tengah perisai, dan di dalam babak empat belah ketupat tersebut tergambar bintang babak lima. Distrik dan resorPeta distrik di suriname Suriname dibagi lagi menjadi 62 resor (ressorten). TopografiDaratannya dibedakan menjadi tiga babak, yaitu : Kawasan pesisir/pantaiKawasan pesisir / pantai muda, terbentuk dari tanah liat yang pekat, sela pasir pantai dan kumpulan karang yang telah tersedia di bawah permukaan laut. Sedangkan pantai tua beberapa agung wilayahnya telah tersedia di atas permukaan laut. Kedua kawasan ini, sejak dikenalkannya sistem “polder“ dan pompanisasi, mengembang menjadi kawasan pertanian subur dan wilayah pemukiman masyarakat. Namun 2 tahun belakangan ini, lahan-lahan pertanian tersebut banyak yang terlantar dampak krisis keuangan sbg pengelolaan sistem irigasi yang bergantung untuk pompa. Kawasan sabanaKawasan Sabana adalah kawasan yang tertutup pasir dan sangat gersang. Di kawasan ini hanya tumbuh jenis rumput-rumput tertentu. Kawasan dataran tinggiKawasan dataran tinggi, telah tersedia di sebelah selatan, sepanjang perbatasan dengan wilayah Brazil. Beberapa agung kawasan ini tertutup oleh hutan tropis yang menghasilkan kayu berharga tinggi (kayu keras). Flora dan faunaSemakin dari 80 % tanah Suriname sedang berupa hutan belukar yang di dalamnya hidup bermacam jenis/species tumbuhan dan satwa. Suriname terkenal kaya akan jenis floranya. Di lain jenis tumbuhan yang terkenal adalah jenis kayu keras seperti Bruinhard, Purplehard dan Zwartekabes. Kayu-kayu tersebut diekspor dan adalah sumber devisa negara yang sangat penting. Di samping itu, Suriname juga terkenal dengan bermacam jenis satwa, tidak memihak yang sudah diternakkan maupun yang sedang adalah binatang liar. Galeria gambarLihat jugaReferensi
Tautan luaredunitas.com Page 17Republik Suriname (Surinam), dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan merupakan bekas yang dijajah Belanda. Negara ini bersamaan batasnya dengan Guyana Perancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan bersamaan batasnya dengan Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik. Di Suriname tinggal sekitar 75.000 orang Jawa dan dibawa ke sana dari Hindia Belanda sela tahun 1890-1939. Suriname merupakan salah satu babak Organisasi Konferensi Islam. SejarahWilayah Suriname mulai dikenal lapang sejak 100 tahun ke-15, yaitu ketika bangsa-bangsa imperialis Eropa berlomba menguasai Guyana, suatu dataran lapang yang berada di sela Samudera Atlantik, Sungai Amazon, Rio Negro, Sungai Cassiquiare dan Sungai Orinoco. Semula dataran ini oleh para pandai kartografi diberi nama Guyana Karibania (Guyana yang berfaedah dataran lapang yang dialiri oleh banyak sungai dan Karibania dari kata Caribs yaitu nama masyarakat asli yang pertama kali mendiami dataran tersebut). Dalam suatu kisah fiktif "El Dorado", Guyana digambarkan sebagai suatu wilayah yang kaya akan kandungan emas. Para pandai sejarah memperkirakan bahwa kisah fiktif tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong orang-orang Eropa untuk berlomba menguasai Guyana. Masa penjajahanPada tahun 1449 pelaut Spanyol, Alonzo de Ojeda dan Juan de la Cosa berlayar menyusuri pantai timur laut Amerika Selatan, yang saat itu mereka sebut Wild Coast, dan mendarat di wilayah Guyana. Vincent Juan Pinzon kemudian menguasai Guyana atas nama Raja Spanyol. Selama 100 tahun ke-16 dan ke-17, Guyana direbut berubah-ubah oleh Spanyol, Belanda, Inggris, Perancis dan Portugal. Pada tahun 1530 Belanda membangun pusat perdagangan pertama di dataran tersebut. Pada tahun 1593 raja Spanyol mengambil alih dan menguasai Guyana sampai tahun 1595, yaitu ketika para bangsawan Inggris datang dan mulai mengusai daerah-daerah pantai. Sementara itu, Belanda mulai mengembangkan perdagangannya secara bertahap di kawasan pedalaman. Kawasan Guyana sepenuhnya jatuh ke tangan Inggris sejak tahun 1630 sampai tahun 1639. Pada tahun yang sama Belanda sukses menguasai kembali beberapa agung Guyana sedangkan Perancis menguasai daerah-daerah di samping sungai Suriname. Dampak dari persaingan tersebut, wilayah Guyana saat ini terbagi menjadi lima babak yaitu Guyana Espanola (bagian dari Venezuela sekarang); Inglesa (Guyana sekarang); Holandesa (Suriname); Francesa (Cayenne) dan Portuguesa (bagian dari wilayah Brasil). Suriname berada di babak tengah dari wilayah Guyana yang sudah terbagi-bagi tersebut, terbentang sela dua derajat sampai enam derajat Lintang Utara, dan sela 54 derajat sampai 58 derajat Bujur Barat dengan lapang wilayah kurang semakin 163.265 kilometer persegi. Batas babak timur wilayah Suriname adalah Sungai Marowijne yang memisahkan Suriname dengan Cayenne; di babak selatan terdapat deretan pegunungan Acarai dan Toemoe hoemak yang memisahkan Suriname dengan wilayah Brasil. Di babak barat bersamaan batasnya dengan wilayah Guyana yang ditandai oleh arus Sungai Corantijne, sementara di babak utara dibatasi oleh garis pantai Samudera Atlantik. Pada tahun 1651 Suriname diserang oleh Inggris dan sejak saat itu, menjadi wilayah kekuasaan Inggris sampai penandatanganan perjanjian perdamaian Breda tahun 1667. Berdasarkan perjanjian itu, Suriname menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Namun Inggris kembali memasuki Suriname pada tahun 1781 sampai 1783 dan Suriname kemudian menjadi kawasan protektorat Inggris dari tahun 1799 sampai 1802. Menempuh perjanjian Amiens, 27 Maret 1802, Suriname, Barbice, Demerara dan Essquibo berada di bawah kekuasaan Belanda, namun setahun kemudian Inggris kembali merebut wilayah-wilayah itu dan sejak tahun 1804 Suriname menjadi koloni Inggris dengan sebutan the British Interregnum. Selama Suriname berada di bawah kekuasaan Inggris, situasi ekonomi Suriname mengalami kemunduran. Penyebab utama adalah pelarangan perdagangan budak, sementara kebun-kebun masih sangat memerlukan tenaga buruh untuk diurus. Kemudian menempuh perjanjian London pada tanggal 13 Agustus 1814 dan diratifikasi dalam perjanjian Wina, Suriname dikembalikan lagi kepada pihak Belanda. Pemerintahan Suriname dipimpin langsung oleh seorang gubernur dengan ditemani oleh sebuah dewan kepolisian yang bekerja sebagai penasihat gubernur. Dengan dihapusnya perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863, kehidupan ekonomi semakin tidak menentu. Pada tahun 1870, pemerintah Belanda menandatangani sebuah perjanjian dengan Inggris untuk mendatangkan imigran asing ke Suriname. Perjanjian ini diimplementasikan secara resmi pada tahun 1873 sampai 1917, di mana rombongan imigran Hindustan pertama dari India didatangkan. Kedatangan rombongan berikutnya adalah para imigran dari Jawa pada tahun 1890 - 1939. Seiring dengan diletakkannya para imigran di sektor perkebunan, Suriname mengalami kemajuan pula dalam beberapa babak lainnya. Telekomunikasi, pembuatan jalan raya dan pembukaan jalur hubungan laut langsung sela Suriname dan Belanda merupakan contoh. Pecahnya Perang Alam Pertama tidak memengaruhi situasi ekonomi-politik Suriname. Pada tanggal 15 Desember 1954, pemerintah Belanda bersama beberapa wakil dari Suriname menandatangani sebuah memorandum yang intinya rencana pengakhiran penjajahan. Dalam sebuah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1961, para wakil Suriname yang dipimpin oleh Perdana Menteri Johan Adolf Pengel menuntut diwujudkannya sebuah pemerintahan sendiri. Tuntutan itu semakin menjadi setelah didirikannya beberapa partai politik yang diwujudkan pada dasawarsa itu, semakin gencar menyampaikan tuntutan supaya Suriname diberikan kebebasan penuh secepatnya. Tuntutan ini ditanggapi secara serius dengan disediakannya sebuah konferensi di Belanda pada tahun 1970. Konferensi ini disediakan untuk membicarakan persiapan pelepasan Suriname sekaligus menyusun kabinet yang terdiri dari wakil-wakil partai. Suriname kemudian menjadi negara merdeka sejak tanggal 25 November 1975. Walaupun demikian, perekonomian negara yang baru merdeka ini tetap sangat tergantung pada bantuan pembangunan Belanda. Upaya-upaya penggulingan kekuasaanPada tanggal 25 Februari 1980, lima tahun setelah kemerdekaannya, Suriname diguncang oleh kudeta yang dilancarkan pihak militer yang diterapkan oleh para Sersan yang dipimpin Sersan Mayor Desiree Delano Bouterse dan Sersan Roy Dennis Horb. Peristiwa kudeta ini sudah mengakibatkan jatuhnya Pemerintah Demokrasi Parlementer pertama sejak kemerdekaan Suriname. Setelah Rezim Militer Berkuasa, timbullah gerakan-gerakan kontra-revolusi yang mempunyai tujuan untuk mengembalikan demokrasi di Suriname dengan kudeta. Namun beberapa usaha kudeta itu gagal untuk menggulingkan rezim militer Bouterse. Kudeta tersebut di antaranya: kudeta oleh Sersan Fred Ormskerk pada 30 Maret 1980, kudeta oleh Sersan Wilfred Hawker pada 15 March 1981, dan terakhir oleh Letnan Surendre Rambocus dan Sersan Djiewansingh Sheombar yang dibantu oleh himpunan sayap kanan, kaum Buruh, dan politisi Hindustani dan Jawa, tetapi kudeta ini pun gagal. Sebagai reaksi terhadap pemberontakan tersebut, pada tanggal 8 Desember 1982 pihak militer memperagakan penembakan terhadap 15 tokoh oposisi demonstran. Peristiwa ini sudah menjadi penyebab untuk dihentikannya bantuan pembangunan Belanda kepada Suriname, yang berdampak pada semakin buruknya kondisi perekonomian Suriname. Namun hal ini tidak membikin upaya menggulingkan rezim militer beristirahat, justru ini memicu muncul perlawanan yang lain dan kali datang dari Etnis Bushnegro dan Amerindian di Pedalaman Suriname. Mereka tampil sebagai penentang utama kekuasaan militer. Kelompok-kelompok militan dari kedua golongan itu adalah himpunan Mandela (Bushnegro) di bawah pimpinan mantan babak militer Ronnie Brunswijk dan himpunan Tukayana Amazones (Amerindian) dibawah pimpinan Alex Jubitana dan Thomas Sabajo. Sekitar 35.000 masyarakat Bushnegro dan 6.500 Amerindian sudah menjadi pelaku utama pemberontakan terhadap penguasa militer. Puncak dari konflik bersenjata tersebut terjadi pada tahun 1986, yaitu ketika Pihak Militer terpaksa harus berhadapan dengan pemberontak Bushnegro yang sudah bersatu dan menamakan dirinya Jungle Commando, dan satu peleton Tentara yang gagal menangkap Ronnie Brunswijk kemudian memperagakan pembantaian terhadap 35 orang Bushnegro di Desa Moiwana (Moiwana Massacre). Sementara itu, dalam tahun yang sama himpunan Amerindian juga meningkatkan gerakan pemberontakannya. Kemelut ini sudah mengakibatkan sekitar 7000 orang Bushnegro melarikan diri ke Cayenne (Guyana Perancis) dan berkeinginan suaka politik kepada pemerintah setempat. Kembali ke demokrasiPemerintah militer diakhiri dengan penyelenggaraan pemilihan umum pada bulan November 1987, yang sudah mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada golongan sipil. Namun demikian, pemerintahan hasil pemilu ini tidak berlangsung lama. Pada bulan Desember 1990, pihak militer kembali melancarkan kudeta tidak berdarah yang dikenal dengan sebutan Kudeta Telepon. Dampaknya pemerintah yang demokratis kembali lumpuh. Pihak militer kemudian membentuk Pemerintah Sementara yang salah satu tugasnya adalah mempersiapkan pemilihan umum yang demokratis. Pada bulan Mei 1991, Pemerintah Sementara sudah sukses menyilakan duduk tugasnya, yaitu dengan disediakannya pemilihan umum, namun akibatnya tidak sesuai dengan harapan militer, karena kemenangan berada di tangan golongan sipil. Pada bulan September tahun yang sama, sudah terbentuk pemerintah yang baru, dan Drs. R.R. Venetiaan terpilih sebagai presiden dan dengan demikian, maka berakhirlah kekuasaan militer. Langkah terpenting yang segera diupayakan oleh Pemerintah Venetiaan adalah melanjutkan usaha-usaha ke arah perdamaian yang sudah dirintis oleh pemerintah sipil sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan tugas berat untuk pemerintah yang baru terbentuk tersebut, terutama karena kondisi ekonomi dan keuangan Suriname yang sangat memprihatinkan, sebagai dampak dari kemelut politik yang berkepanjangan. Dalam melaksanakan upaya perdamaian tersebut, Presiden R.R. Venetiaan sudah membentuk suatu Komisi Khusus yang memperagakan pekerjaan sama dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi terkait lainnya. Dalam Pemilu bulan Mei 1996 koalisi penguasa New Front (NF) dan Presiden Venetiaan mengalami kekalahan dan pemerintahannya digantikan oleh calon dari oposisi Drs. Jules Wijdenbosch Nationale Demokratische Partij (NDP) dan Radakishun Vooruitstrevende Hervorming Partij (VHP), yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Kemudian pada pemilu yang disediakan pada tanggal 25 Mei 2000, kekuasaan sukses diraih kembali oleh kombinasi pengusa New Front yang terdiri dari parpol Nationale Partij Suriname (NPS), VHP, Pertjajah Agung dan Surinaamse Partij van de Arbeid (SPA). Kemenangan New Front ini mengantarkan kembali R.R. Venetiaan (NPS) ke tampuk kursi kepresidenan dan memimpin Suriname untuk masa 5 tahun (tahun 2000-2005). Sebagai Wakil Presiden sudah terpilih Jules Rattankoemar Ajodhia dari partai VHP. DemografiPopulasiPopulasi Suriname terdiri dari beberapa himpunan minoritas. Himpunan terbesarnya adalah Hindustani. Berdasarkan Sensus Tahun 1990, sekitar 143.640 orang (34,2%) adalah keturunan Hindustani, 132.300 orang (31,5%) adalah Kreol, 95.740 orang (22,8%) adalah orang Jawa, 35.700 orang (8,5%) merupakan keturunan Bushnegro, dan 7.560 orang (1,8%) adalah Amerindian. Sisanya 5.040 orang (1,2%) merupakan keturunan Tionghoa, Eropa (Portugis, Belanda, Inggris), Yahudi Sefardim, Brasil, dan Libanon. Berdasarkan data statistik dari Biro Pusat Administrasi Kependudukan Suriname, jumlah masyarakat Suriname pada sensus tahun 2003 tercatat 481.146 warga negara Suriname dengan rata-rata pertumbuhan masyarakat 1,3 %. Selain itu terdapat pula warga asing, di antaranya: orang Brasil (45.000), orang Guyana (40.000), dan lain-lain (orang Karibia, orang Venezuela, orang Kolombia dan lain-lain mencapai 10.000 jiwa). Populasi Suriname berdasarkan sensus tahun 2004 adalah sebagai berikut:
AgamaPada sensus ketujuh, tahun 2007, rasio antar-agama adalah sebagai berikut:
BahasaBahasa Belanda merupakan bahasa resmi di Suriname. Orang Suriname juga bicara bahasa mereka: Sranang Tongo, bahasa Hindustani, bahasa Jawa Suriname, dan lainnya. Dan juga bahasa asal bahasa Karibia dan bahasa Arawakan, orang India Suriname juga cakap bahasa mereka sendiri. Selain itu, bahasa Inggris juga digunakan lapang, terutama dalam sarana prasarana dan toko yang berpandangan pariwisata. Lambang NegaraLambang Suriname Lambang negara Suriname digambarkan dalam bangun-bangun dua orang Amer-Indian yang memegang busur panah dan mengapit sebuah perisai berwujud oval, berdiri di atas pita dengan tulisan Justitia Pietas, Fides. Tergambar dalam perisai tersebut, di babak kiri sebuah kapal layar dan di babak sebelah kanan sebuah pohon sejenis palma. Kedua gambar tersebut dipisahkan oleh garis vertikal mengikat sebuah babak empat belah ketupat tepat di tengah perisai, dan di dalam babak empat belah ketupat tersebut tergambar bintang babak lima. Distrik dan resorPeta distrik di suriname Suriname dibagi lagi menjadi 62 resor (ressorten). TopografiDaratannya dibedakan menjadi tiga babak, yaitu : Kawasan pesisir/pantaiKawasan pesisir / pantai muda, terbentuk dari tanah liat yang pekat, sela pasir pantai dan kumpulan karang yang berada di bawah permukaan laut. Sedangkan pantai tua beberapa agung wilayahnya berada di atas permukaan laut. Kedua kawasan ini, sejak diperkenalkannya sistem “polder“ dan pompanisasi, berkembang menjadi kawasan pertanian subur dan wilayah pemukiman masyarakat. Namun 2 tahun belakangan ini, lahan-lahan pertanian tersebut banyak yang terlantar dampak krisis keuangan untuk pengelolaan sistem irigasi yang bergantung kepada pompa. Kawasan sabanaKawasan Sabana merupakan kawasan yang tertutup pasir dan sangat gersang. Di kawasan ini hanya tumbuh jenis rumput-rumput tertentu. Kawasan dataran tinggiKawasan dataran tinggi, berada di sebelah selatan, sepanjang perbatasan dengan wilayah Brazil. Beberapa agung kawasan ini tertutup oleh hutan tropis yang menghasilkan kayu berharga tinggi (kayu keras). Flora dan faunaSemakin dari 80 % tanah Suriname masih berupa hutan belukar yang di dalamnya hidup bermacam jenis/species tumbuhan dan satwa. Suriname terkenal kaya akan jenis floranya. Di lain jenis tumbuhan yang terkenal adalah jenis kayu keras seperti Bruinhard, Purplehard dan Zwartekabes. Kayu-kayu tersebut diekspor dan merupakan sumber devisa negara yang sangat penting. Di samping itu, Suriname juga terkenal dengan bermacam jenis satwa, tidak memihak yang sudah diternakkan maupun yang masih merupakan binatang liar. Galeria gambarLihat pulaReferensi
Pranala luaredunitas.com Page 18
edunitas.com Page 19
edunitas.com Page 20
edunitas.com Page 21Tags (tagged): portal of electronics, unkris, portal, of, electronics, of electronics, instrumentasi alat alat, menggunakan dasar, kerja, komponen pasif resistor, kondensator ntc, ptc, ldr relay, if, demodulator modulator, pengolah, warna rgb filter, de coulomb, thomas, alfa edison albert, einstein michael, center, of studies politik, sastra sejarah, seni, teknologi komunitas portal, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, portal of, of studies, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 22Tags (tagged): portal of electronics, unkris, portal, of, electronics, of electronics, ilmu mempelajari alat, alat seperti, merupakan, card dll selengkapnya, sunting teori, elektronika, konstanta, elektromekanik mikrofon, speaker strain, gauge, saklar, digital komputer, sunting cabang, avionik sistem, center, of studies, werner, von siemens nikola, tesla alessandro, volta, james watt portal, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, portal of, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 23Tags (tagged): portal elektronika, unkris, ilmu mempelajari, alat, alat seperti merupakan, card dll, selengkapnya, sunting teori elektronika, konstanta, elektromekanik, mikrofon, speaker strain gauge, saklar, digital, komputer, sunting cabang elektronika, avionik sistem, pusat, ilmu pengetahuan werner, von siemens, nikola, tesla alessandro volta, james watt, portal, elektronika, program kuliah, pegawai, kelas, weekend, pusat ilmu, pengetahuan, kelas eksekutif, ensiklopedi, bahasa indonesia, ensiklopedia Page 24Tags (tagged): portal elektronika, unkris, instrumentasi alat, alat, menggunakan dasar kerja, komponen pasif, resistor, kondensator ntc ptc, ldr relay, if, demodulator modulator pengolah, warna rgb, filter, de coulomb thomas, alfa edison, albert, einstein michael, pusat, ilmu pengetahuan, politik, sastra sejarah seni, teknologi komunitas, portal, elektronika, program kuliah, pegawai, kelas, weekend, pusat ilmu, pengetahuan, kelas eksekutif, ensiklopedi, bahasa indonesia, ensiklopedia Page 25Tags (tagged): portal, eropa, portal eropa, unkris, oleh, perbedaan, budaya batasnya utara, belanda tempat, parlemen, ibu kota, penduduk, 933 080, wilayah, metropolitan pada sensus, bahwa danau, baikal, terletak siberia, pusat, ilmu pengetahuan, norwegia, perancis polandia portugal, rumania rusia, san, marino portal eropa Page 26Tags (tagged): portal, eropa, portal eropa, unkris, atlantik, selatan, dibatasi oleh laut, tengah batas, parlemen, ibu kota provinsi, zuid holland, holland, tengah antara marseille, genoa penduduk, 933, 080, eropa lihat, pula sejarah, suku bangsa dari, eropa tokoh, pusat, ilmu pengetahuan republik, irlandia irlandia, utara, islandia italia jerman |