Halodoc, Jakarta - Masa puber membawa banyak perubahan untuk anak-anak dan untuk orangtua. Masa ini membuat anak bertransisi dari anak ke dewasa. Banyak orangtua yang mungkin merasa tidak tahu pasti cara terbaik untuk mendukung anak yang tengah mengalami perubahan fisik, psikologis, dan emosional yang ditimbulkannya. Show
Jangan takut, banyak hal yang dapat orangtua lakukan untuk membantu anak melewati masa transisi ini, salah satunya adalah meyakinkannya. Masa puber adalah serangkaian perubahan alami yang dialami setiap anak. Beberapa anak berjuang dengan perubahan ini, sementara yang lain melaluinya tanpa rasa khawatir. Hanya sebagian kecil dari anak-anak yang mengalami gejolak ekstrem selama fase perkembangan ini. Nah, begini cara menghadapi anak yang masuk masa puber dan perlu dipahami oleh orangtua. Baca juga: Ini Tanda Pubertas pada Remaja Perempuan Bagaimana Cara Orangtua Menghadapi Anak yang Sedang Puber?Pubertas juga dapat menjadi sesuatu yang menarik dan istimewa bagi orangtua. Kedua orangtua kini berada dalam posisi yang ideal untuk membantu mereka melewatinya. Mulailah percakapan tentang pubertas dengan anak. Tidak selalu mudah untuk berbicara dengan anak-anak tentang tubuh mereka. Namun, melakukan percakapan terbuka dan santai sebelum perubahan fisik mulai membantu anak merasa baik-baik saja ketika tubuhnya mulai berubah. orangtua bisa menerapkan tiga langkah untuk memulai percakapan tentang pubertas, seperti :
Baca juga: 6 Tanda Pubertas pada Remaja Laki-Laki Menghadapi Pubertas Anak Perempuan dan Laki-lakiDengan anak perempuan, penting bagi orangtua untuk membicarakan menstruasi sebelum mereka benar-benar mendapatkan menstruasi. Jika anak tiba waktunya sebelum adanya obrolan, ia mungkin bisa ketakutan dengan peristiwa “berdarah” tersebut. Umumnya, gadis remaja mengalami menstruasi pertama saat berusia 12 atau 13 tahun, yaitu sekitar 2 atau 2,5 tahun setelah mereka mulai pubertas. Tapi ada juga yang mengalami menstruasi sejak usia 9 tahun dan 16 tahun. Sementara itu, anak laki-laki mulai melewati masa pubertas sedikit lebih lambat dibanding akan perempuan, biasanya sekitar usia 10 atau 11 tahun. Tapi anak laki-laki mulai berkembang secara seksual atau mengalami ejakulasi pertama tanpa terlihat lebih tua. Pendidikan seks mungkin akan di dapatkan anak di sekolah, tapi orangtua harus menjadi sumber pertama yang membekali hal tersebut. Penting bagi anak perempuan untuk belajar mengenai perubahan yang dialami anak laki-laki dan anak laki-laki juga belajar tentang perubahan yang memengaruhi anak perempuan. Orangtua perlu berdiskusi dengan guru tentang pelajar apa yang sudah disampaikan mengenai pubertas, sehingga ayah dan ibu tahu informasi apa yang perlu ditambahkan pada anak. Sebaiknya ulas pelajaran bersama anak, karena anak seringkali masih memiliki pertanyaan tentang topik tertentu, tapi enggan menyampaikannya. Terkadang, orangtua dapat memulai percakapan dengan mengambil adegan di film atau acara TV. Ide yang baik juga untuk melakukan percakapan besar atau serius ketika anak sudah siap untuk berbicara dan mendengarkan. Selama masa pubertas, anak-anak menginginkan lebih banyak privasi dan waktu untuk diri mereka sendiri. Jadi, orangtua harus pintar menemukan momen ketika anak tampaknya terbuka untuk membicarakan hal-hal terkait masa puber. Selain itu, anak mungkin tidak ingin membagikan semuanya lagi kepada orangtua, jadi cobalah untuk tidak memaksakan komunikasi ketika anak tidak ingin berbicara. Anak mungkin juga tertarik untuk berbicara dengan penasihat sekolah atau dokter umum. Orangtua juga bisa menyarankan agar anak menghubungi dokter atau psikolog dengan cara chat lewat aplikasi Halodoc. Dokter akan selalu siaga memberikan saran untuk anak yang tengah melewati masa puber. Baca juga: Mitos atau Fakta, 3 Bahan Kimia Ini Bisa Percepat Pubertas Gaya Hidup Sehat untuk Bantu Anak Hadapi Masa PuberGaya hidup sehat dibutuhkan untuk membantu memaksimalkan masa puber yang dialami anak. Melansir Raising Children Network Australia, ini gaya hidup yang bisa membantu:
Jika anak makan dengan baik, mendapatkan aktivitas fisik yang cukup dan tidur, serta menjaga kebersihan pribadinya. Dengan begini ia lebih cenderung merasa baik-baik saja tentang tubuhnya yang tengah berubah. Itulah yang bisa dilakukan orangtua tentang cara menghadapi anak yang masuk masa puber. Jadi, tidak perlu bingung lagi, ya! Referensi:Raising Children Network (Australia). Diakses pada 2020. Puberty: Helping Your Child Handle the Changes.Better Health Channel. Diakses pada 2020. Parenting Children Through Puberty.Kids Health. Diakses pada 2021. Talking to Your Child About PubertyBantu remaja melewati masa pubertas seperti perjalanan yang menyenangkan, yuk! Pubertas merupakan salah satu fase penting yang dialami setiap anak usia remaja. Namun, banyak remaja yang tidak tahu bagaimana cara menyikapi masa pubertas. Hal ini tentunya wajar, karena pubertas memang membawa banyak perubahan yang membingungkan. Mulai dari perubahan pada fisik, hingga emosi dan suasana hati. Namun, Moms bisa kok mengajak remaja menyikapi masa pubertas sebagai perjalanan yang menyenangkan. Yuk, simak tipsnya berikut ini! Baca juga: Moms, Ketahui Tanda hingga Cara Mencegah Pubertas Dini pada Anak Cara Menyikapi Masa Pubertas pada RemajaBicara soal cara menyikapi masa pubertas, tentunya perlu waktu dan kesabaran. Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk membantu anak melewati pasang surut pubertas adalah mempersiapkannya untuk perubahan yang tak terelakkan. Pastikan untuk memberi tahu ia bahwa Moms akan selalu siap membantu dan ia bisa bertanya tentang apapun. Namun, jika ia butuh privasi, Moms juga harus memahami dan memberinya keleluasaan. Baik pada remaja laki-laki ataupun perempuan, masa pubertas bisa menjadi waktu yang canggung dan membingungkan. Mereka mungkin merasa bingung bagaimana menghadapi berbagai perubahan yang terjadi. Moms bisa memberi tahu mereka bahwa semua perubahan itu adalah normal. Lalu, bagaimana langkah selanjutnya untuk membantu anak melewati masa pubertas? Berikut ini beberapa tipsnya: 1. Ajari Cara Merawat DiriFoto: verywellfamily.com Ketika memasuki masa pubertas, remaja biasanya akan berkeringat lebih banyak yang memicu bau badan. Jadi, remaja harus lebih berhati-hati tentang kebersihan pribadi mereka. Studi pada 2017 di Ethiopian Journal of Health Sciences menunjukkan, praktik kebersihan pribadi yang buruk menjadi penyebab utama peningkatan penyakit menular di negara berkembang. Ingatkanlah remaja untuk mandi setiap hari dan memakai pakaian bersih. Memakai deodoran setiap pagi juga akan membantu mencegah timbulnya bau badan yang mengganggu. Pada remaja perempuan, Moms harus mengajarkan cara menggunakan pembalut dengan benar. Beri tahu juga bahwa organ genital perlu dijaga kebersihannya, terutama saat menstruasi. Jangan biarkan celana dalam menjadi lembap, karena bisa memicu pertumbuhan jamur. Pada remaja laki-laki, jelaskan bahwa tumbuhnya kumis dan jenggot adalah bagian dari masa pubertas yang normal. Untuk menjaga penampilan tetap rapi, Dads bisa memberi contoh cara bercukur yang benar. Jika Moms atau Dads merasa tidak nyaman untuk mengajari keterampilan baru ini pada anak remaja, meminta bantuan pada kakak, sepupu, atau sahabat juga bisa jadi pilihan. Selain itu, Moms juga bisa arahkan mereka untuk mencari referensi di internet, soal cara bercukur, atau informasi lainnya. Baca juga: Batas Telat Haid pada Remaja, Kapan Moms Perlu Waspada? 2. Mengatasi Masalah JerawatFoto: Orami Photo Stock Selama masa pubertas, perubahan hormonal bisa menyebabkan munculnya jerawat. Kulit remaja juga dapat menjadi kering atau berminyak. Untuk mengatasi masalah ini, pastikan untuk mencuci muka 2 kali sehari dengan sabun pembersih yang lembut. Beri tahu juga pada remaja untuk tidak memencet atau mengorek jerawat, karena hanya akan memperburuk masalah. Jika memiliki jerawat serius yang tidak kunjung sembuh, ajaklah remaja untuk menemui dokter kulit. 3. Menghadapi Percepatan PertumbuhanFoto: irishtimes.com Jangan kaget ya Moms, kalau melihat Si Kecil yang tadinya mungil jadi tumbuh sangat tinggi. Beberapa remaja mengalami percepatan pertumbuhan selama masa pubertas, dan ini normal. Hal yang bisa Moms lakukan adalah memastikan kebutuhan anak tercukupi. Perhatikan apakah baju dan celana yang biasa dipakai jadi sempit. Jika iya, belikan atau ajak anak untuk belanja baju, celana, atau sepatu bersama. Untuk remaja perempuan, Moms juga harus membelikan bra untuknya. Pastikan memilih bra yang berukuran pas tidak kekecilan ataupun terlalu longgar. Pilih juga bra yang berbahan katun, agar nyaman dan bisa menyerap keringat dengan baik. Jika remaja perempuan Moms bertanya tentang mengapa satu sisi payudara lebih besar dari yang lain, beri penjelasan bahwa ini normal. Seiring waktu, pertumbuhan payudara akan merata. Namun, tetap normal jika wanita memiliki ukuran payudara kanan dan kiri yang tidak sama persis. Baca juga: Tips dan Rekomendasi Memilih Bra untuk Remaja yang Tepat, Harus Nyaman Moms! 4. Mengatasi Perubahan EmosionalFoto: foothillsacademy.org Cara menyikapi masa pubertas remaja selanjutnya adalah mengatasi perubahan emosional yang terjadi. Pubertas disebabkan oleh meningkatnya hormon estrogen dan testosteron. Hormon-hormon ini tidak hanya memengaruhi penampilan tubuh, tetapi juga emosi. Akibatnya, remaja mungkin lebih mudah marah atau emosional daripada sebelumnya. Tidak banyak yang dapat Moms lakukan tentang hal ini, tetapi cobalah untuk mengenali perubahan emosional anak dan beri ruang untuk ia menenangkan diri. Terkadang, yang mereka rasakan hanyalah lelah atau tidak nyaman dengan perubahan tubuh, sehingga yang diperlukan hanya beristirahat. Namun, katakan padanya bahwa Moms selalu siap jika ia butuh teman untuk berkeluh kesah. Cara lain yang bisa dicoba adalah, ajak anak untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan, atau sekadar berolahraga bersama. Olahraga dapat membantu mengatasi kecemasan yang mungkin dialami akibat berbagai perubahan selama masa pubertas. Membiarkan anak remaja untuk menjalani kegiatan sepulang sekolah juga bermanfaat, menurut studi pada 2011 di jurnal Developmental Psychology. Hal ini dapat membantu mengalihkan perhatian anak dari masalah pubertas, tetapi tetap berdampak positif. Baca juga: Gangguan Hormon, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya! 5. Beri Pemahaman Tentang Penyakit Menular SeksualFoto: Orami Photo Stock Pada titik tertentu selama masa pubertas, anak remaja mungkin akan mulai merasakan hasrat seksual. Namun, hanya karena ada hasrat, remaja belum bisa dikatakan siap secara emosional untuk berhubungan intim. Moms bisa coba buka diskusi mengenai hal ini, misalnya dengan menanyakan apakah ada teman lawan jenis yang membuatnya tertarik. Lalu, lanjutkan dengan memberi pemahaman bahwa ketertarikan tersebut adalah hal yang wajar dimiliki. Kemudian, beri penjelasan juga bahwa hubungan intim harus dilakukan dengan aman, untuk menghindari penyakit menular seksual. Misalnya dengan menggunakan kondom. Namun, jelaskan juga bahwa risiko penularan penyakit tetap bisa terjadi. Oleh karena itu, sebaiknya minta ia untuk menunda berhubungan intim hingga usianya sudah cukup dewasa. Penting juga untuk mewanti anak remaja, agar tidak membiarkan siapapun menyentuh tubuhnya tanpa izin. Begitu pula sebaliknya, saat ingin menyentuh tubuh lawan jenis, pastikan untuk meminta izin terlebih dahulu dan jangan memaksa. 6. Pastikan Anak Remaja Punya Seseorang untuk Diajak BicaraFoto: Orami Photo Stock Bila remaja tampak nyaman dengan Moms, maka jadilah orang yang selalu ada untuk mendengarkan mereka. Namun, jika ia lebih nyaman bicara dengan kakak, sepupu, atau teman dekat yang lebih tua, Moms bisa minta bantuan pada mereka. Remaja seringkali bingung tentang cara menyikapi masa pubertas, dengan berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Untuk melewati masa ini dengan baik, ia butuh teman bicara yang menurutnya nyaman. Baca juga: Jerawat Papula, Ketahui Penyebab dan Cara Menghilangkannya Jika Moms merasa mereka butuh bantuan ahli, ajaklah mereka untuk menemui dokter atau psikolog. Perlu diketahui bahwa masalah kesehatan mental seperti depresi, rentan terjadi pada usia remaja. Jadi, Moms harus mengenali tanda-tandanya, dan ajak mereka untuk mencari bantuan ahli. Itulah pembahasan mengenai cara menyikapi masa pubertas pada remaja, yang penting untuk Moms ketahui. Semoga informasi tersebut bisa bermanfaat ya, Moms!
|