Suku yahudi yang tinggal di madinah serta terikat perjanjian damai dengan

Lihat Foto

britannica.com

Lukisan Perang Bani Nadhir

KOMPAS.com - Perang Bani Nadhir merupakan perang antara kaum muslimin dan kaum Yahudi di Madinah.

Perang Bani Nadhir berlangsung pada tahun 4 Hijriah atau 625 Masehi. Perang ini dinamakan dengan Bani Nadhir karena kaum Yahudi yang berperang melawan kaum muslim berasal dari Bani Nadhir.

Latar Belakang

Pada awal kedatangan Nabi Muhammad SAW di Madinah, beliau membuat perjanjian dalam bentuk piagam persaudaraan yang bernama Piagam Madinah.

Pasal-pasal dalam Piagam Madinah menetapkan hak dan kewajiban dari seluruh warga Madinah termasuk kaum Muhajirin, Ansor, dan Yahudi. Piagam Madinah telah disepakati oleh seluruh golongan masyarakat Madinah sebagai konstitusi.

Baca juga: Perang Badar: Latar Belakang dan Dampaknya

Dalam buku Sejarah Islam Klasik (2013) karya Susmihara dan Rahmat, Perang Bani Nadhir disebabkan oleh penghianatan dari Bani Nadhir terhadap Piagam Madinah yang telah disepakati.

Mereka secara terselubung menciptakan gerakan-gerakan untuk menghancurkan Islam dan mengusir umat Islam dari Madinah.

Bani Nadhir membocorkan rahasia kekuatan Islam di Madinah serta menginformasikan bagian-bagian terlemah dari kota Madinah kepada kaum Quraisy.

Selain itu, mereka juga secara terang-terangan membunuh dan menyakiti kaum muslimin serta melakukan percobaan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW.

Bani Nadhir pada awalnya tidak ingin bertempur dengan pasukan muslim karena mereka tahu perbedaan kekuatan yang sangat berbeda. Mereka berniat untuk meninggalkan Madinah sebelum pasukan muslim datang.

Baca juga: Perang Padri, Perang Saudara yang Berubah Melawan Belanda

Namun, keputusan tersebut berubah karena adanya hasutan dari orang munafik Yahudi bernama Abdullah bin Ubai yang menjanjikan bantuan pasukan dari Bani Quraizhah dan Bani Ghatafan.

Mereka akhirnya membuat keputusan melaksanakan strategi defensif di dalam benteng sembari menunggu bantuan yang dijanjikan.

Dalam buku Perang-Perang dalam Sejarah Islam (2014) karya Sitiatava, pasukan muslim di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW mulai melakukan pengepungan terhadap benteng Bani Nadhir pada bulan Rabiul Awal, tahun 4 Hijriah.

Pengepungan kaum muslimin terhadap benteng Bani Nadhir berlangsung selama enam hari. Pada hari keenam, Bani Nadhir tidak melihat tanda-tanda dari kehadiran Bani Quraizhah dan Bani Ghatafan untuk membantu perang.

Selain itu stok makanan mereka juga sudah mulai menipis. Oleh karena itu, mereka menyatakan kekalahan kepada pasukan Islam dan siap menerima segala konsekuensinya.

Baca juga: Perang Asia Timur Raya: Latar Belakang dan Posisi Jepang

Nabi Muhammad SAW menerima pernyataan kalah mereka dan memperbolehkan mereka untuk meninggalkan Madinah dengan membawa harta benda selain emas, perak dan senjata.

Kemenangan umat muslim pada Perang Bani Nadhir mampu menyingkirkan orang-orang Yahudi penghianat dari kota Madinah serta memperkuat posisi Islam di Madinah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Perang Bani Qainuqa klimaks pengkhianatan Yahudi terhadap umat Islam.

Senin , 08 Jun 2020, 16:33 WIB

Pixabay

Perang Bani Qainuqa klimaks pengkhianatan Yahudi terhadap umat Islam.

Rep: Mabruroh Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perang Bani Qainuqa terjadi setelah Perang Badar Kubro. Perang Bani Qainuqa merupakan peperangan yang terjadi antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi Bani Qainuqa di Madinah pada Syawal tahun ke-2 Hijriyah. Tepatnya pada Sabtu pertengahan Syawal. 

Baca Juga

Sebelum perang Bani Qainuqa pecah, kaum Muslim hidup berdampingan dengan kaum Yahudi melalui Piagam Madinah. Dalam perjanjian damai tersebut tertuang apa saja hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah, sehingga mereka menjadi satu kesatuan komunitas.  

Sayangnya, kebencian kaum Yahudi terhadap Rasulullah SAW dan umat Muslim tidak terbendung. Sehingga menurut kitab-kitab sirah, pecahnya Perang Qainuqa disebabkan karena ketidaksukaan dan kedengkian kaum Yahudi yang semakin menjadi-jadi pascakemenangan kaum Muslim atas orang-orang Quraisy dalam Perang Badar. 

Selain itu juga karena perilaku orang Yahudi yang kerap mengganggu kaum Muslim sehingga dianggap tidak mengindahkan perjanjian perdamaian sebagaimana tertuang dalam Piagam Madinah. 

Dalam buku 'Biografi Rosulullah', Dr Mahdi Rizqullah Ahmad, mengisahkan mengenai penyebab pecahnya perang Qainuqa. Kaum Yahudi Bani Qainuqa dengan terang-terangan memperlihatkan kemarahan dan kedengkian mereka atas kemenangan kaum Muslimin di Perang Badar.

Hal tersebut terlihat jelas dari sikap mereka saat menghadiri undangan Rasulullah SAW setelah Perang Badar. "Saudara-saudara Yahudi, sebaiknya kalian masuk Islam sebelum apa yang menimpa kaum Quraisy itu juga menimpa kalian," ajak Rasulullah .  

Namun mereka menolak masuk Islam dan justru menyombongkan diri, seraya berseru "Wahai Muhammad, jangan terpedaya dengan keberhasilan kalian membunuh orang-orang Quraisy. Sebab, sesungguhnya mereka adalah bangsa yang tidak berpengalaman dan tidak tahu cara berperang. Sungguh, jika kalian berani memerangi kami, Engkau akan mengetahui betapa hebatnya bangsa seperti kami ini!"

Allah SWT lalu menurunkan firman-Nya : "Katakanlah kepada orang-orang yang kafir, Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka jahanam, dan itulah tempat yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongaan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesunggahnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang- orang yang mempunyai mata hati," (QS Ali Imran ayat 12-13).

Keonaran kaum Yahudi semakin menjadi-jadi, hingga datang suatu kejadian di mana seorang perempuan Muslimah berbelanja di pasar Bani Qainuqo. Orang-orang Yahudi tersebut melecehkan dengan meminta agar perempuan itu menyingkap jilbabnya. 

Tentunya dia menolak, tapi salah seorang dari kaum Yahudi tersebut diam-diam mengikat ujung pakaian perempuan Muslimah itu, sehingga ketika dia berdiri tersingkaplah auratnya dan membuatnya jatuh tersungkur. Perempuan itu menjerit dan minta tolong. 

Melihat kejadian itu, seorang Muslim yang kebetulan berada di lokasi berusaha menolong, tetapi dia justru dikeroyok orang-orang Yahudi hingga meninggal dunia. Peristiwa tersebut membangkitkan kemarahan kaum Muslimin untuk menuntut balas atas perilaku kaum Yahudi. Maka, sejak itu bentrokan dan perkelahian antara kaum Muslimin dan Yahudi Bani Qainuqa kerap kali terjadi.

Dalam suatu riwayat Ibnu Ishak, bahwa pecahnya perang Bani Qainuqa dipicu keonaran-keonaran yang dilakukan kaum Yahudi sehingga menyebabkan pengusiran kaum Yahudi dari Madinah. Inilah penyebab utama pengusiran mereka, karena sikap mereka yang terang-terangan memperlihatkan permusuhan dan menentang kaum Muslimin. Hal itu terbukti dengan keberanian mereka untuk mengingkari perjanjian dan membuat onar di Madinah.

Rasulullah bersama kaum Muslimin melakukan aksi balasan dengan mengepung kaum Yahudi selama 15 hari 15 malam berturut-turut tanpa ada dari mereka yang masuk ataupun keluar dari tempatnya. Saat situasi semakin bahaya karena tidak ada pasokan makanan yang masuk, mereka kemudian menyerah dengan menawarkan anak-anak dan istri-istri mereka  

Rasulullah SAW tidak teperdaya sedikitpun. Melalui pimpinan kaum Yahudi, Abdullah ibn Ubay ibn Salul mendatangi Rasulullah. Abdullah ibn Ubay memaksa agar Rasulullah mau menerima tawaran damai kaum Yahudi tersebut.

Bahkan dengan nada mendesak, dia berkata, "Berbuat baiklah kepada kawan-kawanku. Sebanyak 400 orang tanpa senjata dan 300 tentara berbaju zirah yang telah membelaku bertahun-tahun itu akankah engkau habisi dalam sehari?" Lalu, Rasulullah menjawab dengan tegas, "Mereka semua untukmu."

Setelah itu, Rasulullah SAW memerintahkan seluruh kaum Yahudi untuk keluar dari Madinah. Rasulullah SAW mengutus Ubadah ibn Shamit untuk mengurus persoalan tersebut.

Pada saat kaum Yahudi itu memerangi Rasulullah, Ubadah ibn Shamit telah keluar dari golongan mereka. Untuk menggambarkan peristiwa tersebut, Allah SWT menurunkan sebuah ayat yang menyinggung posisi Ubadah ibn Shamit dan Abdullah ibn Ubay ibn Salul. 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat urang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya berkata, "Kami takut akan mendapat bencana. Mudah-mudalan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau suatu keputusan dari sisi-Nya. Oleh karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka," (QS Al-Maidah: 51-52). 

Hadits yang menceritakan tentang pengusiran Bani Qainuqa dari Madinah termaktub di ash-Shahihain. Menurut berbagai riwayat yang mengisahkan pengepungan ini, orang-orang Yahudi yang diusir itu adalah para pengikut dan pendukung Abdullah ibn Ubay ibn Salul.

Mereka terdiri atas orang-orang Yahudi yang sangat pemberani. Ketika mereka mulai memperlihatkan permusuhan dan kedengkian terhadap Islam, Rasulullah khawatir mereka akan melakukan pengkhianatan. Beliau pun memutuskan untuk mengakhiri perjanjian dengan Yahudi Bani Qainuqa' secara terang-terangan.  

Tindakan itu sejalan dengan firman Allah, "Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat." (QS Al Anfal: 58). 

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA