Siapa nama orang lumpuh yang disembuhkan yesus

Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Lalu dibawalah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni.” Mendengar itu, berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya, “Orang ini menghujat Allah.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” – lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –, “Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Orang itu pun bangun lalu pulang. Melihat hal itu, orang banyak itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa seperti itu kepada manusia. (Mat 9:1-8) 

Bacaan Pertama: Kej 22:1-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:1-6,8-9

“Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni.” (Mat 9:2)

Ketika Yesus sampai ke kota-Nya sendiri (maksudnya: Kapernaum; bdk. Mrk 2:1-12), para ahli Taurat mengamati anak Yusuf tukang kayu dari Nazaret yang sederhana ini membuat mukjizat-mukjizat, bahkan mengampuni dosa. Tentunya mereka merasa bingung juga: Siapa sebenarnya orang ini? Melalui sarana apakah Dia menyembuhkan orang sakit? Dengan otoritas dan kuasa siapakah Dia mengampuni dosa. Para ahli Taurat itu tidak dapat memahami otoritas yang dimiliki Yesus; mereka malah menilai-Nya menghujat Allah. Biar bagaimana pun juga Yesus kan hanya seorang anak tukang kayu di sebuah kota kecil? Apalagi orang-orang Yahudi pada umumnya percaya bahwa tidak ada sesuatu yang baik datang dari Nazaret (Yoh 1:46).

Kita percaya bahwa Yesus memiliki kuat-kuasa dan otoritas mutlak atas segala hal di surga dan bumi. Dia datang ke tengah dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Sebagai kurban sempurna yang diberikan dengan bebas oleh Allah untuk menebus dosa-dosa kita-manusia, otoritas Yesus datang melalui kematian-Nya di atas kayu salib. Sepanjang Injilnya, Matius mengungkapkan keilahian Yesus: Yesus menyembuhkan orang kusta (Mat 8:1-4), yang sakit demam (Mat 8:14-15), yang lumpuh (Mat 9:1-8) dlsb. Ia memiliki kuasa atas alam seperti ditunjukkan-Nya ketika menenangkan angin ribut yang berkecamuk (Mat 8:23-27). Otoritas-Nya dalam bidang spiritual memanifestasikan dirinya selagi Dia mengusir roh-roh jahat (Mat 8:28-34) dan mengampuni dosa (Mat 9:2).

Bahkan pada hari ini pun Yesus memiliki otoritas atas dosa yang merupakan sebab-musabab penderitaan kita. Yang diminta oleh Yesus hanyalah agar kita percaya kepada-Nya. Kematian-Nya pada kayu salib merupakan pukulan mematikan terhadap dosa. Keporak-porandaan karena dosa tidak perlu mendominasi kehidupan kita. Sebaliknya, dalam Yesus, kepada kita telah diberikan kuasa dan otoritas untuk menjadi bebas-merdeka dari ikatan-ikatan dosa, rasa takut, kemarahan, dan depresi. Oleh kuasa yang kita  peroleh melalui kematian Yesus di kayu salib, kita dapat mengalami kuasa untuk menjadi bebas-merdeka dari berbagai hal yang disebutkan di atas dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dengan mengundang Yesus untuk hidup-berdiam dalam diri kita, kita sebenarnya ikut ambil bagian dalam kodrat-Nya. Setiap orang percaya yang dibaptis ke dalam Kristus dapat menjadi seorang pelayan dari rahmat-Nya, penyembuhan-Nya, dan kuat-kuasa-Nya atas dosa. Tentu saja kita sendiri bukanlah pembuat mukjizat. Yesus-lah sang Pembuat mukjizat! Sementara kita memperkenankan Yesus masuk semakin dalam ke dalam hati kita, maka kita mengambil oper karakter-Nya, dengan demikian menjadi “instrumen-instrumen” rahmat-Nya. Seperti ditulis oleh Santo Paulus, “… aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20).

Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus, marilah kita bergantung sepenuhnya pada janji-janji Yesus bagi kita agar dengan demikian kita dapat memanifestasikan kuat-kuasa-Nya dan otoritas-Nya di muka bumi ini.

DOA: Tuhan Yesus, kami ingin mengenal Engkau lebih mendalam lagi dan menjadi lebih dekat lagi dengan diri-Mu. Terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah menyerahkan hidup-Mu sendiri agar kami dapat memperoleh kehidupan bersama Engkau dan Bapa surgawi selama-lamanya. Kami memuliakan Engkau, karena Engkau sendirilah yang dapat membebas-merdekakan kami dari dosa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 9:1-8), bacalah tulisan yang berjudul “KUASA ILAHI UNTUK MENGAMPUNI DOSA” (bacaan tanggal 4-7-19) dalam situs/ blog PAX ET BONUM //catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 19-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2019.  

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2013) 

Cilandak, 2 Juli 2019 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Advertisement

PENGAMPUNAN DOSA DAN PENYEMBUHAN OLEH YESUS DI KAPERNAUM

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa I – Jumat, 18 Januari 2019)

PEMBUKAAN PEKAN DOA SEDUNIA UNTUK PERSATUAN UMAT KRISTIANI

 

Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersebarlah kabar bahwa Ia ada di rumah. Lalu datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di depan pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap di atas Yesus; sesudah terbuka mereka menurunkan tikar, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, “Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!”  Tetapi beberapa ahli Taurat sedang duduk di situ, dan mereka berpikir dalam hatinya, “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri?” Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu bahwa Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa di bumi ini” – berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –, “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tikarmu dan pulanglah ke rumahmu!” Orang itu pun bangun, segera mengangkat tikarnya dan pergi ke luar dari hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya, “Yang begini belum pernah kita lihat.”  (Mrk 2:1-12)

Bacaan pertama: Ibr 4:1-5,11; Mazmur Tanggapan: Mzm 78:3-4,6-8  

“Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!” (Mrk 2:5).

“Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tikarmu dan pulanglah ke rumahmu!” (Mrk 2:11).

Bayangkanlah diri anda sebagai orang lumpuh dalam bacaan Injil hari ini. Anda baru saja diturunkan dari atap rumah yang penuh sesak itu …… di atas tikar…… ke dalam ruangan yang dipadati dengan orang-orang …… tepat di depan Yesus. Tiba-tiba Yesus menaruh tangan-Nya atas diri anda seraya berkata: “Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!” (Mrk 2:5). Anda merasa lega sampai derajat tertentu, namun ketika anda melihat beberapa ahli Taurat yang duduk di situ menunjukkan wajah yang mencerminkan ketidaksenangan mereka, maka anda juga berkata dalam hati, “Aku masih lumpuh!”  Namun anda memang beruntung, karena Mesias datang bukan hanya untuk mengampuni dosa-dosa anda, melainkan juga untuk menyembuhkan sakit-penyakit dalam tubuh anda. Oleh karena itu, Yesus mendekati anda lagi sambil berkata, “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tikarmu dan pulanglah ke rumahmu!” (Mrk 2:11). Anda pun bangun, segera mengangkat tikar anda dan pergi keluar dari hadapan orang-orang itu dengan penuh sukacita. Hari itu adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidup anda!

Dari kehidupan-Nya dan pelayanan-Nya di depan umum, Yesus senantiasa memiliki keprihatinan untuk menyembuhkan seluruh pribadi manusia – roh, jiwa dan raga – dari cengkeraman dosa, supaya menjadi utuh lagi. Perempuan yang menderita pendarahan datang kepada Yesus dalam iman, lalu dia pun mengalami kesembuhan secara fisik (Mrk 5:25-34). Orang yang buta sejak lahirnya disembuhkan fisiknya, lalu bertemu dengan Yesus dan menerima serta mengakui Dia sebagai Tuhan-nya (Yoh 9:1-38). Orang-orang yang semula tidak percaya  seringkali beriman kepada Yesus karena menyaksikan sendiri satu atau lebih mukjizat penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus.

Ketika Yesus mengutus 70 (tujuh puluh) murid-Nya, Dia memerintahkan mereka untuk memberitakan Kabar Baik dan menyembuhkan orang sakit (Luk 10:1-9). “Kisah para Rasul” dipenuhi dengan cerita-cerita tentang penyembuhan dan mukjizat yang dilakukan oleh orang-orang Kristiani yang baru saja dipenuhi dengan Roh Kudus.

Sesungguhnya, Allah memiliki kuat-kuasa untuk menyembuhkan orang sakit dan membuat mukjizat-mukjizat – bahkan melalui diri kita (anda dan saya). Oleh karena itu, dalam upaya kita membawa terang Yesus Kristus kepada orang-orang lain, kita harus senantiasa waspada dan siap menghadapi situasi-situasi di mana kita didorong oleh Roh-Nya untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Dengan demikian, bila ada anggota keluarga kita – dekat dan/atau jauh – , kerabat kerja yang sedang sakit dan tentunya membutuhkan kesembuhan fisik, baiklah kita menawarkan diri untuk berdoa bersama orang itu. Kita tidak memerlukan rumusan doa yang istimewa; kita hanya perlu berdoa dalam iman sambil mengharapkan Allah melakukan hal-hal besar.

Kebanyakan kita pada umumnya merasa nyaman untuk percaya bahwa Allah dapat menyembuhkan roh kita dan mengampuni dosa kita, akan tetapi kita kurang merasa yakin bahwa Dia juga dapat menyembuhkan kita secara fisik. Oleh karena itu, janganlah kita membiarkan “rasa takut bahwa tidak ada yang akan terjadi” menghentikan upaya kita untuk mendoakan orang sakit.

DOA: Tuhan Yesus, berikanlah kepadaku roh keberanian untuk mendoakan orang-orang sakit sehingga dengan demikian aku dapat sungguh percaya dalam kuat-kuasa penyembuhan-Mu. Bawalah kepadaku orang-orang dengan siapa aku dapat bersama mereka dan bercerita tentang Engkau. Tunjukkanlah kuat-kuasa-Mu, ya Tuhan, dan dimuliakanlah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 2:1-12), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS SUNGGUH MEMPUNYAI KUASA UNTUK MENGAMPUNI DOSA” (bacaan tanggal 18-1-19) dalam situs/blog PAX ET BONUM //catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 19-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH 2019. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2013) 

Cilandak, 16 Januari 2019 [S. Berardus, Imam dkk. – Martir Pertama Ordo S. Fransiskus] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DALAM NAMA YESUS KRISTUS

(Bacaan Pertama Misa Kudus, HARI RABU DALAM OKTAF PASKAH, 4 April 2018)

Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu jam tiga sore, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah. Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah. Ketika orang itu melihat bahwa Petrus dan Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, ia meminta sedekah. Mereka menatap dia dan Petrus berkata, “Pandanglah kami.” Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, bangkit dan berjalanlah!” Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan pergelangan kaki orang itu. Ia melompat berdiri lalu berjalan ke sana ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, sambil berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah. Semua orang melihat dia berjalan sambil memuji Allah, lalu mereka mengenal dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah, sehingga mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya. (Kis 3:1-10) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 105:1-4,6-9; Bacaan Injil: Luk 24:13-35

“Sesungguhnya Tuhan telah bangkit.” (Luk 24:34)

Selama Oktaf Paskah, kita sebagai Gereja menikmati suatu pekan penuh sukacita merayakan kebangkitan Yesus dari dunia orang mati. Yesus mati sehingga kita dapat menyerukan nama-Nya dan mengalami kuat-kuasa nama-Nya itu, realitas nama itu, dan kebesaran serta keagungan karunia yang telah diberikan-Nya kepada kita umat manusia.

Selagi Petrus dan Yohanes mendekati gerbang Bait Allah yang bernama Gerbang Indah, mereka berjumpa dengan seorang lumpuh yang berbaring dekat pintu gerbang itu, yang biasa meminta sedekah di tempat itu. Orang lumpuh minta sedekah berupa uang, namun kedua rasul Kristus itu mempunyai harta yang jauh lebih besar dan berharga untuk ‘dibagikan’ kepada orang yang lumpuh sejak lahirnya itu.  ‘Semangat berbagi’ memang harus ada pada setiap orang Kristiani yang sejati, seperti ditunjukkan oleh kedua murid Yesus itu.

Kedua murid Yesus menatap orang lumpuh itu, kemudian Petrus berkata, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, bangkit dan berjalanlah!” (Kis 3:6). Petrus menyerukan nama Yesus, dan dia percaya bahwa Tuhan dan Guru-Nya itu – yang telah diproklamirkan olehnya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat 16:16) – dengan penuh kuasa dapat memenuhi kebutuhan sesungguhnya dari si lumpuh pada saat itu juga. Dia membantu si lumpuh untuk berdiri, dan memang, langsung saja kaki dan pergelangan kakinya menjadi kuat. Dia berjalan dan melompat-lompat serta memuji-muji Allah. Dengan dua orang rasul Yesus itu, dia akhirnya dapat masuk ke dalam Bait Allah – dipenuhi sukacita dan pujian sejati kepada Allah.

Dengan menyerukan kuat-kuasa dari nama Yesus, Petrus (dan Yohanes) sebenarnya menyerukan satu-satunya nama yang mempunyai kuat-kuasa untuk mengusir Iblis dan roh-roh jahat lainnya, menyembuhkan segala sakit-penyakit dan mengalahkan segala macam penindasan yang menimpa seseorang. Perhatikanlah, bahwa hanya setelah “Yesus” (bukan Petrus dan/atau Yohanes) membuat dirinya utuh, maka pengemis dapat masuk ke dalam Bait Allah dengan sukacita yang sejati. Yesus memberikan kepada orang itu apa yang sungguh dibutuhkan olehnya – dan pemberian Yesus itu sempurna adanya – dan dia mampu melompat-lompat dengan sukacita dan memuji Allah untuk apa yang dilakukan Yesus atas dirinya.

Apabila kita berdoa dalam nama Yesus, kita dapat mengharapkan terjadinya perubahan dalam kehidupan kita ataupun kehidupan orang lain. Oleh karena itu baiklah kita seringkali menyebut nama-Nya, berdoa dalam nama-Nya, bersekutu dengan saudari-saudara seiman dalam nama-Nya, menyerukan nama-Nya setiap kali kita berada dalam situasi sulit. Ini adalah warisan kita sebagai anak-anak Allah. “Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya, firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan”  (Mzm 105:8). Dalam Yesus Kristus, kita telah menerima nama – sang Sabda (Firman) – yang di atas segala nama dan kuasa lainnya (bdk. Flp 2:10-11). Sebagaimana si pengemis lumpuh yang telah disembuhkan oleh-Nya, marilah kita menerima Yesus dengan tangan-tangan dan hati yang terbuka lebar-lebar. Maka, kehidupan kita tidak akan sama lagi … Our lives will never be the same!

DOA: Tuhan Yesus, kami percaya akan kuat-kuasa nama-Mu bila diucapkan dalam iman. Utuslah Roh Kudus-Mu untuk menolong mengingatkan kami akan saat-saat di mana Engkau memberikan kepada kami apa yang sungguh kami butuhkan pada saat-saat itu. Hati kami terbuka lebar-lebar bagi-Mu, ya Tuhan, selagi kami memuji-muji kebesaran serta keagungan-Mu dengan penuh sukacita dan rasa syukur. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 24:13-35), bacalah tulisan yang berjudul  “YESUS SIAP UNTUK MENYEMBUHKAN KITA” (bacaan tanggal 4-4-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM //catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-04 PERMENUNGAN ALKITABIAH APRIL 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011) 

Cilandak, 2 April 2018 [HARI SENIN DALAM OKTAF PASKAH] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

WAJAH SEJATI ALLAH ADALAH KASIH YANG MENGAMPUNI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Adven – Senin, 5 Desember 2016)

Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atas atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat melihat iman mereka, berkatalah Ia, “Hai saudara, dosa-dosamu sudah diampuni.” Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya, “Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah sendiri?” Akan tetapi, Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka, “Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” – berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu – “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya, “Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.” (Luk 5:17-26) 

Bacaan Pertama: Yes 35:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 85:9-14

Ini adalah sebuah “adegan” yang sungguh konkret. Cerita ini mengungkapkan great expectations dari orang kebanyakan, suatu hasrat kuat dan sangat manusiawi untuk memperoleh kesembuhan fisik. Datang saja ke acara kebangunan rohani atau “Misa Penyembuhan” untuk menyaksikan dengan mata-kepala  sendiri, malah kita mungkin mengalami  sendiri kesembuhan itu. Kesembuhan-kesembuhan terjadi, meskipun yang disembuhkan belum tentu datang karena didorong motif yang sepenuhnya spiritual. Cerita ini juga menggambarkan, bahwa sepanjang sejarah manusia Allah menghendaki, bahkan memiliki hasrat besar, untuk mengampuni pendosa yang bertobat. Kita tentu percaya bahwa hal ini benar karena iman kita akan kerahiman atau belaskasih Allah. Namun dengan kedatangan Yesus ke tengah-tengah umat manusia, pengampunan dosa itu mengambil sebuah bentuk pengungkapan manusia yang baru, yang membawa kita kepada suatu kepastian.

Berkat-berkat serta karunia-karunia Allah tidak selalu menyangkut hal-ikhwal yang bersifat badani. Pekerjaan-pekerjaan menakjubkan dari Allah ada dalam hati manusia. Karunia agung dari Allah adalah pemerdekaan/pembebasan dari dosa-dosa. Bisa saja orang lumpuh ini, yang membutuhkan pertolongan dan sepenuhnya menggantungkan diri pada orang-orang lain yang boleh dikatakan “nekat”, merupakan seorang pribadi yang lebih siap untuk menerima pengampunan. Kita maklumi ada cukup banyak orang menolak pengampunan Allah karena sebuah alasan tunggal, yaitu bahwa mereka tidak mau “menerima” pengampunan itu lewat orang lain. “Mohon pengampunan Allah” mensyaratkan bahwa orang bersangkutan mengakui keterbatasan-keterbatasan dirinya dan menghaturkan permohonan dengan sangat akan turunnya Kerahiman Ilahi ke atas dirinya, namun kesombongan tersembunyi dapat menghalangi dia untuk mengambil langkah seperti itu. Banyak orang berpikir bahwa dirinya “mandiri”, self- sufficient, mereka mau keluar dari kesusahan hanya berdasarkan kekuatan mereka sendiri. Yesus mengampuni dosa-dosa orang lumpuh dengan mengucapkan kata-kata manusia: “Hai Saudara, dosa-dosamu sudah diampuni” (Luk 5:20). Ketika para pemuka agama menolak cara pemberian pengampunan seperti ini, Yesus menanggapi dengan suatu tanda yang mudah dilihat oleh mata manusia: Dia menyembuhkan orang lumpuh itu melalui firman yang keluar dari mulut-Nya, untuk menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa mengampuni dosa melalui firman-Nya. Apa yang diucapkan Yesus ini sama kuatnya dengan kata-kata: “Angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” (Luk 5:24).

Reaksi negatif para pemuka agama juga menunjukkan bahwa mereka sebetulnya belum siap untuk menerima keselamatan. Mereka telah membangun bagi diri mereka sendiri sebuah “agama yang penuh dengan kebenaran moral”, dan berpikir bahwa hanya mereka sendirilah yang akan berjaya merebut keselamatan dengan mengikuti kehendak mereka sendiri. Kita sering mengalami keraguan untuk menerima sakramen tobat dari seorang imam yang mewakili Kristus (lihat Yoh 20:21-23). Mungkin kita memiliki sikap yang agak mirip dengan para pemuka agama pada zaman Yesus itu. Di batin kita yang paling dalam, kita merasa takut, karena kita selalu kembali dan kembali lagi ke dalam dosa-dosa yang sama. Di kedalaman hati kita mungkin saja ada suatu hasrat ambisius untuk menjadi seorang yang “benar”, sehingga tidak perlu lagi mohon pengampunan dari Allah – artinya “kita bisa dan mampu melakukan apa saja tanpa Allah!”  Ada juga yang mengatakan, “Tetapi, apakah Allah tidak dapat mengampuni dosa-dosaku, bahkan dosa yang paling jelek sekali pun, apabila aku mohon pengampunan dari Dia secara langsung?” Tanggapan saya: “Iman saya mengatakan, bahwa Allah dapat melakukan apa saja seturut kehendak-Nya, namun biasanya dalam kehidupan Gereja di mana saya adalah anggotanya, pengampunan atas dosa-dosa yang sungguh serius diperoleh melalui Sakramen Rekonsiliasi.”

Wajah sejati Allah adalah “Kasih yang mengampuni” dan bukanlah “Hakim yang senang menghukum”. Inilah mukjizat besar yang tak henti-hentinya dibuat oleh Allah. Namun untuk menunjukkan bahwa mukjizat yang tak kelihatan ini sungguh riil adanya, maka Yesus menggaris-bawahinya dengan sebuah mukjizat yang berwujud. Inilah inti bacaan Injil hari ini!

DOA: Tuhan Yesus, aku berterima kasih penuh syukur atas pengampunan dan kesembuhan yang begitu sering Kauberikan kepadaku. Berikanlah kepadaku, ya Tuhan, roh sukacita dan puji-pujian, sehingga segala karunia Roh yang diberikan kepadaku dapat kupersembahkan kembali kepada-Mu lewat pengabdianku kepada sesamaku, semua seturut kehendak-Mu saja. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Ibr 4:1-5,11), bacalah tulisan yang berjudul “BAIKLAH KITA BERUSAHA MASUK KE DALAM PERHENTIAN ITU” (bacaan tanggal 19-1-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

Siapa nama orang yang disembuhkan oleh Yesus?

Bartimeus adalah seorang pengemis buta yang menurut Injil Markus disembuhkan oleh Yesus di luar kota Yerikho (Mrk 10:46-52), saat Yesus dan para murid dalam perjalanan menuju ke Yerusalem.

Siapakah nama orang lumpuh dari Lida yang disembuhkan Petrus?

Petrus mengunjungi murid-murid Kristus di sana dan menyembuhkan seorang bernama Eneas. Ayat 33 mengatakan bahwa Eneas telah 8 tahun terkena penyakit lumpuh. Orang lumpuh beberapa kali dijadikan contoh untuk kemenangan belas kasihan Tuhan bagi umat-Nya.

Siapa murid Tuhan Yesus yang menyembuhkan orang sakit lumpuh di Gerbang Elok Bait Allah?

Di dalam Kisah Para Rasul 3 : 1 – 10 dengan judul perikopnya “Petrus menyembuhkan orang lumpuh” telah membuka mata, hati dan pikiran kita bahwa kuasa dan mujizat Tuhan bisa dialirkan lewat seseorang. Dalam perikop ini Tuhan memakai Petrus sebagai perpanjangan tangan-Nya untuk menyembuhkan orang lumpuh.

Berapakah jumlah orang yang menolong orang lumpuh untuk bertemu Yesus?

Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Dalam ayat-ayat yang baru saja kita baca di atas, kita mendapati ada 3 (tiga) tokoh sentral di sana , yakni: 4 orang penggotong/pengusung orang lumpuh, orang lumpuh, dan Tuhan Yesus.

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA