Pemuda yang mewakili suku jawa dalam sumpah pemuda disebut

JAKARTA - Dalam perjalanan meraih kemerdekaan Indonesia, peran pemuda tidak bisa dipungkiri dalam upaya membangun kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satunya melalui kongres pemuda berskala nasional yang pernah diadakan dua kali di Jakarta.

Kongres Pemuda I diadakan tahun 1926 dan menghasilkan kesepakatan bersama mengenai kegiatan pemuda pada segi sosial, ekonomi, dan budaya, sedangkan Kongres Pemuda II, yang diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 dipimpin oleh pemuda Soegondo Djojopoespito dari PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), menghasilkan keputusan penting yang disebut sebagai Sumpah Pemuda.

Kongres ini diikuti oleh seluruh organisasi pemuda saat itu seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Betawi, dan organisasi pemuda lainnya.

Berikut 9 organisasi pemuda yang turut andil dalam Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II:

1. Jong Java

Jong Java merupakan suatu organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA pada tanggal 7 Maret 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo (TKD) (bahasa Indonesia: "Tiga Tujuan Mulia"). Perkumpulan pemuda ini didirikannya karena banyak pemuda yang menganggap bahwa Boedi Oetomo dianggap sebagai organisasi elit.

2. Jong Ambon

Jong Ambon adalah organisasi kepemudaan Ambon pada masa pergerakan nasional sebelum Sumpah Pemuda. Maksud dan tujuannya adalah menggalang persatuan dan mempererat tali persaudaraan di kalangan pemuda-pemuda yang berasal dari daerah Ambon (Maluku). Salah satu tokoh Jong Ambon yang terkenal adalah Johannes Leimena.

3. Jong Batak

Jong Batak atau yang juga dikenal dengan nama Jong Bataks Bond adalah perkumpulan para pemuda yang berasal dari daerah Batak (Tapanuli), yang bertujuan untuk memperat persatuan dan persaudaraan di antara para pemuda yang berasal dari daerah tadi serta turut serta memajukan kebudayaan daerah. Salah satu tokoh yang terkenan dari organisasi ini adalah Amir Sjarifudin.

4. Jong Sumatranen Bond

Jong Sumatranen Bond (JSB) adalah perkumpulan yang bertujuan untuk mempererat hubungan di antara murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik pemuda Sumatra untuk menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra. Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta. JSB memiliki enam cabang, empat di Jawa dan dua di Sumatra, yakni di Padang dan Bukittinggi.

Beberapa tahun kemudian, para pemuda Batak keluar dari perkumpulan ini dikarenakan dominasi pemuda Minangkabau dalam kepengurusannya. Para pemuda Batak ini membentuk perkumpulan sendiri, Jong Batak.

5. Jong Islamieten Bond

Jong Islamieten Bond (JIB), atau biasa disebut Perhimpunan Pemuda Islam (PPI) merupakan organisasi perhimpunan pemuda dan pelajar Islam Hindia Belanda. JIB didirikan tanggal 1 Januari 1925 di Batavia.

Organisasi ini bukanlah organisasi politik karena tidak terlibat dalam kegiatan politik, tetapi menyelenggarakan kursus-kursus pendidikan dan mempererat persatuan bagi pemuda dan pelajar Islam Hindia Belanda. Anggota JIB merupakan anggota dari Jong Sumatranen Bond, Jong Java, dan organisasi pemuda lainnya.

6. Sekar Rukun

Sekar Rukun merupakan suatu organisasi para pemuda Sunda yang didirikan oleh para siswa Sekolah Guru (Kweekschool) di Jalan Gunungsari, Batavia, pada tanggal 26 Oktober 1919. Sebagai premrakarsa berdirinya perkumpulan ini Doni Ismail, Iki Adiwidjaja, Djuwariah, Hilman, Moh. Sapii, Mangkudiguna, dan Iwa Kusumasumantri (siswa Rechtschool).

7. PPPI

Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia adalah suatu wadah organisasi pemuda yang didirikan pada tahun 1926 oleh Raden Tumenggung Djaksodipoera bersama 5 kawannya yakni Soegondo, Soewirjo, Goelarso, Darwis, dan Abdoellah Sigit, dengan alamat Jl. Kramat No. 106 Weltevreden Batavia.

Organisasi ini menirukan Indonesisch Vereniging (Perhimoenan Indonesia) yang didirikan oleh Mohammad Hatta di Negeri Belanda tahun 1908.

8. Pemuda Kaum Betawi

Pemuda Kaum Betawi adalah wadah organisasi kepemudaan khususnya untuk para pemuda Betawi yang didirikan pada awal tahun 1927 yang diketuai oleh Mohamad Tabrani.

Hingga akhir tahun 1926 belum ada wadah khusus organisasi kepemudaan Betawi. Sehingga para pemudanya banyak yang menjadi anggota dari Jong Java dan Sekar Roekoen karena merasa serumpun. Namun, lama kelamaan mereka merasa perlu untuk memiliki wadah tersendiri, sehingga dibentuklah organisasi kepemudaan ini.

9. Jong Celebes

Jong Celebes adalah organisasi pemuda yang menghimpun para pemuda pelajar yang berasal dari Selebes atau Pulau Sulawesi. Maksud dan tujuannya ialah mempererat rasa persatuan dari tali persasudaraan di kalangan pemuda pelajar yang berasal dari Pulau Sulawesi.

Tokoh-tokohnya misalnya Arnlod Monotutu, Waworuntu, dan Magdalena Mokoginta (yang kemudia dikenal dengan Ibu Sukanto, Kepala Kepolisian Wanita Negara RI pertama).

(fin)

Baca Juga: Lifebuoy x MNC Peduli Ajak Masyarakat Berbagi Kebaikan dengan Donasi Rambut, Catat Tanggalnya!

(amr)

  • #Sumpah Pemuda
  • #Organisasi Pemuda
  • #Hari Sumpah Pemuda

Apa sih yang ada dipikiranmu, saat mendengar kata “Sumpah Pemuda”? Sebagian dari kita mungkin langsung teringat mengenai “tanah, bangsa, dan bahasa satu: Indonesia”. Tapi sadarkah kita, bahwa tokoh-tokoh yang ada dalam “Sumpah Pemuda” sebenarnya adalah para relawan yang berjuang demi kemerdekaan bangsa ini. Berkat adanya para relawan inilah, konsep Indonesia bisa lahir & menjadi landasan terpenting bagi proklamasi. 

Saat membicarakan mengenai relawan, tidak sedikit dari kita yang teringat kepada serangkaian bencana alam nasional yang terjadi beberapa tahun silam, baik di Aceh, Yogyakarta, Palu & Lombok. Saat itu masyarakat dari berbagai penjuru Indonesia, terpanggil untuk berkontribusi & memberikan uluran tangan kepada mereka yang sedang bernasib buruk. Tidak hanya menjadi sorotan nasional, mata dunia saat itu pun tertuju pada Indonesia, mereka juga menyalurkan bantuan logistik maupun tenaga relawan. 

Tapi tahukah kita, apabila ditelusuri lebih jauh, ternyata budaya kerelawanan dari bangsa Indonesia, sudah tertanam sejak jaman dahulu kala. Bahkan, negara Indonesia sendiri, terbentuk atas dasar semangat gotong royong yang tinggi, oleh sebab adanya tujuan bersama (common goals), untuk menciptakan identitas dari sebuah bangsa yang baru, bersatu, dan merdeka. 

Setelah melewati berbagai perjuangan, para pendiri bangsa menyadari bahwa perjuangannya tidak maksimal, tanpa adanya semangat persatuan di seluruh Nusantara. Karena inilah Kongres Pemuda I, yang berlangsung dari 30 April – 2 Mei 1926 di Batavia (nama Jakarta saat itu) diselenggarakan, acara ini turut dihadiri berbagai organisasi pemuda-pemudi mulai dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, Jong Bataks Bond, Pemuda Kaum Teosofi, dll. 

Di berbagai perhimpunan ini, kamu masih bisa melihat bahwa organisasi tersebut berbasis suku, ras dan agama, hal ini sangatlah wajar karena saat itu masih belum terbentuknya suatu identitas yang bisa merekatkan perbedaan di antaranya. Tujuan dari Kongres Pemuda I adalah untuk memajukan persatuan & kebangsaan Indonesia, serta menguatkan hubungan diantara organisasi pemuda-pemudi. Namun, karena adanya ketidakpuasan & perbedaan pandangan dari hasil akhir yang mereka sepakati, muncul berbagai dorongan untuk menyelenggarakan kembali Kongres Pemuda II.

Kongres Pemuda II diadakan di tanggal 27-28 Oktober 1928; hari pertama berlangsung di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, dilanjutkan hari kedua di Gedung Oost-Java Bioscoop (keduanya terletak di kota Jakarta). Jumlah & latar belakang perhimpunan pemuda-pemudi yang menghadiri Kongres Pemuda II jauh lebih banyak & beragam dibandingkan kongres sebelumnya; acara ini turut dihadiri organisasi Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Jong Ambon, Katholikee Jongelingen Bond, Pemuda Kaum Betawi, hingga beberapa perwakilan keturunan Tionghoa, dan sebagainya. Tokoh-tokoh seperti: Amir Sjarifuddin, Mohammad Yamin, Mohammad Roem, Soegondo Djojopoespito, & tokoh lainnya turut menghadiri & berkontribusi dalam Kongres Pemuda II.

Hasil akhir congress tersebut adalah “Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia”, yang lebih dikenal dengan sebutan “Sumpah Pemuda”: Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, Tanah Indonesia. Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, Bangsa Indonesia. Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.

Sumpah inilah yang menjadi dasar perumusan dari Proklamasi, Pancasila & Undang-undang Dasar 1945, yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dari persatuan, musyawarah, keadilan, dan perdamaian. Untuk pertama kalinya juga, pada akhir Kongres Pemuda II, W. R. Supratman diizinkan Soegondo Djojopoespito memainkan “Indonesia Raya” tanpa lirik dengan biolanya, jauh sebelum menjadi lagu kebangsaan Indonesia di tahun 1945.

Bisa kita bayangkan, apabila tak ada inisiatif & kesadaran dari berbagai perhimpunan pemuda-pemudi, bahwa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku, bangsa & agama, sangatlah mungkin jika negeri ini sudah terpecah menjadi berbagai negara. Untungnya karena adanya desakan untuk menciptakan sebuah wadah sekaligus rasa (sense) pemersatu melalui Kongres Pemuda I & II, fondasi negara Indonesia bisa berdiri kokoh hingga saat ini.

Sumpah Pemuda mengingatkan kita bahwa semangat kerelawanan & gotong royong, sudah ada & perlu untuk menyatukan & mendorong bangsa Indonesia mencapai tujuan bersama, di mana perbedaan suku, ras & agama tidak lagi menjadi penghalang dalam mengikrarkan Sumpah Pemuda, karena kita adalah Bangsa Indonesia

Memiliki tujuan bersama tetaplah hal yang sangat penting, bukan demi melawan penjajah / memperjuangkan kemerdekaan, melainkan mencari & mewujudkan solusi atas berbagai permasalahan sosial yang ada di sekitar kita, yang sekalipun beragam dapat kita selesaikan dengan solusi bersama. Karenanya sangatlah penting bagi kita untuk saling bersatu & bergotong royong, guna menemukan jalan keluar bersama, salah satunya dengan menjadi relawan.

Menjadi relawan mengajarkan kita bahwa perbedaan tidak lagi menjadi penghalang karena fokus dari kerelawanan adalah isu sosial. Seperti halnya tokoh-tokoh dalam Sumpah Pemuda, yang mengawali semua perjuangannya dengan ikut menjadi relawan, yang nantinya menjadi pahlawan bagi bangsa Indonesia. 

Apapun agama, suku, & kelompokmu, kita semua dapat bersatu demi menyelesaikan masalah sosial. Melalui kerelawanan, interaksi diantara kelompok masyarakat terjadi, interaksi ini menjadi jembatan yang membuat berbagai ruang perbedaan bisa bertemu, kenal, dan saling percaya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan rasa toleransi antar kelompok, suku, budaya, agama & latar belakang apapun yang kita miliki. Dengan menjadi relawan, kita ikut mengamalkan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dari Pancasila, dimana perbedaan sifatnya tidak memecah belah, melainkan saling menyatukan & melengkapi satu sama lain.

Penulis

Rukita Widodo – Indorelawan

Tim Inspect History

Referensi

Agung, Widharmika. Ada Persatuan dalam Kerelawanan. https://greatmind.id/article/ada-persatuan-dalam-kerelawanan

Museum Sumpah Pemuda. Sejarah Sumpah Pemuda. https://museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id/sejarah-sumpah-pemuda/

Raditya, Iswara N. 2019. Isi, Makna & Sejarah Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. https://tirto.id/isi-makna-sejarah-hari-sumpah-pemuda-28-oktober-1928-eku2

Sejarah Lirik Lagu Indonesia Raya dalam Hari Sumpah Pemuda. https://tirto.id/sejarah-lirik-lagu-indonesia-raya-dalam-hari-sumpah-pemuda-ekvL

TEDxJakarta: Much Ado About Volunteering oleh Widharmika Agung 

Dokumentasi : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/msp/aktivis-persatuan-pemuda-rm-joesoepadi-danoehadiningrat-7-kongres-pemuda-kedua/