Sebutkan nilai-nilai pada pancasila sila kelima yang terdapat pada sikap kepahlawanan

Lihat Foto

tribunnewswiki.com

Kapitan Pattimura

KOMPAS.com – Thomas Matulessy atau yang dikenal Kapitan Pattimura merupakan pahlawan Nasional Indonesia yang gambarnya diabadikan dalam uang pecahan seribu rupiah.

Kapitan Pattimura memiliki sikap kepahlawanan dalam perjuangannya untuk Indonesia. Apakah sikap Kapitan Pattimura mencerminkan nilai-nilai sila kelima Pancasila?

Jawabannya adalah ya, sikap-sikap Kapitan Pattimura mencerminkan nilai-nilai Pancasila, terutama sila kelima yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Menjunjung tinggi keadilan

Menurut M. Syamsudin dalam buku Pendidikan Pancasila:Menempatkan Pancasila dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan (2009), makna yang terkandung dalam sila kelima adalah suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur sejahtera lahiriah dan batiniah di mana semua warga mendapatkan haknya dengan adil dan beradab.

Kapitan Pattimura mencerminkan nilai keadilan sila kelima karena ia sangat menjunjung tinggi keadilan dengan melawan penjajah. Sejak usia remaja, Kapitan Pattimura merupakan seorang anak yang kritis dan banyak mengikuti diskusi dengan orang dewasa tentang masalah kolonialisme.

Baca juga: Apa yang Dimaksud Pahlawan?

Perjuangannya melawan kolonialisme berangkat dari keinginan untuk mengakan keadilan dan memakmurkan rakyat Maluku (sesuai dengan nilai sila kelima). Maluku merupakan daerah yang kaya akan rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala.

Kala itu Maluku menjadi pusat perdagangan rempah-rempah oleh orang Arab, India, dan juga Cina. Rakyat Maluku masihlah makmur, namun Belanda datang dan ingin memonopoli rempah-rempah. Rakyat dilarang berdagang dengan bangsa lain.

Menurut Mas Huliselan dalam jurnal Perang Pattimura untuk Maluku dan Indonesia (2017), untuk memonopoli perdagangan rempah, Belanda menggunakan kekerasan dengan menghancurkan secara besar-besaran perkebunan cengkeh rakyat.

Rakyat yang melawan dan mencoba memberontak juga dihukum mati. Rakyat Maluku yang awalnya makmur menjadi sengsara dan menderita.

Membawa kembali kemakmuran di Maluku

Melihat hal ini Kapitan Pattimura ingin menolong rakyat Maluku (tolong menolong sesuai dengan nilai sila kelima). Kapitan Pattimura bersikap gagah berani untuk menuntut keadilan dan membawa kembali kemakmuran ke tangan rakyat Maluku.

tirto.id - Contoh pengamalan sila ke-5 Pancasila dapat diterakan di mana saja, mulai dari di masyarakat, tempat bermain, hingga lingkungan sekolah.

Selain sebagai dasar negara, Pancasila juga menjadi pilar ideologis bagi bangsa Indonesia. Pancasila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam lingkungan masyarakat, termasuk Sila ke-5 yang berbunyi: “Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia".

Istilah Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yakni panca dan sila. Panca artinya "lima", sedangkan sila, bermakna "asas", "dasar", atau "prinsip". Artinya, Pancasila bisa dimaknai sebagai rumusan dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sukarno memperkenalkan 5 sila pada hari terakhir sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945. Dalam pidato oleh tokoh yang kemudian menjadi Presiden RI pertama inilah secara spontan itulah tercetus nama Pancasila.

“Sekarang, banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah Pancasila," ucap Sukarno, dikutip dari Risalah BPUPKI (1995).

Adapun isi 5 sila dalam Pancasila yaitu (1) Ketuhanan yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Menurut P.J. Soewarno dalam Pancasila Budaya Bangsa Indonesia (1993), meskipun ke-5 sila itu merupakan satuan yang tidak terpisahkan, tetapi dalam pelaksanaannya tetap dapat ditelusuri perbedaan intensitas masing-masing sila. Walaupun satu tetap lima, masing-masing sila tidak sama asasinya.

Maka, dijabarkanlah butir-butir pengamalan Pancasila yang terkandung di setiap sila tersebut. Butir-Butir Pengamalan Pancasila pertama kali diatur melalui Ketetapan MPR No.II/MPR/1978. Setelah era reformasi, Butir-Butir Pengamalan Pancasila disesuaikan kembali berdasarkan Ketetapan MPR No. I/MPR/2003.

Pancasila memuat berbagai nilai dan sikap yang hendaknya diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sudharmono dalam buku Beberapa Pemikiran Tentang Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 (1997) memaparkan, sikap-sikap yang penting dari Pancasila itu kemudian diperinci menjadi butir-butir pengamalan.

Baca juga:

  • Pengamalan Pancasila Sila ke-4 di Lingkungan Masyarakat
  • Pengamalan Pancasila Sila ke-1 di Lingkungan Masyarakat
  • Apa Makna Simbol yang Terdapat pada Garuda Pancasila?

Yudi Latif dalam Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (2011) berpendapat bahwa sila “Keadilan Sosial" (Sila ke-5) merupakan perwujudan yang paling konkret dari prinsip-prinisp Pancasila.

Sila ke-5 adalah satu-satunya sila dalam Pancasila yang dilukiskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dengan menggunakan kata kerja “mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Prinsip keadilan adalah inti dari moral ketuhanan, landasan pokok perikemanusiaan, simpul persatuan, dan matra kedaulatan rakyat. Dengan kata lain, keadilan sosial merupakan perwujudan sekaligus cerminan imperatif etis keempat sila dalam Pancasila lainnya.

Rumusan itu telah diuraikan Notonegoro melalui buku Pancasila Dasar Filsafat Negara (1974), bahwa Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia diliputi dan dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Baca juga:

  • Pengamalan Sila ke-5 Pancasila di Kelas & Lingkungan Sekolah
  • Pengamalan Pancasila Sila ke-4 di Lingkungan Sekolah & Kelas
  • Pengamalan Pancasila Sila Ke-3 di Lingkungan Masyarakat

Isi Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-5

Sila ke-5 Pancasila yakni Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memiliki butir-butir pengamalan yang diatur dalam Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 dan sudah diperbaharui setelah Reformasi dengan Ketetapan MPR No. I/MPR/2003.

  1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
  2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
  3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
  4. Menghormati hak orang lain.
  5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
  6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
  7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
  8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
  9. Suka bekerja keras.
  10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
  11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Baca juga:

  • Pengamalan Sila ke-1 Pancasila di Lingkungan Sekolah & Kelas
  • Pengamalan Pancasila Sila ke-2 di Rumah Lingkungan Keluarga
  • Pengamalan Pancasila Sila ke-1 di Rumah Lingkungan Keluarga

Contoh Pengamalan Sila ke-5 Pancasila di Masyarakat

Istilah Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yakni panca dan sila. Panca artinya "lima", sedangkan sila, seperti kata Sukarno, bermakna "asas", "dasar", atau "prinsip".

Berikut ini contoh pengamalan Pancasila Sila ke-5 yakni “Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia" yang bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat:

  • Bersikap adil terhadap sesama anggota masyarakat
  • Menghormati hak-hak orang lain di lingkungan masyarakat.
  • Memberikan pertolongan kepada orang lain tanpa membeda-bedakan.
  • Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
  • Menghindari sikap yang bisa menyakiti orang lain.

Baca juga:

  • Pemberontakan PKI 1926-1927 di Sumatera Terhadap Belanda
  • Kerajaan Kutai Martapura: Penyebab Runtuhnya & Daftar Raja
  • Apa itu Abris Sous Roche di Masa Praaksara Sejarah dan Fungsinya

Baca juga artikel terkait PANCASILA atau tulisan menarik lainnya Iswara N Raditya
(tirto.id - isw/isw)


Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Addi M Idhom

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA