Sedia payung sebelum hujan artinya brainly

Sedia payung sebelum hujan artinya brainly
ilustrasi membaca. Readingrecovery.org

GAYA | 2 Juli 2021 00:05 Reporter : Tantri Setyorini

Merdeka.com - Kalimat seperti 'tong kosong nyaring bunyinya' atau 'bagai pinang dibelah dua' mungkin sudah tak asing di telinga Anda. Keduanya termasuk peribahasa populer di dalam bahasa Indonesia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu. Ini juga termasuk bidal atau pemeo (sindiran), tamsil (ibarat), semboyan, dan ungkapan. Peribahasa biasanya dibuat dengan kalimat ungkapan atau kalimat yang ringkas dan padat untuk menyampaikan nasihat, prinsip hidup, atau nilai moral. Kadang peribahasa juga digunakan untuk memperindah kalimat.

Kalimat peribahasa apa saja yang populer di masyarakat? Jumlahnya ada ratusan hingga ribuan. Berikut ini beberapa di antaranya yang cukup sering didengar.

  1. Air beriak tanda tak dalam.
  2. Air tenang menghanyutkan.
  3. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga
  4. Ada udang di balik batu.
  5. Ada asap, ada api.
  6. Air tenang jangan disangka tiada buayanya.
  7. Anjing menggonggong, kafilah berlalu.
  8. Adat pasang berturung naik.
  9. Ayam berkokok hari siang.
  10. Air jernih, ikannya jinak.
  11. Asam di darat, ikan di laut bertemunya di belanga.
  12. Bagaikan telur di ujung tanduk.
  13. Bagai pinang dibelah dua.
  14. Bak kacang lupa kulitnya.
  15. Bagai makan buah simalakama.
  16. Bagai memancing di air keruh.
  17. Bagai pungguk merindukan bulan.
  18. Bagaikan abu di atas tanggul.
  19. Bagaikan air di daun talas.
  20. Bagaikan burung di dalam sangkar.
  21. Barang Siapa menabur angin akan menuai badai.
  22. Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya.
  23. Berguru kepalang ajar bagai bunga kembang tak jadi.
  24. Besar pasak daripada tiang.
  25. Bergantung kepada akar lapuk.
  26. Bagai anjing menyalak di ekor gajah.
  27. Bagai musuh dalam selimut.
  28. Bagai bumi dan langit.
  29. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing.
  30. Cempedak berbuah nangka.
  31. Cepat kaki, ringan tangan.
  32. Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri.
  33. Dibujuk ia menangis, ditendang ia tertawa.
  34. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.
  35. Diam itu emas.
  36. Dikasih hati minta jantung.
  37. Datang tak berjemput, pulang tak berantar.
  38. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
  39. Di atas langit masih ada langit.
  40. Emas disangka loyang.
  41. Fajar menyingsing, elang menyongsong.
  42. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
  43. Gali lubang, tutup lubang.
  44. Gayung bersambut, kata berjawab.
  45. Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, orang mati meninggalkan nama.
  46. Habis manis, sepah dibuang.
  47. Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.
  48. Hangat-hangat tahi ayam.
  49. Hati gatal, mata digaruk.
  50. Jauh di mata dekat di hati.
  51. Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah.
  52. Karena mata buta, karena hati mati.
  53. Kuman di seberang lautan, gajah di pelupuk mata.
  54. Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.
  55. Lempar batu sembunyi tangan.
  56. Lubuk akal tepian ilmu.
  57. Makan hati berulam rasa.
  58. Malu bertanya, sesat di jalan.
  59. Musang berbulu ayam.
  60. Menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri.
  61. Membasuh muka dengan air liur.
  62. Membasuh arang di muka.
  63. Menjilat air ludah sendiri.
  64. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.
  65. Menang jadi arang, kalah jadi abu.
  66. Menggunting dalam lipatan.
  67. Nasi tak dingin, pinggan tak retak.
  68. Nasi sudah menjadi bubur.
  69. Pandai berminyak air.
  70. Pagar makan tanaman.
  71. Pucuk dicinta ulam pun tiba.
  72. Putih kapas dapat dibuat, putih hati berkeadaan.
  73. Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh.
  74. Sambil menyelam minum air.
  75. Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul.
  76. Sedap jangan ditelan, pahit jangan segera dimuntahkan.
  77. Sedia payung sebelum hujan.
  78. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
  79. Seludang menolak mayang.
  80. Senjata makan tuan.
  81. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga.
  82. Seperti air dan minyak.
  83. Seperti padi, semakin berisi semakin merunduk.
  84. Seperti kerbau dicocok hidung.
  85. Seperti ayam kehilangan induk.
  86. Seperti katak dalam tempurung.
  87. Seperti kucing dibawakan lidi.
  88. Seperti embun di ujung rumput.
  89. Setali tiga uang.
  90. Sudah jatung tertimpa tangga.
  91. Sudah banyak makan asam garam.
  92. Tak ada gading yang tak retak.
  93. Tak ada rotan, akar pun jadi.
  94. Tajam ke bawah, tumpul ke atas.
  95. Tambah air, tambah sagu.
  96. Tercoreng arang di kening.
  97. Tikus mati di lumbung padi.
  98. Tong kosong nyaring bunyinya.
  99. Udang tidak tahu bungkuknya.
  100. Walau seribu anjing menyalak, gunung takkan runtuh.

1. (A) Peribahasa dan Artinya

A

Air beriak tanda tak dalam.

Orang yang banyak bicara biasanya kurang ilmunya.

Air tenang menghanyutkan.

Orang yang pendiam biasanya memiliki banyak pengetahuan.

Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.

Perilaku dan karakter seorang anak menurun dari orangtuanya (biasanya berkonotasi negatif).

Ada udang di balik batu.

Ada maksud tersembunyi di balik perilaku seseorang.

Ada asap, ada api.

Jika ada akibat, pasti ada sebabnya.

Air tenang jangan disangka tiada buayanya.

Orang pendiam jangan disangka penakut.

Anjing menggonggong, kafilah berlalu.

Membiarkan orang lain berbicara, mencemooh atau mempergunjingkan seseorang; tetapi tak dihiraukan.

Adat pasang berturung naik.

Nasib seseorang tidak akan selalu sama, senang dan susah silih berganti.

Ayam berkokok hari siang.

Mendapat sesuatu yang telah lama diimpi-impikan.

Air jernih, ikannya jinak.

Negeri yang aman dan makmur, penduduknya ramah-ramah terhadap orang asing atau pendatang.

Asam di darat, ikan di laut bertemunya di belanga.

Apabila sudah jodohnya, laki-laki dan perempuan akan bertemu juga walaupun berjauhan.

2 dari 9 halaman

B

Bagaikan telur di ujung tanduk.

Suatu keadaan yang sangat berbahaya, salah sedikit bisa celaka.

Bagai pinang dibelah dua.

Dua orang atau dua hal yang benar-benar serupa, sulit dibedakan.

Bak kacang lupa kulitnya.

Seseorang yang melupakan asal-usulnya.

Bagai makan buah simalakama.

Serba salah. Mengambil keputusan yang mana pun tetap celaka.

Bagai memancing di air keruh.

Mengambil keuntungan dari perselisihan orang lain.

Bagai pungguk merindukan bulan.

Mengharapkan sesuatu yang sulit digapai.

Bagaikan abu di atas tanggul.

Artinya orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh.

Bagaikan air di daun talas.

Tidak punya pendirian tetap.

Bagaikan burung di dalam sangkar.

Suatu kehidupan yang penuh kekangan.

Barang Siapa menabur angin akan menuai badai.

Siapa yang berbuat buruk, dia pula yang menanggung akibat buruknya.

Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya.

Ingin mencelakakan orang lain, tapi dia sendiri yang celaka.

Berguru kepalang ajar bagai bunga kembang tak jadi.

Ilmu yang dipelajari setengah-setengah tidak akan memberikan manfaat.

Besar pasak daripada tiang.

Pengeluaran lebih besar daripada penghasilan alias rugi.

Bergantung kepada akar lapuk.

Mengharapkan pertolongan dari seseorang yang tidak punya kemampuan untuk melakukannya.

Berharap kepada sesuatu yang tidak bisa diharapkan.

Bagai anjing menyalak di ekor gajah.

Orang yang lemah hendak melawan orang yang kuat atau berkuasa.

Bagai musuh dalam selimut.

Orang terdekat yang berkhianat.

Bagai bumi dan langit.

Perbedaannya terlalu jauh.

Berat sama dipikul ringan sama dijinjing.

Senang dan susah dijalani bersama.

3 dari 9 halaman

C

Cempedak berbuah nangka.

Mendapatkan hasil lebih dari yang diharapkan.

Cepat kaki, ringan tangan.

Orang yang sigap dalam memberi bantuan.

D

Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri.

Sebaik-baiknya negara lain, masih lebih baik hidup di negeri sendiri. Rasa nasionalisme terhadap kampung halaman/negara.

Dibujuk ia menangis, ditendang ia tertawa.

Baru mau bekerja dengan rajin jika sudah ditegur.

Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.

Kondisi yang adil dan berimbang.

Diam itu emas.

Tetap diam dalam sebuah situasi akan lebih mendatangkan manfaat daripada banyak cakap.

Dikasih hati minta jantung.

Orang yang tidak tahu diri. Diberi sedikit, malah meminta lebih banyak.

Datang tak berjemput, pulang tak berantar.

Orang yang tak dipedulikan.

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Ke mana pun dia pergi, seseorang harus selalu mematuhi adat istiadat tempat yang dikunjunginya.

Di atas langit masih ada langit.

Nasihat agar seseorang tidak sombong dan merasa hebat, karena selalu ada seseorang yang lebih hebat lagi darinya.

4 dari 9 halaman

E

Emas disangka loyang.

Orang yang baik atau bermartabat tapi disangka jahat atau tidak punya derajat.

F

Fajar menyingsing, elang menyongsong.

Menyambut hari dengan semangat dalam bekerja atau berusaha.

G

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.

Perilaku guru akan ditiru mentah-mentah oleh muridnya. Jika guru melakukan hal buruk, murid akan berlaku lebih buruk lagi.

Gali lubang, tutup lubang.

Melunasi utang lama dengan utang yang baru.

Gayung bersambut, kata berjawab.

Serangan kata-kata yang dapat ditangkis. Kebaikan atau keburukan yang dibalas dengan kebaikan atau keburukan pula.

H

Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, orang mati meninggalkan nama.

Setiap orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di dunia.

Habis manis, sepah dibuang.

Tak dipedulikan atau ditelantarkan jika dianggap sudah tidak berguna.

Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.

Ingin memiliki sesuatu yang berharga, namun tak memiliki kemampuan untuk melakukannya.

Hangat-hangat tahi ayam.

Kemauan yang tidak tetap atau tidak kuat.

Hati gatal, mata digaruk.

Sangat ingin mengatakan/melakukan sesuatu, tetapi tidak kuasa menyampaikan keinginan, sehingga justru melakukan hal lain yang tidak tepat tujuan.

Menyalahkan orang yang tidak bersalah.

5 dari 9 halaman

J

Jauh di mata dekat di hati.

Walaupun terpisah jarak, namun selalu teringat.

K

Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah.

Kasih sayang ibu tak terbatas dan selamanya, sementara kasih anak begitu terbatas.

Karena mata buta, karena hati mati.

Celaka karena menuruti hawa nafsu.

Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.

Kebaikan seseorang yang jelas ada diabaikan, namun kesalahan yang sangat kecil justru dibesar-besarkan.

L

Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

Setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda;

Lempar batu sembunyi tangan.

Orang yang bersikap pengecut dengan tidak bertanggungjawab/mengakui perbuatannya.

Lubuk akal tepian ilmu.

Orang yang pandai adalah tempat untuk bertanya.

6 dari 9 halaman

M

Makan hati berulam rasa.

Menderita karena perbuatan orang yang disayang.

Malu bertanya, sesat di jalan.

Kesulitan menghadapi suatu masalah karena enggan meminta pendapat orang lain.

Musang berbulu ayam.

Orang jahat yang berpura-pura baik.

Menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri.

Bila seseorang berbuat buruk, keburukan itu akan mengenai dirinya sendiri.

Membasuh muka dengan air liur.

Berusaha memperbaiki kesalahan dengan perbuatan yang justru menambah kesalahan.

Berusaha memulihkan nama baik atau menghindari malu, tapi justru membuka aib sendiri.

Membasuh arang di muka.

Berusaha menghilangkan rasa malu.

Menjilat air ludah sendiri.

Meminta kembali barang yang sudah diberikan kepada orang lain.

Mengingkari perkataannya sendiri.

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.

Nasib manusia tidak dapat dipastikan, karena berada dalam kuasa Tuhan.

Menang jadi arang, kalah jadi abu.

Menang atau kalah tetap rugi.

Dua pihak yang berselisih hingga sama-sama rugi.

Menggunting dalam lipatan.

Mencelakakan atau menipu kawan sendiri.

7 dari 9 halaman

N

Nasi tak dingin, pinggan tak retak.

Bersikap cermat dalam melakukan setiap pekerjaan.

Nasi sudah menjadi bubur.

Sesuatu yang sudah terlanjur terjadi tak bisa diurungkan lagi.

P

Pandai berminyak air.

Pandai menyusun kata-kata untuk mencapai maksudnya.

Pagar makan tanaman.

Seseorang yang memanfaatkan/mencelakakan sesuatu yang seharusnya dia lindungi.

Pucuk dicinta ulam pun tiba.

Mendapatkan sesuatu yang lebih daripada apa yang diharapkan.

Putih kapas dapat dibuat, putih hati berkeadaan.

Kebaikan hati seseorang bisa dilihat dari tingkah lakunya.

8 dari 9 halaman

S

Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh.

Seiya sekata dalam semua keadaaan.

Sambil menyelam minum air.

Mengerjakan dua hal sekaligus.

Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul.

Seberat apapun penderitaan orang yang melihat, masih lebih menderita orang yang menjalaninya.

Sedap jangan ditelan, pahit jangan segera dimuntahkan.

Pikir baik-baik sebelum bertindak agar tidak menyesal.

Sedia payung sebelum hujan.

Berjaga-jaga sebelum musibah tiba.

Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.

Melakukan satu hal dan mendapatkan hasil lebih banyak dari upayanya.

Seludang menolak mayang.

Orang sombong yang melupakan jasa orang lain dalam hidupnya.

Senjata makan tuan.

Sesuatu yang direncanakan untuk mencelakakan orang lain, tapi justru melukai dirinya sendiri.

Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga.

Tidak ada orang yang sempurna, pasti pernah melakukan kesalahan.

Sepintar-pintarnya menutupi perbuatan buruk, pasti akan ketahuan juga.

Seperti air dan minyak.

Tidak pernah bisa akur.

Seperti padi, semakin berisi semakin merunduk.

Semakin berilmu seseorang, semakin rendah hati sikapnya.

Seperti kerbau dicocok hidung.

Mematuhi kehendak orang lain tanpa membantah seperti orang dungu.

Seperti ayam kehilangan induk.

Kelompok/seseorang yang kebingungan karena kehilangan sosok pemimpin/orang yang diandalkan.

Seperti katak dalam tempurung.

Wawasannya kurang luas.

Seperti kucing dibawakan lidi.

Terlihat sangat ketakutan.

Seperti embun di ujung rumput.

Kondisi atau kedudukan yang rapuh, tidak aman.

Setali tiga uang.

Semuanya sama saja, tak ada bedanya.

Sudah jatung tertimpa tangga.

Mengalami kesialan beruntun.

Sudah banyak makan asam garam.

Sudah banyak pengalamannya dalam menjalani hidup.

9 dari 9 halaman

T

Tak ada gading yang tak retak.

Tidak ada seseorang atau sesuatu yang sempurna.

Tak ada rotan, akar pun jadi.

Mencari solusi alternatif jika suatu hal tidak bisa dilakukan.

Tajam ke bawah, tumpul ke atas.

Bersikap keras terhadap orang miskin atau tidak berdaya, namun bersikap lunak terhadap orang kaya atau berkuasa.

Tambah air, tambah sagu.

Bila bertambah pekerjaan, akan bertambah pula upah atau gajinya.

Tercoreng arang di kening.

Mendapat malu.

Tikus mati di lumbung padi.

Negara yang kaya dan makmur, tapi rakyatnya sendiri tak dapat ikut menikmati.

Tong kosong nyaring bunyinya.

Orang yang miskin ilmu biasanya banyak bicara/membual.

U

Udang tidak tahu bungkuknya.

Orang yang tidak menyadari kekurangan atau kesalahannya sendiri.

W

Walau seribu anjing menyalak, gunung takkan runtuh.

Jika tekad kuat, godaan sebanyak apa pun tak akan membuatnya goyah.

Demikian berbagai contoh peribahasa populer dari tanah air dan artinya.

(mdk/tsr)

Baca juga:
11 Kosakata Kekinian Ini Ternyata Sudah Masuk KBBI
Mengenal Kata Bilangan dan Contohnya, Pahami Jenisnya Lebih Dalam
Kata Kerja Adalah Kelas Kata yang Menyatakan Tindakan, Pelajari Lebih Lanjut
8 Cara Belajar Bahasa Jepang untuk Pemula, Mudah dan Menyenangkan
Momen Polwan Cantik Ajari Anak-Anak Afrika Bahasa Ngapak, Kocak Abis