Sampai usia berapa bayi digendong saat Maghrib

Jakarta - "Jangan terlalu lama menggendong bayi, nanti bau tangan." Pernahkah Anda mendengar ucapan tersebut? Jika iya, perkataan itu hanyalah sebuah mitos.

Ketika menjadi ibu baru, Anda tentu kerap dibuat bingung dengan larangan atau imbauan yang disampaikan orang lain. Benarkah saran dari mereka? Haruskah diikuti? Jangan-jangan cuma mitos, itulah yang mungkin ada di pikiran Anda.

Agar tidak bingung lagi, berikut ini lima mitos tentang bayi yang salah dan apa fakta sebenarnya:

Mitos 1: Jika terlalu lama digendong, bayi akan bau tangan dan ingin digendong terus

Fakta: Bidan di Ontario, Kanada, Karin Terpsta mengatakan kenyataan yang ada justru berbeda jauh dari mitos di atas. "Merespon bayi dengan cepat justru bisa membuat bayi jadi tidak kesal dan lebih mudah menenangkannya jika dia menangis," tambah Terpsta.

Dokter anak asal Kanada, Denis Leduc menambahkan, di beberapa negara ada ibu yang menggendong bayi mereka seharian dan itu tidak menimbulkan efek apapun. Menurut Leduc, menggendong bayi tidak akan menyebabkan apapun kecuali ibu dan bayi menjadi lebih dekat dan menguatkan ikatan mereka.

Mitos 2: Bayi akan tidur nyenyak setelah usia tiga bulan

Fakta: Sampai usia tiga bulan, bayi belum bisa benar-benar tidur nyenyak selama delapan jam. "Bisa tidur nyenyak di malam hari adalah bagian dari proses perkembangan bayi," ujar Leduc. Dijelaskannya, selama 1-3 bulan, dalam waktu 24 jam bayi akan tidur 16-20 jam. Namun waktu tidur yang cukup lama itu akan dibagi-baginya. Misalnya saja, bayi akan tidur selama tiga jam lalu bangun untuk tiga jam berikutnya.

Baru pada usia 4-6 bulan, bayi mulai bisa mengetahui perbedaan siang dan malam. Pada saat itu mereka pun bisa tidur lebih lama di malam hari, sekitar lebih dari enam jam atau lebih. Baru pada usia sembilan bulan, 70-80% bayi bisa tidur dengan nyenyak di malam hari.

Mitos 3: Bayi yang diberi makanan padat lebih cepat (usia 3-4 bulan) biasanya akan tidur lebih lama dan tidak cepat lapar di malam hari.

Fakta: "Mitos itu benar-benar salah," ujar Terpsta. "Justru, memberikan bayi makanan padat sebelum enam bulan bisa membuat pencernaannya terganggu karena sebenarnya belum siap," tambahnya.

Sementara menurut Leduce, ginjal bayi sebenarnya belum siap menerima apapun selain ASI sebelum enam bulan. Bukan hanya itu, dengan memberikan makanan sebelum enam bulan, bayi berisiko mengalami obesitas.

Mitos 4: Bayi yang baru lahir tidak bisa melihat ibu dengan jelas, hanya berupa bayangan.

Fakta: Sejak baru lahir bayi langsung bisa melihat dengan fokus dalam jarak pandang 20-30 cm. Pada minggu pertama kelahirannya, bayi biasanya akan memberikan respon pada gerakan dan fokus pada wajah ibu, yang memang sering ada di dekatnya. Jika bayi mulai tersenyum, artinya dia sudah mengenali ibunya.

Mitos 5: Menangis bagus untuk perkembangan paru-paru bayi, jadi jangan buru-buru menggendongnya saat dia mulai menangis.

Fakta: "Kebutuhan emosi bayi harus direspon," ujar Leduc. "Semakin ibu sering memberikan respon atas emosinya di tiga bulan pertama hidupnya, bayi akan merasa semakin aman dan nyaman," tambahnya.
(eny/eny)

Mitos menggendong bayi saat maghrib menjadi sesuatu yang menarik. Menggendong bayi pada pergantian malam ini ternyata ada asal-usulnya. Lalu bagaimana sejarahnya?

Kepercayaan ini bermula dari sebuah desa yang bernama Regunung, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Menurut beragam pendapat, hal ini merupakan fenomena yang langka sehingga para peneliti budaya menyebut tradisi ini sebagai nilai-nilai kearifan lokal yang perlu dan tetap lestari.

Bahkan, sampai sekarang masih tetap ada yang mana warga setempat meyakini ketika memasuki waktu maghrib bagi yang memiliki bayi harus menggendongnya.

Bila tidak, warga sekitar percaya roh halus atau lelembut akan mengganggunya, bahkan ada yang sampai meninggal dunia.

Mitos Menggendong Bayi Saat Maghrib

Menurut Putri Andany dalam jurnalnya mengungkapkan, asal muasal tradisi ini bermula sekitar tahun 1900-an dari Desa Regunung.

Pada waktu itu seorang bayi meninggal dunia dan menghebohkan masyarakat. Pasalnya, ketika maghrib keluarga maupun orang tuanya tidak menggendongnya.

Karena terus rewel dan tak bisa diam, gelisah dan terus menangis, tidak lama kemudian bayi itu pun meninggal dalam keadaan kulit berubah menjadi hitam.

Perubahan warna kulit ini masyarakat yakin karena orok itu menemui ajalnya saat pergantian siang ke malam.

Selain itu, sebagian warga juga menyebut karena ulah makhluk halus yang keluar dari dunianya saat waktu sedang berganti.

Sedangkan bayi dapat merasakan dan rentan terhadap makhluk gaib, sehingga perlu mendapatkan perlindungan yang salah satunya dengan menggendongnya.

Baca juga: Asal Usul Jenglot, Ilmiah vs Kepercayaan(Buka di tab peramban baru)

Bantuan Sesepuh

Dari mitos menggendong bayi ini, ketika mendapati sedang rewel atau hal-hal aneh, warga langsung mendatangi sesepuh setempat untuk meminta bantuan.

Namun sebelum itu, sebagai langkah antisipasi yang paling utama seorang ibu lah yang langsung menggendongnya agar tidak rewel.

Sedangkan bila hal itu tidak membuat bayinya tenang, barulah mereka mendatangi kasepuhan, seperti kiai, dukun maupun orang pintar.

Ketika mendapatkan bantuan ini, biasanya sang ibu akan mendapatkan berbagai keterangan, termasuk nasehat agar tidak keluar rumah saat maghrib tiba.

Pasalnya, orang zaman dulu mempercayai dari waktu tersebut sprektum warna alam sedang selaras dengan frekuensi jin dan iblis.

Apalagi tenaga keduanya sangat besar lantaran mereka beresonasi atau ikut bergetar dengan warna alam.

Tak hanya mitos menggendong bayi saja, pada saat pergantian waktu ini mereka juga menasehati bila sedang dalam perjalanan sebaiknya berhenti sejenak untuk istirahat ataupun salat.

Kepercayaan ini pun menurut para leluhur memiliki tujuan agar senantiasa bayi terjaga dan terhindar dari hal gaib.

Baca juga: Mitos Seputar Kesehatan Anak yang Tak Perlu Lagi Dipercaya

Warisan Budaya Jawa Kuno

Beberapa pendapat menyebut bahwa tradisi ini berasal dari budaya Jawa kuno yang bernama Gugon Tuhon.

Budaya tersebut merupakan berisi larangan-larangan tertentu untuk seorang bayi yang baru lahir.

Pantangan itu, antara lain orang tua tidak boleh meletakkan bayi sendirian saat maghrib tiba, sehingga harus tetap menjaganya, baik oleh ibunya atau keluarganya.

Dalam pola dimensi mitos tersebut menyebutnya sebagai tradisi tanda-tanda, yang mana bayi merupakan tanda, maghrib penanda dan menggending adalah pertanda.

Mitos menggendong bayi ini masih begitu melekat pada masyarakat di berbagai daerah Indonesia, terutama mereka yang berasal dari Jawa. (Erik/R6/HR-Online)

Apakah bayi harus dipangku saat maghrib?

Dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya. “Bila malam datang, tahanlah anak-anak kalian karena sesungguhnya setan menyebar kala itu! Dan jika sesaat waktu malam telah berlalu, lepaskanlah mereka. Tutuplah pintu dan bacakanlah nama Allah!

Kenapa anak bayi kalau maghrib harus digendong?

Hasil penelitian diketahui bahwa tradisi bayi digendong saat maghrib dilakukan agar orang tua dan keluarga untuk melindungi bayinya serta mendapat keselamatan, terbebas dari hal-hal gaib yang akan mencelakakan bayi.

Bolehkah menidurkan bayi saat maghrib?

Saat mereka mendekati usia enam bulan, bayi mulai tidur lebih lama dan beberapa bahkan bisa tidur sepanjang malam. Bayi disebut tidak boleh tidur saat maghrib.

Kenapa bayi Menangis saat sore hari?

Alasannya ternyata sederhana: sama seperti orang dewasa, bayi merasa lelah pada penghujung hari. Hal ini juga dijelaskan oleh Harvey Karp, M.D., dalam bukunya The Happiest Baby on the Block. Dokter spesialis anak ini menjelaskan, tidak hanya lelah tapi suhu tubuh bayi biasanya naik pada sore hari.