Pendapatan rata-rata yang diterima penduduk suatu negara selama satu tahun disebut pendapatan

Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu negara masyarakatnya sejahtera atau tidak, dapat dilihat dari pendapatan perkapita. Cara mengetahuinya adalah dengan menggunakan rumus pendapatan perkapita. Rumus ini sudah digunakan sejak lama, dan masih berlaku sampai sekarang.

Mengapa suatu negara perlu menghitung pendapatan perkapita miliknya sendiri? Lalu, bagaimana cara menghitung rumus pendapatan perkapita? Anda akan mengetahuinya lebih banyak dengan membaca artikel ini.

Baca juga: Kenali 5 Ciri Fintech Lending Terpercaya

Rumus pendapatan perkapita adalah

Rumus pendapatan perkapita diperoleh dari pendapatan penduduk secara nasional yang dibagi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan di suatu negara. 

Logikanya jika sebuah negara memiliki jumlah penduduk yang banyak, harusnya pendapatan nasionalnya pun bisa ikut banyak. Namun, hal ini tidak selalu begitu karena tergantung pada apakah penduduk negara bersangkutan memiliki penghasilan yang mencukupi kebutuhannya atau tidak.

Beberapa negara di dunia pendapatan perkapitanya kecil karena banyak penduduknya yang terjebak di bawah garis kemiskinan. Hidup mereka ditopang oleh pemerintah yang terkadang juga tidak bisa berbuat banyak saking sulitnya karena nilai pasar di negaranya yang juga rendah.

Ada juga negara yang jumlah penduduknya tidak seberapa, tapi berhasil memiliki nilai pendapatan perkapita tinggi karena sebagian besar penduduknya memiliki pekerjaan yang layak dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.

Pendapatan perkapita bisa disebut juga dengan pendapatan rata-rata penduduk. Istilah tersebut bisa dihubungkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) yang merupakan nilai pasar dari kegiatan transaksi barang dan jasa di suatu negara yang dihitung pada waktu tertentu.

Tujuan menghitung pendapatan perkapita

Sejak dulu, rumus pendapatan perkapita digunakan untuk tujuan-tujuan berikut ini.

1. Menilai tingkat kemakmuran masyarakat pada suatu negara

Rumus pendapatan perkapita digunakan untuk mengetahui apakah masyarakat di suatu negara hidup secara layak atau tidak. Apakah mereka termasuk masyarakat yang tingkat produktivitasnya tinggi atau tidak.

2. Sebagai tolok ukur perekonomian negara

Negara juga perlu menilai tingkat perekonomiannya sendiri. Hal ini berkaitan dengan apakah kebijakan yang dikeluarkannya untuk masyarakat tepat atau tidak. 

Rumus tersebut juga digunakan sebagai gambaran sebaiknya inovasi apa yang harus ditingkatkan agar tingkat perekonomian di dalam negeri naik. Setiap negara pasti berharap nilai pendapatan perkapita naik dari waktu ke waktu karena berarti semakin banyak penduduk yang hidup dengan layak atau di atas standar rata-rata.

3. Sebagai tolok ukur untuk mengeluarkan kebijakan dalam bidang perekonomian

Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan setelah penilaian terhadap pendapatan perkapita dilakukan. Di sini pemerintah akan tahu apakah perekonomian Indonesia sedang mengalami pertumbuhan atau malah turun. Dengan begitu pemerintah akan mengeluarkan kebijakan yang tepat.

Contohnya adalah kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari krisis yang disebabkan pandemi yang masih berlangsung hingga saat ini. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi beban penduduk Indonesia.

4. Sebagai tolok ukur untuk pembangunan

Pembangunan di berbagai daerah dilakukan bukan asal-asalan, tapi melihat kebutuhan masyarakat. Masyarakat yang tinggal di wilayah yang punya pendapatan perkapita tinggi biasanya fasilitas pembangunannya pun akan dilakukan terus-menerus mengingat mobilitas masyarakatnya juga tinggi.

Contohnya di Jakarta, fasilitas transportasi lengkap karena hal itu dibutuhkan untuk memudahkan masyarakatnya bergerak untuk menunjang produktivitasnya.

Cara menghitung pendapatan perkapita

Perhitungan pendapatan perkapita memiliki dua metode yang bisa diterapkan, yaitu metodenya adalah berikut ini.

1. Pendapatan Perkapita Nominal (PPK Nominal)

Perhitungan  ini didasari oleh harga yang sedang berlaku di periode tertentu. Istilahnya sendiri dikenal juga dengan sebutan pendapatan perkapita nominal. Pendapatan ini bisa didapat setelah mengetahui jumlah Produk Nasional Bruto (PNB).

Rumus Pendapatan Perkapita adalah sebagai berikut:

Pendapatan Perkapita = Produk Nasional Bruto (PNB) / Total Jumlah Penduduk

2. Pendapatan Perkapita Riil atau PDB Riil

Perhitungan berdasarkan harga tetap yang berlaku di periode tertentu. Hasilnya nanti disebut sebagai Produk Domestik Bruto (PDB) riil. Perhitungan PDB ini berbeda dengan PNB. PNB akan ikut menghitung pendapatan dari produksi yang dilakukan di luar negeri. Sedangkan PDB, hanya berlaku secara nasional.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

PDB Riil = Produk Nasional Bruto (PNB) Konstan / Total Jumlah Penduduk

Baca juga: Sukuk Wakalah: Rukun dan Penerapannya Lebih Jauh

Contoh menghitung pendapatan perkapita

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah contoh untuk menghitung pendapatan perkapita pada masing-masing metode yang sudah disebutkan sebelumnya.

Contoh kasus 1 dengan perhitungan PPK Nominal

Suatu negara pada tahun 2019 memiliki nilai Produk Nasional Bruto 1.200.000 miliar dan memiliki jumlah penduduk 24.000.000 jiwa. Maka, perhitungannya PPK Nominal-nya adalah:

Pendapatan Perkapita Nominal = Produk Nasional Bruto (PNB) / Total Jumlah Penduduk

Pendapatan Perkapita Nominal = 1.200.000 miliar/ 24.000.000 jiwa

Pendapatan Perkapita Nominal = 5.000.000

Contoh kasus 2 dengan perhitungan PDB Riil

Suatu negara pada tahun 2010 Produk Nasional Bruto-nya 800.000 miliar dan Produk Nasional Bruto-nya pada 2019 adalah 1.200.000 miliar dengan jumlah penduduk total 24.000.000 jiwa. Maka, perhitungan PDB Riil-nya adalah sebagai berikut:

PDB Riil = Produk Nasional Bruto (PNB) Konstan / Total Jumlah Penduduk

PDB Riil = 800.000 miliar / 24.000.0000

PDB Riil = 33.333.333,34

Walaupun ada rumus pendapatan perkapita yang cukup jelas, tapi rumus itu dinilai tidak terlalu tepat untuk mengetahui kemakmuran suatu negara. Alasannya karena setiap negara ekonominya tidak merata, pasti ada wilayah yang menjadi unggulan, dan wilayah yang tertinggal yang penduduknya tidak mendapatkan fasilitas yang sama dengan unggulan itu.

Oleh karena itu, masing-masing negara perlu menghitung juga jumlah penduduk miskin di negara mereka. Mereka pun tetap harus berusaha mengurangi tingkat kemiskinan tersebut.

Bersama Modal Rakyat Membantu UMKM Mengembangkan Bisnisnya

Anda ingin berinvestasi aman dan menguntungkan? Coba saja berinvestasi melalui P2P Lending Modal Rakyat. Di sini Anda akan berinvestasi dengan menyalurkan modal untuk para pelaku UMKM yang membutuhkan dana. Anda bisa mulai menyetorkan dana dari Rp100.000 saja. 

Potensi imbal hasil yang dapat Anda peroleh adalah 25% per tahun. Berinvestasi di Modal Rakyat termasuk aman karena Modal Rakyat sudah memperoleh izin dari OJK. Yuk, segera mulai menyalurkan dana Anda melalui halaman berikut ini. Gunakan kode promo BLOG25 untuk mendapatkan saldo gratis Rp25.000.

Jakarta -

Pendapatan nasional pertama kali diperkenalkan lewat konsep Sir William Petty dari Inggris. Pada 1665, ia berupaya menaksir pendapatan nasional negaranya dengan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup atau konsumsi selama setahun. Sebetulnya, apa itu pendapatan nasional?

Pendapat Sir William Petty kelak tidak disepakati ahli ekonomi modern. Sebab, konsumsi bukan satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional, seperti dikutip dari Pengantar Ilmu Ekonomi oleh Drs. Jimmy Hasoloan, M.M.

Pendapatan Nasional dan Jenisnya

Pengertian Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di sebuah negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode. Biasanya, satu periode dalam pendapatan nasional adalah satu tahun.

Menurut ahli ekonomi modern, alat utama pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto atau Gross National Product (GNP). GNP adalah seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara bersangkutan, diukur menurut harga pasar suatu negara.

Beberapa konsep pendapatan nasional yaitu Produk Domestik Bruto (GDP), Produk Nasional Bruto (GNP), Produk Nasional Netto (NNP), Pendapatan Nasional Netto (NNI), Pendapatan Perseorangan (PI), dan Pendapatan yang Siap Dibelanjakan (DI).

Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP) merupakan jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan unit-unit produksi dalam batas wilayah sebuah negara (atau secara domestik) selama satu tahun.

GDP juga termasuk hasil produksi barang dan jasa perusahaan atau orang asing yang beroperasi di negara tersebut. Sementara itu, barang-barang yang dihasilkan juga termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya. Sebab, jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto atau kotor.

Produk Nasional Bruto (GNP)

Produk Nasional Bruto atau Gross National Product (GNP/PNB) merupakan nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan penduduk suatu negara selama satu tahun. GNP juga termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan warga negara tersebut di luar negeri. Namun, PNB tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di negara itu.

Produk Nasional Neto (NNP)

Produk Nasional Neto atau Net National Product (NNP) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal yang disebut juga replacement. Replacement penggantian barang modal atau penyusutan peralatan produksi yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran. Karena itu, replacement bisa saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan, meskipun relatif kecil.

Pendapatan Nasional Neto (NNI)

Pendapatan Nasional Neto atau Net National Income adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurangi pajak tidak langsung.

Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan pada pihak lain. Contoh pajak tidak langsung yaitu pajak penjualan, pajak hadiah, dan lain-lain.

Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan Perseorangan atau Personal Income adalah jumalh pendapatan yang diterima setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun.

Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan yang bukan balas jasa produksi tahun ini, tetapi sebagian dari pendapatan nasional tahun lalu, seperti dana pensiun, tunjangan sosial bagi pengangguran, veteran perjuangan, bunga utang pemerintah, dan lain-lain.

Pendapatan Perseorangan merupakan NNI dikurangi pajak laba perusahaan, laba yang tidak dibagi, dan iuran pensiun.

Pendapatan yang Siap Dibelanjakan (DI)

Pendapatan yang siap dibelanjakan atau disposable income adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan dalam membeli barang dan jasa konsumsi. Sementara selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.

Disposable Income adalah personal income dikurangi pajak langsung atau direct tax. Pajak langsung adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan pada pihak lain, sehingga harus ditanggung wajib pajak sendiri. Contoh pajak langsung adalah pajak pendapatan.

Nah, itu dia pengertian pendapatan nasional dan jenisnya. Semangat belajar, detikers!

Simak Video "Duh! Mobil Mewah Dibeli Atas Nama PT Bikin Rugi Negara"



(twu/nwy)