Salah satu nilai positif yang didapat dari asimilasi bangsa arab dengan bangsa non-arab adalah

Penguasa Dinasti Abbasiyah merupakan keturunan paman Nabi,

davidmus.dk

Mengenal Dinasti Abbasiyah. Foto: Madrasah Mustanshriyah Baghdad peninggalan Dinasti Abbasiyah

Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Para penguasa Dinasti Abbasiyah merupakan keturunan dari paman Nabi Muhammad SAW, al-Abbas. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah al-Saffah pada 750 M. Sang pendiri memerintah hanya dalam waktu singkat, dari 750 sampai 751 M. Al-Saffah kemudian digantikan oleh Abu Ja'far al-Mansur (754-775 M).

Dalam Ensiklopedia Islam disebutkan, dua khalifah pertama itu meletakkan dasar-dasar Dinasti Abbasiyah. Sedangkan, tujuh khalifah sesudahnya membangun pilar-pilar peradaban Islam hingga mencapai puncaknya.

Boleh dikata, Dinasti Abbasiyah menyempurnakan bangunan peradaban Islam dari dinasti sebelumnya, Dinasti Umayyah. Badri Yatim dalam Sejarah Peradaban Islam mencatat, Dinasti Umayyah-lah yang memperkenalkan sistem pendidikan formal. Namun, kala itu pendidikan formal masih diselenggarakan di masjid-masjid. Anak-anak didik memperoleh pengajaran tafsir, hadis, fikih, sastra, dan bahasa di masjid-masjid.Jika seorang murid ingin mendalami disiplin tertentu, yang bersangkutan biasanya pergi ke masjid lain atau langsung ke rumah ulama yang ahli di bidang itu. Namun, khusus bagi para pangeran, mereka mendapatkan pendidikan di dalam istana.Model pendidikan seperti itu berkembang pesat di zaman Dinasti Abbasiyah. Sultan-sultan dari Bani Abbas sangat peduli pada peningkatan peradaban Islam melalui pendidikan. Puncak kejayaannya terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan putranya, al-Ma'mun (813-833 M).GE Bosworth dalam Dinasti-dinasti Islam menyatakan, tiga abad pertama Dinasti Abbasiyah (abad ke VIII sampai ke XI) merupakan abad kejayaan dinasti ini. Bidang sastra, teologi, filsafat, dan ilmu pengetahuan berkembang pesat. Kemajuan ekonomi dan perdagangan terjadi di mana-mana, terutama di Irak, Persia, dan Mesir. Karena itu, seorang orientalis asal Swiss, Adam Mez, tidak ragu-ragu untuk menyebut era Dinasti Abbasiyah ini sebagai "Renaisans Islam".

Lantas, faktor apa yang mendorong terjadinya kemajuan itu? Ahmad Amin dalam bukunya bertajuk Dhuha Islam menjelaskan, pada era itu terjadi pembauran antara orang-orang Arab dengan bangsa-bangsa lain yang sudah berperadaban maju.

Di masa Dinasti Abbasiyah, banyak orang non-Arab yang masuk Islam. Mereka, tutur Ahmad Amin, punya pengaruh besar pada perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Misalnya saja Persia. Bangsa Persia berpengaruh kuat pada bidang pemerintahan, filsafat, dan sastra.Pun demikian dengan India. Mereka berpengaruh di bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Sedangkan, bangsa Yunani berpengaruh di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.Di samping itu, jelas Ahmad Amin, aktivitas terjemahan dari buku-buku berbahasa asing ke bahasa Arab sangat marak. Pada periode antara al-Mansur hingga Harus al-Rasyid, banyak sekali diterjemahkan buku-buku di bidang astronomi dan logika. Dan pada periode setelah al-Ma'mun hingga al-Muqtadir (908-932 M), banyak diterjemahkan buku di bidang filsafat dan kedokteran. Aktivitas terjemahan ini semakin luas ketika umat Islam sudah mengenal cara pembuatan kertas.Tak ketinggalan, ilmu agama juga berkembang pesat. Menurut Badri Yatim, pada masa Dinasti Abbasiyah para ahli tafsir mengenal metode penafsiran Alquran bi al-ma'tsur dan bi al'ra'yi. Metode penafsiran yang pertama didasarkan pada ayat-ayat Alquran, hadis, dan pendapat para sahabat (qawl shahaby). Sedangkan, metode yang kedua didasarkan pada rasionalitas. Tak diragukan lagi, kata Badri Yatim, tafsir bi al'ra'yi dipengaruhi oleh perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan.Di era ini pula, ilmu fikih berkembang pesat. Keempat imam mazhab, yaitu Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795 M), Imam Syafi'i (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal (780-855 M) hidup di zaman dinasti ini.

Kurang pengawasan

Beberapa ahli sejarah menelaah bahwa maraknya perkembangan ilmu pengetahuan Islam itu ternyata tidak disertai dengan kontrol terhadap wilayah-wilayah kekuasaan pemerintah. Menurut Montgomery Watt dalam Politik Islam dalam Lintasan Sejarah, Dinasti Abbasiyah sepertinya sudah puas dengan pengakuan dari provinsi-provinsi yang sebelumnya ditaklukkan oleh Dinasti Umayyah.Provinsi-provinsi itu, kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko, jelas Watt, taat membayar upeti di saat Baghdad masih kuat. Tetapi ketika lemah, mereka menolak membayar pajak, bahkan berani melepaskan diri dari Baghdad.

Inilah salah satu sebab internal runtuhnya dinasti ini. Sejak khalifah al-Mu'tashim (833-842 M) sejumlah provinsi melepaskan diri dari Baghdad dan berdiri menjadi kekhalifahan yang independen. Sebab, eksternalnya adalah Perang Salib dan serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.

Baca Juga

  • dinasti abbasiyah
  • abbasiyah
  • dinasti umayyah
  • khalifah
  • kekhalifahan islam

Salah satu nilai positif yang didapat dari asimilasi bangsa arab dengan bangsa non-arab adalah

sumber : Harian Republika

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...


Nilai-nilai Positif  dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbassiyah   

  1. Penerapan Nilai Keseimbangan antar  Sistem Pemerintahan dan Kekuatan Rakyat

Kemajuan peradaban dan kebudayaan Bani Abbasiyah dapat menandingi dan mengalahkan kemajuan peradaban-peradaban sebelumnya seperti dari Bangsa Yunani, Byzantium, India, dan sebagainya. Sebab peradaban Bani Abbasiyah, tidak hanya mendapat pencerahan ilmu-ilmu Yunani, Persia, dan India melainkan karena mendapat ”cahaya Al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasululllah SAW.”

  1. Nilai Kesungguhan dan Kebersamaan Khalifah dalam memajukan Negara dengan Keihlasan para Ilmuwan dan Ulama

Adapun hikmah yang dapat diambil umat Islam atas peran ulama dan para ilmuwan antara lain :

1.      Ke-Istiqomahan mereka dalam menegakkan Islam

2.      Para ulama bener-benar menegakkan  dasar dan prinsip : ilmu amaliah dan amal ilmiah

3.      Keikhlasan mereka baik jiwa, raga, harta, dan waktu hanya satu untuk kemajuan Islam dan mencari ridho Allah swt

Nilai-nilai Negatif  dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbassiyah   

Adapun sebab-sebab dampak negatif atau kemunduran Bani Abbasiyah antara lain:

  1. Perpecahan antar bangsa keturunan Arab dan bangsa non-Arab (’Ajam);

2.       Perbedaan pendapat antara tradisi muslim Arab dan muslim Non-Arab;

3.       Sikap keirian kaum Dzimmy terhadap kemajuan Islam secara signifikan;

4.       Keturunan khalifah yang merasa berhak untuk melanjutkan kekhalifahan, sedangkan rezim baru tidak peduli dengan sistem keturunan;

5.       Munculnya beragam aliran keagamaan seperti: Syiah, Qaramithah, Ismailiyah, dan sebagainya yang melahirkan ideologi baru;

6.       Kehidupan keduniaan akibat kemajuan di segala bidang, melahirkansikap konsumtif di lingkungan keluarga khalifah;

7.       Kepemimpinan pada generasi kedua tidak cakap sebagaimana pemimpin generasi sebelumnya;

8.       Adanya perang yang berlangsung sampai 2 abad, sehingga cukup melelahkan militer Islam.

Identifikasi kebudayaan/Peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah

  1. Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk membela rakyat.
  2. Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.
  3. Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.
  4. Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam, kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.
  1. Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
  2. Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang memuaskan di semua fihak.
  3. Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan dan kawan.
  4. Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT

Dampak Perkembangan Ilmu  Agama Bagi Perkembangan Umat

Dampak positif tersebut antara lain sebagai berikut :

1.      Muncul ulama-ulama hadits dan karya besarnya sehingga umat Islam tidak akan ragu lagi dan ditipu oleh hadits-hadits palsu karana hadits-hadits tersebut sudah teruji kesahihannya.

2.      Adanya pembukuan dan penyeleksian hadits akan memudahkan umat Islam mengikuti teladan hidup dari Rasul

3.      Berkembangnya ilmu tafsir akan mempermudah umat Islam mengetahui isi, dan makna kandungan Al Qur’an sebagai pedonam dalam kehidupan sehari-hari

4.      Berkembangnya ilmu fiqih serta munculnmya ulama-ulama fiqih dan karya besarnya, maka umat Islam bebas memilih mazhab yang akan menjadi panutan dalam menentukan hukum dan tidak akan buta mazhab yag kadang menimbulkan perpecahan

Perkembangan ilmu tasawuf sangat berperan dalam kehidupan umat agar manusia tidak terbuai dengan urusan keduniaan saja, berpola hidup sederhana dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan agama


Page 2