Oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Penulis Buku “Milir” Seperti diungkap dalam al-Qur’an, keberadaan kitab selain al-Qur’an itu tegas dan jelas. Pertama, Allah SWT berfirman, “Dan telah Kami berikan Zabur kepada Daud” (al-Nisaa/4: 163). Secara bahasa, menurut pengarang Tafsir Jalalain, “Zabur” itu itu adalah nama kitab yang diturunkan atau yang tertulis untuk Nabi Daud. Dalam pandangan Syaikh Nawawi Banten, isi kitab Zabur itu terdiri dari 150 surah. Namun dari surah-surah itu, tidak ada satupun yang berbicara tentang hukum. Kitab Zabur hanya berisi hikmah-hikmah, nasihat-nasihat, tasbih, tahmid, dan segala pujian kepada Allah SWT. Nabi Daud kerap membacakan kitab Zabur kepada manusia, jin, dan setan. Kedua, kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa. Allah SWT tegaskan, “Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa al-Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. al-Baqarah/2: 53). Dalam ayat ini Taurat disebut al-Kitab. Secara tegas juga diungkap dalam ayat itu bahwa ada dua fungsi diturunkannya Taurat. Pertama, pemisah antara yang hak dan yang batil. Kedua, agar umat Nabi Musa mendapat petunjuk. Ayat ini untuk merespons umat Nabi Musa dari kalangan Bani Israil yang sifat dan wataknya keras dan kerap ingkar kepada Allah SWT. Ketiga, Injil diturunkan kepada Nabi Isa. Allah SWT berfirman, “Isa berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi” (QS. Maryam/19: 30). Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT tidak beranak. Selanjutnya, lanjut Ibnu Katsir, ayat ini juga dimaksudkan untuk membersihkan kesucian ibunda Nabi Isa, yakni Maryam dari tuduhan yang tidak pantas kepadanya. Menariknya, kalimat itu dilontarkan Nabi Isa pada saat beliau masih bayi dan sedang disusui oleh Maryam. Pernyataan Nabi Isa ini sangat menghentak para penuduh tersebut. Namun begitu terdapat perbedaan antara al-Qur’an dengan ketiga kitab samawi lainnya dari sisi sasaran turunnya. Kitab Zabur, Taurat, dan Injil diturunkan berturut-turut kepada Bani Israil. Nabi Daud mengajari Bani Israil dengan Zabur. Nabi Musa memberi informasi tentang agama mereka dengan Taurat. Pun Nabi Isa membaca Injil untuk Bani Israil. Sementara umat Nabi SAW hanya diturunkan al-Qur’an saja dan oleh seorang nabi saja. Sesudah turunnya al-Qur’an tidak ada wahyu susulan yang diturunkan selain kepada Nabi SAW. Sebab memang beliau adalah nabi terakhir. Berbeda dengan Bani Israil yang membutuhkan tiga kita suci dari tiga orang nabi yang diutus dari kalangan mereka sendiri. Selain itu, kitab samawi selain al-Qur’an diturunkan terbatas untuk Bani Israil dalam kurun waktu yang relatif berdekatan antara Zabur, Taurat, dan Injil. Sementara al-Qur’an diturunkan 600 tahun setelah masa kekosongan wahyu. Tepatnya setelah Allah SWT menurunkan Injil kepada Nabi Isa. Al-Qur’an dan ketiga kitab samawi lainnya seperti terpisah. Kendati al-Qur’an turun dengan menggunakan bahasa Arab, ternyata kitab ini menjadi pedoman dan tuntunan bagi orang dengan bahasa yang berbeda. Tak hanya terbatas untuk orang Islam, sejatinya orang Yahudi dan Nasranu harus menggunakan al-Qur’an sebagai sumber hukum juga. Mereka merger seperti yang dilakukan Pendeta Bukhara. Al-Qur’an dengan bahasa Arabnya menjadi tuntunan semua umat Islam akhir zaman. Tidak seperti Zabur yang diturunkan dalam bahasa Qibti yang khusus untuk Bani Isral. Begitu juga Taurat yang diturunkan dalam bahasa Ibrani yang khusus untuk Bani Isail. Begitu juga Injil dalam bahasa Suryani yang lagi-lagi diturunkan untuk Bani Israil. Hingga hari ini setelah lebih dari 14 abad, al-Qur’an tidak ada perbedaan kendati satu huruf. Berbeda dengan Injil yang dicetak dalam beragam versi yang masing-masing mengaku paling otentik. Untuk itu, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang menjaganya” (QS. al-Hijr/15:9). Namun begitu, tidak hanya Nabi Daud, Nabi Musa, dan Nabi Isa yang tertera nama mereka dalam al-Qur’an, isyarat bahwa ada nabi akhir zaman yang bernama Muhammad juga ada dalam Taurat dan Injil. Untuk kedamaian manusia di bumi ini, seharusnya seluruh penganut agama samawi kembali kepada satu tuhan, yakni Allah SWT. (sam/mf) DENPASARUPDATE.COM- Umat Islam meyakini akan adanya kitab-kitab Allah Subhanahuwata’ala merupakan suatu kewajiban. Itu karena merupakan salah satu rukun iman yang ke-3 dari jumlah enam rukun iman yang wajin di imani umat Islam. Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah semua kitab mengajarkan keesaan Allah Swt. sehingga agama-agama sebelum Islam lahir dikenal dengan sebutan agama tauhid, yaitu agama yang mengajarkan tentang keesaan Allah SWT. Sedangkan perbedaannya terletak pada sifatnya. Artinya kitab-kitab tersebut bersifat lokal dan ajaran-ajarannya sederhana. Adapun Al-Quran bersifat universal dan abadi sepanjang masa sekaligus luas ajarannya. Baca Juga: Peluang Hengkang dari Juventus Makin Lebar, Sinyal Cristiano Ronaldo ke Manchester City Makin Kencang Dalam pengertiannya, kitab adalah menulis atau mengumpulkan beberapa huruf dan mengumpulkannya. Adapun yang dinamakan kitab suci terbagi menjadi dua bagian:
Selain kitab, ada pula suhuf. Pengertiannya suhuf adalah wahyu Allah Swt. yang disampaikan kepada rasul, tetapi tidak wajib diajarkan kepada manusia, berbentuk lembaran-lembaran yang berisi kumpulan wahyu Allah Swt. yang diberikan kepada rasul-Nya. Dalam AlQur’an telah dijelaskan tentang suhuf: Baca Juga: Ramalan Zodiak Keuangan Besok Kamis 26 Agustus 2021 : Gemini Tetap Positif, Aries Penuh Keberuntungan “Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab terdahulu, yaitu kitab-kitab Ibrahim dan Musa (QS. Al-A’la: 18-19) Mengimani kitab-kitab Allah Swt. hukumnya wajib, sedangkan mengingkari salah satu kitab suci sama halnya mengingkari seluruh kitab-kitab Allah dan mengingkari para rasul, malaikat, serta mengingkari Allah Swt. Page 2Kesimpulannya yang dimaksud iman kepada kitab-kitab Allah adalah upaya dalam mengakui, percaya dan senantiasa meyakini bahwa Allah Swt. telah mewahyukan kitab suci kepada para nabi dan rasul-Nya yang berisi ajaran Allah Swt. agar nantinya disampaikan kepada umatnya masing-masing. Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta Rabu 25 Agustus 2021 di RCTI : Nino Koma dan Matanya diperban, Andin Jujur Soal Reyna Cara beriman kepada kitab-kitab Allah Swt. adalah sebagai berikut:
Dalil-dalil Naqli dan Aqli tentang iman kepada kitab Allah Swt.
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka seseungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya,( QS. An-Nisa: 136)” Baca Juga: Berulang Kali Dizalimi Golkar, Politisi Senior Wayan Muntra Akhirnya Nyatakan Resmi Hengkang & Gabung Gerindra Manusia yang merupakan makhluk yang da’if (lemah), adapun Allah adalah tuhan Yang Maha Rahman dan Rahim. Atas hal itulah Allah berkehendak untuk memberikan kepada manusia agar tetap menjadi makhluk paling mulia di sisi-Nya dengan pedoman berupa kitab suci lengkap dengan contoh teladan yang berupa nabi dan rasul. Kitab-kitab Allah Swt. yang wajib diimani:
Pembagian suhuf:
Baca Juga: Disebut Jadi Alternatif Utama Melawan Pandemi, IDR Dorong Jokowi dan Luhut Percepat Vaksin Nusantara Page 3
Kitab Alquran merupakan kitab terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. /Kemdikbud/Denpasar Update |