Salah satu jenis mikroorganisme yang hanya bisa dilihat menggunakan mikroskop elektron adalah

Tubuh manusia sangat mudah terserang penyakit. Tidak hanya penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat atau paparan zat-zat berbahaya, mikroorganisme seperti bakteri, virus dan parasit bisa menyebabkan masalah kesehatan serius yang tidak jarang berujung kematian. Beberapa yang sering menyerang tubuh adalah bakteri dan virus. Kedua mikroorganisme ini sangat mudah menyerang Anda terutama jika daya tahan tubuh Anda sedang turun atau lingkungan yang tidak steril. 

Faktor Perbedaan Virus dan Bakteri

Walaupun terkesan sama tapi nyatanya virus dan bakteri adalah organisme yang berbeda. Namun kadang-kadang infeksi yang disebabkan keduanya susah untuk dibedakan sehingga Anda sebaiknya segera menemui dokter jika sakit. Jangan pernah melakukan diagnosa mandiri apalagi mengonsumsi obat-obatan serta antibiotik tanpa resep dokter. Berikut faktor pembeda virus dan bakteri.

1. Ukurannya Berbeda

Walaupun sama-sama mikroorganisme, tapi ukuran virus adalah mikroorganisme yang masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan bakteri. Jika bakteri masih memungkinkan dilihat dengan mikroskop cahaya maka untuk melihat virus dibutuhkan mikroskop canggih yaitu mikroskop elektron. Oleh sebab itu, ada kemungkinan jika virus dapat menginfeksi bakteri. 

Virus pun sebenarnya bisa dikategorikan sebagai bukan makhluk hidup karena hanya memiliki materi genetik dan membutuhkan inang untuk bisa hidup dan berkembang. Bahkan beberapa jenis virus bisa mati dalam hitungan jam jika berada di luar inangnya. 

Sementara itu, bakteri adalah mikroorganisme dapat hidup lebih lama jika berada dilingkungan yang tepat dan tidak selalu membutuhkan inang. Beberapa bakteri bahkan ditemukan di berbagai perairan, tanah, udara dan sebagainya.

2. Pemanfaatan

Sejak zaman dulu, bakteri telah dimanfaatkan manusia dalam berbagai bidang seperti makanan, minuman hingga pengobatan. Jenisnya sangat banyak dan sudah banyak yang diteliti manfaatnya untuk kepentingan manusia. Bakteri selain bisa hidup di lingkungan tertentu juga bisa hidup pada hewan tertentu bahkan hewan peliharaan. Oleh sebab itu, ada beberapa bakteri pada hewan yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia sehingga Anda sebaiknya selalu menjaga kebersihan hewan peliharaan.

Sedangkan untuk virus, tidak ada pemanfaatan yang bisa dikenal dari virus selain pembuatan vaksin untuk mencegah virus itu sendiri. Dibandingkan dengan bakteri, virus masih tergolong baru bagi manusia karena ukurannya yang sangat kecil namun tingkat kematian akibat virus sangat besar seperti yang terjadi sekarang ini. Sifatnya juga mudah menular sehingga Anda selain harus menjaga kebersihan juga harus menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terinfeksi.

Perbedaan Penyakit Akibat Bakteri dan Virus

Walaupun sama-sama menyebabkan penyakit, masih banyak masyarakat yang salah membedakan ciri-ciri virus dengan bakteri. Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu yang bisa hidup dalam lingkungan serta keadaan tertentu. 

Bakteri ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Bahkan, sebenarnya di tubuh Anda sendiri terdapat jutaan bakteri yang hidup bersama-sama dengan Anda. Sedangkan ciri-ciri virus adalah organisme yang bersifat parasit dan merugikan. Oleh karena itu, virus lebih cenderung mematikan dibanding bakteri.

Di alam terdapat banyak jenis bakteri dan virus yang belum bisa dikenali oleh manusia. Organisme yang sudah dikenali tentu saja dapat diteliti potensi bahayanya sehingga bisa diciptakan pengobatan untuk mengobati atau mencegah penyakit yang ditimbulkan. Pengobatan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri biasanya adalah antibiotik.

Antibiotik tersebut diberikan hanya jika Anda terinfeksi oleh bakteri seperti penyakit tifus, pneumonia, TBC dan sebagainya. Biasanya dokter akan memberikan antibiotik sesuai kondisi penyakit yang diderita dan harus segera dihabiskan agar bakteri tidak kebal terhadap antibiotik. Salah satu antibiotik yang dapat Anda beli di pasaran yaitu Santibi 500 mg – 100 tablet – Antibiotik (Rp136.500). Obat ini harus dibeli dengan resep dokter.

Hal sama juga berlaku untuk kebanyakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus diterapi sesuai dengan gejala dan diusahakan meningkatkan imunitas tubuh, juga menggunakan antivirus yang tersedia.  Namun, dibandingkan dengan bakteri pengobatan untuk penyakit akibat virus cenderung lebih mahal. Umumnya, mencegah penyakit lebih baik daripada mengobatinya. Untuk mencegah penyakit akibat virus, Anda disarankan untuk menggunakan vaksin. Vaksin sendiri bersifat spesifik dan satu vaksin hanya berfungsi untuk satu jenis virus saja. 

Harganya juga bervariasi namun untuk penyakit yang berbahaya umumnya setiap negara memiliki agenda vaksinasi nasional seperti vaksinasi polio, difteri dan sebagainya. Pengembangan vaksin sendiri tergolong rumit sehingga membutuhkan dana serta waktu yang banyak agar aman digunakan.

Hal ini bisa dilihat pada kasus pandemic Covid-19 sekarang. Pandemi yang disebabkan oleh virus Corona jenis baru tersebut sangat mudah menular dan mematikan. Bahkan, menurut beberapa penelitian virus tersebut sudah bermutasi dan mengakibatkan lebih banyak korban jiwa. Vaksin virus ini pun sedang dibuat oleh berbagai negara dan kemungkinan akan rampung pada tahun 2021 mendatang.

Penyakit akibat virus maupun bakteri bisa sangat mematikan sehingga sebaiknya harus segera ditangani. Agar terhindar dari penyakit akibat keduanya menjaga kebersihan saja tidak cukup. Anda harus selalu menjaga daya tahan tubuh dengan gaya hidup sehat, mengatur pola makan serta menggunakan masker jika sakit. 

Khusus pada masa pandemi seperti sekarang, penggunaan masker dan mencuci tangan secara rutin sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko penularan. Tidak hanya itu, Anda sebaiknya juga menjaga jarak aman dari orang lain dan menghindari kerumunan. Selama vaksinnya belum ditemukan, cara tersebut sangat perlu dilakukan guna mengurangi jumlah korban. 

Ingin tebus obat tanpa ribet keluar rumah? Unduh aplikasi Lifepack yang tersedia di Google Play Store dan App Store dan nikmati tebus obat mudah hanya dari rumah saja!

Salah satu jenis mikroorganisme yang hanya bisa dilihat menggunakan mikroskop elektron adalah

UNPAK - Merebaknya virus corona COVID-19 menimbulkan banyak salah persepsi dan pertanyaan mengenai virus itu dan disamakan dengan bakteri. Peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Frilasita Aisyah Yudhaputri menerangkan bahwa virus berbeda dengan bakteri.

Menurut Sisi—sapana Frilasita— dalam Pelatihan Meliput COVID-19 yang digelar secara online melalui WhatsApp Group, meskipun kedua berbeda tapi gejala sakit yang diakibatkan virus itu mirip. “Jadi kalau ke dokter itu tidak bisa dibedakan antara infeksi virus atau bakteri,” ujar dia Selasa, 17 Maret 2020.

Koordinator Penelitian Emerging Virus Research Unit di Eijkman itu menjelaskan, ada tiga hal yang paling utama untuk membedakannya, yaitu secara ukuran, struktur dan biologi virus dan bakteri itu berbeda. Bakteri adalah makhluk hidup. “Virus itu antara hidup dan mati, kalau ilmuwan menyebutnya seperti itu,” kata Sisi.

Biasanya bakteri memiliki ukuran yang jauh lebih besar dan dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Sedangkan virus ukurannya lebih kecil sehingga harus menggunakan mikroskop yang lebih canggih, mikroskop elektron untuk melihatnya.

Dari segi sifatnya, bakteri bersifat uniselular dan secara biologis memiliki dinding sel ribosom dan dapat bereproduksi sendiri. Sementara virus tidak memiliki sel, dan antara hidup dan mati, serta membutuhkan sel inang untuk mereplikasi. Jadi tidak seperti bakteri, virus itu bersifat parasit tidak bisa bereplikasi sendiri.

“Dan yang paling penting kalau sakit, antibiotik itu hanya dapat membunuh bakteri tapi tidak dapat membunuh virus. Ini banyak yang salah nih, semoga ini dapat mencerahkan ya perbedaan antara virus dan bakteri,” tutur Sisi.

Jadi, Sisi menegaskan, virus itu hanya dapat hidup dalam sel inang, jadi tidak dapat hidup di luar sel. Kunci dari kesuksesan virus sendiri adalah struktur dan hidupnya yang simpel. Karena hanya terdiri dari sedikit material genetik berupa RNA atau DNA, tidak bisa keduanya yang dibungkus dalam kapsul protein.

“Nah kebanyakan virus yang ukuran kecil dalam nanometer ini, ada juga sih yang besar, dia tidak dapat hidup di luar sel inang dalam waktu yang lama,” tuturnya. Dia menambahkan, “jadi dia harus menjadi parasit dan hidup dalam sel tertentu baik di manusia ataupun hewan untuk tetap hidup dan berkembang biak untuk kelangsungan hidup selanjutnya.”

Lulusan Master of Biolomedical Science dari Monash University, Australia itu menambahkan, virus dan bakteri termasuk dalam mikroorganisme, lainnya ada fungi, algae dan protozoa. Sejarah virus berawal pada tahun 1883, seorang ahli mikro biologi A. Mayer melakukan percobaan yang menyemprotkan ekstrasi daun tembakau sakit ke daun yang sehat, hasilnya daun tembakau sehat ikut sakit.

Sepuluh tahun kemudian, Dimitri Ivanovsky pada tahun 1892 menemukan ternyata daun tembakau yang sakit itu bukan disebabkan oleh bakteri karena filter bakterinya lolos ketika diuji di lab. Ivanovsky ternyata menemukan penyebabnya adalah makhluk yang lebih kecil dari bakteri.

Seratus tahun kemudian pada 1987 M.W. Beijerinck menemukan bahwa ternyata penyakit tembakau itu memiliki jasad hidup yang akhirnya dinamakan virus. "Saat itu namanya contagium vivum pertama kalinya frase yang digunakan untuk menggambarkan virus itu sendiri,” tambah Sisi.

Unduh artikel selengkapnyaBakteri Virus