Penguasa Dinasti Abbasiyah merupakan keturunan paman Nabi, Ahad , 14 Jun 2020, 02:55 WIB davidmus.dk Mengenal Dinasti Abbasiyah. Foto: Madrasah Mustanshriyah Baghdad peninggalan Dinasti Abbasiyah Red: Muhammad Hafil REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Para penguasa Dinasti Abbasiyah merupakan keturunan dari paman Nabi Muhammad SAW, al-Abbas. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah al-Saffah pada 750 M. Sang pendiri memerintah hanya dalam waktu singkat, dari 750 sampai 751 M. Al-Saffah kemudian digantikan oleh Abu Ja'far al-Mansur (754-775 M). Dalam Ensiklopedia Islam disebutkan, dua khalifah pertama itu meletakkan dasar-dasar Dinasti Abbasiyah. Sedangkan, tujuh khalifah sesudahnya membangun pilar-pilar peradaban Islam hingga mencapai puncaknya. Lantas, faktor apa yang mendorong terjadinya kemajuan itu? Ahmad Amin dalam bukunya bertajuk Dhuha Islam menjelaskan, pada era itu terjadi pembauran antara orang-orang Arab dengan bangsa-bangsa lain yang sudah berperadaban maju. Di masa Dinasti Abbasiyah, banyak orang non-Arab yang masuk Islam. Mereka, tutur Ahmad Amin, punya pengaruh besar pada perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Misalnya saja Persia. Bangsa Persia berpengaruh kuat pada bidang pemerintahan, filsafat, dan sastra.Pun demikian dengan India. Mereka berpengaruh di bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Sedangkan, bangsa Yunani berpengaruh di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.Di samping itu, jelas Ahmad Amin, aktivitas terjemahan dari buku-buku berbahasa asing ke bahasa Arab sangat marak. Pada periode antara al-Mansur hingga Harus al-Rasyid, banyak sekali diterjemahkan buku-buku di bidang astronomi dan logika. Dan pada periode setelah al-Ma'mun hingga al-Muqtadir (908-932 M), banyak diterjemahkan buku di bidang filsafat dan kedokteran. Aktivitas terjemahan ini semakin luas ketika umat Islam sudah mengenal cara pembuatan kertas.Tak ketinggalan, ilmu agama juga berkembang pesat. Menurut Badri Yatim, pada masa Dinasti Abbasiyah para ahli tafsir mengenal metode penafsiran Alquran bi al-ma'tsur dan bi al'ra'yi. Metode penafsiran yang pertama didasarkan pada ayat-ayat Alquran, hadis, dan pendapat para sahabat (qawl shahaby). Sedangkan, metode yang kedua didasarkan pada rasionalitas. Tak diragukan lagi, kata Badri Yatim, tafsir bi al'ra'yi dipengaruhi oleh perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan.Di era ini pula, ilmu fikih berkembang pesat. Keempat imam mazhab, yaitu Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795 M), Imam Syafi'i (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal (780-855 M) hidup di zaman dinasti ini.Kurang pengawasan Beberapa ahli sejarah menelaah bahwa maraknya perkembangan ilmu pengetahuan Islam itu ternyata tidak disertai dengan kontrol terhadap wilayah-wilayah kekuasaan pemerintah. Menurut Montgomery Watt dalam Politik Islam dalam Lintasan Sejarah, Dinasti Abbasiyah sepertinya sudah puas dengan pengakuan dari provinsi-provinsi yang sebelumnya ditaklukkan oleh Dinasti Umayyah.Provinsi-provinsi itu, kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko, jelas Watt, taat membayar upeti di saat Baghdad masih kuat. Tetapi ketika lemah, mereka menolak membayar pajak, bahkan berani melepaskan diri dari Baghdad.Inilah salah satu sebab internal runtuhnya dinasti ini. Sejak khalifah al-Mu'tashim (833-842 M) sejumlah provinsi melepaskan diri dari Baghdad dan berdiri menjadi kekhalifahan yang independen. Sebab, eksternalnya adalah Perang Salib dan serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Baca Juga
sumber : Harian Republika Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ... Nilai-nilai Positif dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbassiyah
Kemajuan peradaban dan kebudayaan Bani Abbasiyah dapat menandingi dan mengalahkan kemajuan peradaban-peradaban sebelumnya seperti dari Bangsa Yunani, Byzantium, India, dan sebagainya. Sebab peradaban Bani Abbasiyah, tidak hanya mendapat pencerahan ilmu-ilmu Yunani, Persia, dan India melainkan karena mendapat ”cahaya Al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasululllah SAW.”
Adapun hikmah yang dapat diambil umat Islam atas peran ulama dan para ilmuwan antara lain : 1. Ke-Istiqomahan mereka dalam menegakkan Islam 2. Para ulama bener-benar menegakkan dasar dan prinsip : ilmu amaliah dan amal ilmiah 3. Keikhlasan mereka baik jiwa, raga, harta, dan waktu hanya satu untuk kemajuan Islam dan mencari ridho Allah swt Nilai-nilai Negatif dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbassiyah Adapun sebab-sebab dampak negatif atau kemunduran Bani Abbasiyah antara lain:
2. Perbedaan pendapat antara tradisi muslim Arab dan muslim Non-Arab; 3. Sikap keirian kaum Dzimmy terhadap kemajuan Islam secara signifikan; 4. Keturunan khalifah yang merasa berhak untuk melanjutkan kekhalifahan, sedangkan rezim baru tidak peduli dengan sistem keturunan; 5. Munculnya beragam aliran keagamaan seperti: Syiah, Qaramithah, Ismailiyah, dan sebagainya yang melahirkan ideologi baru; 6. Kehidupan keduniaan akibat kemajuan di segala bidang, melahirkansikap konsumtif di lingkungan keluarga khalifah; 7. Kepemimpinan pada generasi kedua tidak cakap sebagaimana pemimpin generasi sebelumnya; 8. Adanya perang yang berlangsung sampai 2 abad, sehingga cukup melelahkan militer Islam. Identifikasi kebudayaan/Peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah
Dampak Perkembangan Ilmu Agama Bagi Perkembangan Umat Dampak positif tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Muncul ulama-ulama hadits dan karya besarnya sehingga umat Islam tidak akan ragu lagi dan ditipu oleh hadits-hadits palsu karana hadits-hadits tersebut sudah teruji kesahihannya. 2. Adanya pembukuan dan penyeleksian hadits akan memudahkan umat Islam mengikuti teladan hidup dari Rasul 3. Berkembangnya ilmu tafsir akan mempermudah umat Islam mengetahui isi, dan makna kandungan Al Qur’an sebagai pedonam dalam kehidupan sehari-hari 4. Berkembangnya ilmu fiqih serta munculnmya ulama-ulama fiqih dan karya besarnya, maka umat Islam bebas memilih mazhab yang akan menjadi panutan dalam menentukan hukum dan tidak akan buta mazhab yag kadang menimbulkan perpecahan Perkembangan ilmu tasawuf sangat berperan dalam kehidupan umat agar manusia tidak terbuai dengan urusan keduniaan saja, berpola hidup sederhana dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan agamaPage 2 |