Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta merupakan kemajuan di bidang Teknologi

Proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta adalah proyek infrastruktur yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas yang luar biasa di ibukota negara ini. Pada saat ini, jalur Utara-Selatan dari proyek ini sedang dibangun (upacara groundbreaking telah diadakan pada Oktober 2013), sementara jalur Timur-Barat sedang dipelajari. Jalur Utara-Selatan, yang akan dibangun dalam dua fase, menghubungkan Kampung Bandan (di Jakarta Utara) dengan Lebak Bulus (di Jakarta Selatan), jalur sepanjang 23,3 kilometer. Fase pertama, didanai melalui pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC), yang kemudian bergabung ke dalam Japan International Cooperation Agency (JICA), diharakan untuk mulai dibuka untuk publik pada tahun 2018.

MRT Jakarta diperkirakan menghabiskan biaya paling sedikit 1,7 miliar dollar Amerika Serikat (termasuk sistem listrik dan mekanis dan biaya dari gerbong-gerbong MRT) dan seharusnya bisa selesai sepenuhnya pada 2027. Pemilik utama dari proyek ini adalah Pemerintah Daerah Jakarta.

Peta Jakarta Mass Rapid Transit:

Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta merupakan kemajuan di bidang Teknologi

Latar Belakang Sejarah MRT Jakarta

Meskipun kira-kira sudah 40 tahun sejak konsep MRT Jakarta pertama dicetuskan, sekitar 20 tahun sejak studi kelayakan pertama dilaksanakan (di tahun 1990an pada era Suharto), dan sekitar 15 tahun sejak Jepang menawarkan bantuan untuk mendirikan MRT Jakarta (pada masa-masa awal era Reformasi ketika Indonesia berada dalam fase pemulihan dari Krisis Finansial Asia), hanya baru-baru ini proyek ini dilaksanakan. Setelah bertahun-tahun diperparah oleh kurangnya investasi infrastruktur di Jakarta, kepadatan lalu lintas telah menyebabkan kemacetan total di beberapa bagian dari Jakarta pada hari-hari kerja. Namun, ketika Joko Widodo menjadi Gubernur Jakarta di tahun 2012 (dibantu oleh Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal sebagai Ahok), pasangan ini bersemangat untuk membawa perubahan dan mendorong realisasi dari proyek MRT Jakarta yang sudah tertunda lama.

Salah satu halangan yang terkenal dari proyek-proyek infrastruktur adalah pembebasan tanah. Meskipun sebagian besar tanah yang dibutuhkan untuk konstruksi MRT Jakarta telah didapat, ada sejumlah isu pembebasan tanah terutama di sektor selatan dari proyek ini yang dibangun melayang di atas tanah. Hal ini mungkin bisa menyebabkan penundaan dalam penyelesaian proyek ini.

Untuk bagian-bagian di bawah permukaan tanah, terowongan-terowongan berdiameter 6,05 meter perlu dibangun dengan memindahkan sekitar 5 juta kubik meter material dari area konstruksi. Sebagian dari material ini akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan properti di Jakarta Utara.

Koridor Utara-Selatan Jakarta MRT:

  1st Phase
Lebak Bulus-Bunderan HI
2nd Phase
Bunderan HI-Kampung Bandan
Length of Track 15.2 km (9.2 km elevated; 6 km underground 8.1 km
Stations 13 (7 elevated; 6 underground) +7 underground between Bunderan HI-Kota; +1 at grade (Kampung Bandan)
Travel Time 30 minutes 22.5 minutes
Target Passengers per Day 412,700 629,900
Operation Target 2016 2018

Koridor Timur-Barat Jakarta MRT:

In pre-feasibility study
Length of Track 87 km
Operation Target 2024-2027

Sumber: MRT Jakarta

Lanjut Baca:

Kunjungi situs resmi Jakarta MRT

Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta merupakan kemajuan di bidang Teknologi

Jakarta - Sejak mulai dibangun pada Oktober 2013 silam, pembangunan mass rapid transit (MRT) Jakarta terus menunjukkan perkembangan. Hingga September 2017, progres konstruksi MRT Jakarta fase I Lebak Bulus-Bundaran HI telah mencapai 80,15%.

"Per 25 September perkembangan konstruksi kami sudah mencapai 80,15 persen secara keseluruhan. Selain itu, pemasangan track railway (rel) juga telah dilakukan dan sudah sepanjang 1.360 meter terpasang dari keseluruhan total panjang rel, yaitu ±36 ribu meter. Dengan perkembangan ini, dapat dipastikan MRT akan beroperasi sesuai jadwal," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, dalam keterangan resminya seperti dikutip di Jakarta, Rabu (27/9/2017).

Pengerjaan proyek MRT Jakarta struktur bawah tanah telah selesai 90,22%, sementara struktur layang telah mencapai 70,16%.

Pada fase pertama ini, terdapat 13 stasiun yang sedang dibangun, yakni tujuh stasiun layang (Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja), dan enam stasiun bawah tanah (Stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia).

Panjang jalur Lebak Bulus - Bundaran HI adalah 16 kilometer (km), yang dapat melayani 173.400 penumpang setiap hari melalui 16 set kereta, yang terdiri dari 14 set kereta operasi dan 2 kereta cadangan. Total tempuh rute ini adalah 30 menit dengan jarak antar kereta 5 menit sekali.

Kereta akan dioperasikan secara otomatis atau tanpa masinis, melalui sistem persinyalan Communication-Based Train Control (CBTC), yang merupakan teknologi baru bagi Indonesia. Selain itu, rel kereta MRT Jakarta akan menggunakan Direct Fixation Tract, Anti Vibration Sleeper, PC Sleeper, dan Ballasted Track.

"Rel kereta api fase pertama ini berstruktur Direct Fixation Tract dengan Anti Vibration Sleeper, untuk jalur layang, dan Direct Fixation Track dengan PC Sleeper untuk jalur bawah tanah, dan Ballasted Track untuk di depo," ujar William.

Adapun pembangunan MRT fase kedua Bundaran HI-Kampung Bandan ditargetkan mulai Oktober 2018. Pemerintah berencana membangun MRT Jakarta untuk dua koridor, yakni selatan-utara dan timur-barat (Cikarang, Bekasi-Balaraja, Banten). Koridor timur-barat akan mulai dibangun pada tahun 2020, membentang sepanjang 87 km. (eds/wdl)

source : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3659762/4-tahun-dibangun-konstruksi-mrt-jakarta-capai-80

Published by hmgp.geo on July 7, 2022

Yeremia Christian

Divisi Riset dan Keilmuan HMGP UGM 2022 Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta merupakan kemajuan di bidang Teknologi

MRT Jakarta

Sumber: Unsplash.com/@Achmad Al Fadhli

Jakarta terkenal sebagai sebuah kota metropolitan. Metropolitan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kawasan perkotaan yang relatif besar, baik dari ukuran luas wilayah, jumlah penduduk, ataupun skala aktivitas ekonomi dan sosial. Jakarta memiliki peran dan fungsi yang sangat beragam. Jakarta adalah tempat pusat perdagangan dan jasa, wadah perusahaan-perusahaan multinasional, pusat kekuatan politik dan administrasi negara, tempat pengembangan dan penggunaan teknologi dan telekomunikasi canggih serta wadah aktivitas-aktivitas penting negara lainnya. Oleh sebab itu, Jakarta menjadi pusat daya tarik bagi semua orang sebagai tempat penunjang dan peningkatan taraf hidup menjadi lebih baik. Hal ini menjadikan Jakarta sebagai kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara. Berdasarkan hasil pendataan Pemerintah Provinsi DKI pada 2019 menyebutkan bahwa kepadatan penduduk di DKI Jakarta mencapai 118 kali lipat dari angka rata-rata nasional.

      Dari sudut pandang ilmu geografi, tingkat kepadatan penduduk di Jakarta ini tak lepas dari 3 faktor utama seperti ekonomi, faktor sosial budaya, serta faktor fisiografisnya. Dari faktor ekonomi, Jakarta menjadi pusat fungsional tenaga kerja. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) per 2021, Jakarta menempatkan posisi teratas sebagai provinsi dengan UMR tertinggi. Selain itu, berdirinya beragam perusahaan-perusahaan multinasional dengan upah tinggi menjadikan kedatangan tenaga kerja menjadi banyak sehingga kepadatan semakin tinggi. Melihat dari faktor sosial budaya, Jakarta merupakan kota yang memudahkan pemenuhan kebutuhan sosial masyarakatnya. Kota ini menyediakan fasilitas publik yang bagus dan lengkap serta tempat penunjang pendidikan yang berkompeten sehingga menarik banyak penduduk untuk tinggal. Berdasarkan kondisi fisiografisnya dapat dikatakan bahwa topografi wilayah Jakarta cocok untuk menjadi tempat tinggal karena termasuk daerah datar dan landai. Selain itu, letaknya yang strategis membuat kawasan Jakarta sebagai tempat yang sering dijadikan kawasan industri. Kepadatan penduduk ini apabila dibiarkan akan menciptakan permasalahan baru di masyarakat. Salah satunya yang sering terjadi di Jakarta ialah kemacetan. Penggunaan alat transportasi pribadi yang tinggi dapat berdampak buruk terhadap aspek keselamatan bertransportasi maupun lingkungan sebab polusi udara akan terus bertambah. Oleh sebab itu, pemerintah membangun MRT yang dapat menjadi salah satu pemecah masalah kemacetan akibat kepadatan penduduk yang tinggi.

      MRT atau Mass Rapid Transit adalah sistem transportasi transit cepat yang menggunakan kereta rel listrik untuk jalannya. Dalam bahasa Indonesia, MRT dikenal dengan sebutan Moda Raya Terpadu atau Angkutan Cepat Terpadu. Sedikit mengenal tentang sejarah MRT, dilansir pada laman jakartamrt.co.id perencanaan pembangunan MRT pada awalnya ingin dirintis sejak 1985. Namun, pada saat itu proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional sehingga pembangunannya ditunda. Selang 20 tahun, Presiden Republik Indonesia menegaskan bahwa proyek MRT adalah proyek nasional maka dengan segera Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai bergerak. Pembangunan proyek MRT ini juga disambut baik oleh pemerintah Jepang yang kemudian membantu pembangunan proyek ini dengan memberikan dana bantuan melalui Japan Bank for International Cooperation (JBIC) pada 28 November 2006. Tahapan pengerjaan proyek MRT Jakarta dimulai pada 2008-2009 dimana dilakukan terlebih dahulu desain teknis dan pembebasan lahan. Kemudian dilanjutkan dengan tender konstruksi dan tender peralatan listrik dan mekanik pada 2009-2010, sedangkan untuk pengerjaan konstruksi dimulai pada 2010-2014. Pembangunan fase 1 MRT dilaksanakan mulai 2014 hingga beroperasi tahap 1 yang dimulai pada 2019.

      MRT memiliki ciri khasnya sendiri yang berbeda dengan kereta rel berdaya listrik lain yang serupa seperti LRT (Light Rail Transit) dan KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Line. Salah satu keunggulan sekaligus ciri khas yang paling menonjol dari MRT dibandingkan dengan kembarannya yaitu jalur transportasinya yang tidak terbatas di atas tanah tetapi juga mampu beroperasi di bawah tanah (underground). Kemampuan melaju di bawah tanah ini yang menjadi alasan utama pembangunan MRT dapat menjadi solusi kemacetan di Jakarta. Selain perbedaan tersebut, antara MRT, LRT, dan KRL juga memiliki perbedaan lain dari beragam aspek. Dilansir dari laman Kompas.com, perbedaan pertama terletak pada daya tampung penumpang. Daya tampung pada LRT tergolong sedikit dan ringan dibandingkan kedua saudaranya  yakni  sebanyak 628 penumpang dalam 1 rangkaian kereta, sedangkan pada MRT dan KRL dapat menampung sebanyak 1950 dan 2000 penumpang dalam 1 rangkaian kereta.

      Melihat dari sistem perlintasannya, KRL menjadi satu-satunya sistem kereta listrik yang melaju di atas tanah. Pada LRT, sistem perlintasannya melayang dan MRT menerapkan sistem perlintasan di bawah tanah dan melayang. Melihat hal tersebut dapat dikatakan bahwa konflik sebidang lebih sering terjadi pada KRL. Dari segi persebaran rutenya dapat dikatakan bahwa KRL jauh mengungguli sodaranya. Dilansir dari laman CNN, rute persebaran KRL terdapat 80 stasiun di seluruh wilayah Jabodetabek, sedangkan LRT hanya memiliki 18 stasiun di Jabodetabek dan MRT hanya 13 stasiun di wilayah Jakarta saja.

Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta merupakan kemajuan di bidang Teknologi

Pembangunan Fase 1 MRT Jakarta

Sumber: bisnis.tempo.co

      Pembangunan fase 2 MRT Jakarta ini melanjutkan koridor utara hingga selatan dari fase 1 yang telah beroperasi untuk umum sejak tahun 2019 yang lalu. Pembangunan fase 1 MRT memakan biaya sebesar 16 triliun. Fase 1 dibangun dengan rentang jarak sepanjang 15,7 kilometer yang terbentang dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI. Pembangunan fase 1 dilakukan dengan membangun sebanyak 13 stasiun yang tersebar hanya pada wilayah Jakarta saja. Dilansir dari laman jakartamrt.co.id, proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2 memiliki total panjang jalur koridor utara hingga selatan menyentuh angka 27,8 km. “Kita tahu tahun 2019 telah selesai dibangun dan sudah beroperasi untuk fase 1 dari Lebak Bulus sampai ke Bundaran HI, dan pada hari ini, kita akan memulai dari Bundaran HI menuju ke Kota,” ucap Presiden Jokowi ketika menghadiri peluncuran mesin penggali bawah tanah, Tunnel Boring Machine (TBM), Kamis (24/2/2022), dikutip dari laman nasional.tempo.co.

Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta merupakan kemajuan di bidang Teknologi

Gambaran Umum Fase 1 dan Fase 2 MRT Jakarta

Sumber: rri.co.id

      Dalam proses pembangunan fase 2 ini akan dilaksanakan dalam 2 tahapan yang berbeda yaitu pada fase 2A dan 2B. Pada fase 2A akan memiliki tujuh stasiun bawah tanah yang berada pada kawasan Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota dengan total panjang track sejauh 5,8. Fase 2B terdiri dari dua stasiun bawah tanah yang berletak di kawasan Mangga Dua dan Ancol serta satu depo di Ancol Barat dengan total panjang jalur sekitar enam kilometer. Perkembangan terkini terhadap pembangunan fase 2A sedang berfokus pada kawasan Glodok hingga Kota. Melalui portal berita republika.co.id, selama masa pembangunan di kawasan tersebut, Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta melakukan rekayasa lalu lintas untuk menunjang kelancaran pembangunan dan menghindari  kemacetan. Selanjutnya, untuk fase 2B sendiri direncanakan terdiri dari dua stasiun bawah tanah (Mangga Dua dan Ancol) dan satu depo di Ancol Barat dengan panjang akhir sekitar 6 kilometer. Hingga saat ini, fase 2B sedang dalam tahap studi kelayakan.

Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta merupakan kemajuan di bidang Teknologi

Pembangunan Fase 2 MRT Jakarta

Sumber: DetikFinance

      Tak dapat dipungkiri pula bahwa pengerjaan proyek fase 2 ini dihadapkan oleh beberapa kendala. Salah satu kendala yang ditemui ialah proses pembangunan jalur MRT ini melewati beberapa kawasan yang ditujukan sebagai cagar budaya seperti Menara Jam Thamrin dan Monumen Nasional bahkan hingga Istana Negara. Cagar budaya ini tetap harus dilestarikan keberadaannya sehingga proses pembangunan MRT ini harus lebh berhati-hati. Kemudian, kendala lain yang menjangkit proyek pembangunan ini adalah permasalahan harga dengan kontraktor Jepang. Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi, meminta pihak Jepang untuk melakukan penyesuaian harga agar pembangunan fisik bisa segera dilanjutkan. “MRT ini proyek penting, kita sampaikan bahwa harus sesuai dan kualifikasi harus diikuti, ini saya sampaikan kepada pejabat dan akan memberikan nasihat agar mereka mengikuti sesuai dengan ketentuan Indonesia. Kegiatan yang akan mengharuskan mengikuti harga dan ketentuan itu akan diikuti kontraktor Jepang,” jelasnya dalam konferensi pers, Selasa (7/9/2021), dikutip dari laman cnbcindonesia.com.

      Akan tetapi, terlepas dari segala kendala dan hambatan serta tantangan dalam proses pembangunan yang ada, proyek MRT fase 2 ini diharapkan tetap mampu terselesaikan sesuai target agar masyarakat umum dapat segera menggunakannya. Dengan penyelesaian pembangunan MRT fase 2 yang diprediksi akan selesai digarap pada 2027 nanti, diharapkan akan lebih memudahkan mobilitas masyarakat, mengurangi angka kemacetan di Ibukota, serta meminimalisasi polusi udara. Dengan rampungnya pembangunan MRT ini, khalayak umum diharapkan mau untuk lebih beralih ke transportasi umum.

Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta merupakan kemajuan di bidang Teknologi

MRT Jakarta

Sumber: Unsplash.com/@ Eugenia Clar

Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta merupakan kemajuan di bidang Teknologi

MRT Jakarta

Sumber: Unsplash.com/@ Sulthan Auliya

REFERENSI:

Ilham, M. A. (2019). Studi perencanaan kapasitas pada 2 gardu traksi untuk operasional Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Fase 2 Bundaran HI-Kota.

Rustiadi, E., & Panuju, D. R. (1999). Suburbanisasi Kota Jakarta.

01, T. S. (2022, Februari 20). Indonesia punya 8 kota dalam daftar 20 Kota Terbesar di Asia Tenggara. Retrieved from www.storiloka.com: https://www.storiloka.com/nasional/pr- 3652717206/indonesia-punya-8-kota-dalam-daftar-20-kota-terbesar-di-asia- tenggara#:~:text=Berdasarkan%20jumlah%20populasinya%2C%20Jakarta%20menjadi,kota %20terbesar%20di%20Asia%20Tenggara.

Antara. (2022, April 1). Ada 2 Segmen, Fase 2 MRT Jakarta Ditarget Selesai Bertahap 2025-2030.

Retrieved from news.detik.com: https://news.detik.com/berita/d-6011199/ada-2-segmen-fase- 2-mrt-jakarta-ditarget-selesai-bertahap-2025-2030/1

Arjanto, D. (2019, Maret 30). Investasi MRT Jakarta Fase 1 Sebanyak Rp 16 T Kembali Setelah… Retrieved from https://metro.tempo.co: https://metro.tempo.co/read/1190653/investasi-mrt-jakarta-fase-1-sebanyak-rp-16-t-kembali-setelah

Astuti, T. (2019, Desember 9). Mengenal Perbedaan MRT, LRT, dan KRL. Retrieved from megapolitan.kompas.com: https://megapolitan.kompas.com/read/2019/12/09/18373031/mengenal-perbedaan-mrt-lrt- dan-krl

Jakarta, P. M. (n.d.). Sejarah | MRT Jakarta. Retrieved from jakartamrt.co.id: https://www.google.co.id/search?q=sejarah+mrt+jakarta&hl=en&ei=jV21YsyYPKfgz7sP_uCx2Ak&oq=sejarah+mrt+ja&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAEYADIFCAAQgAQyBggAEB4QFjIGCAAQHhAWOgcIABBHELADOgUIABCRAjoLCAAQgAQQsQMQgwE6EQguEIAEELE DEIMBEMcBENEDOggIABCxAxCDAToKCC4QxwEQrwEQQzo

Moerti, W. (2020, November 29). Kepadatan Penduduk Jakarta 118 kali Lipat dari Rata-Rata Nasional. Retrieved from www.merdeka.com:https://www.merdeka.com/jakarta/kepadatan-penduduk-jakata-118-kali-lipat-dari-rata-rata-nasional.html

Shaid, D. L. (2021, Agustus 10). GEOGRAFIS DKI JAKARTA TAHUN 2020. Retrieved from statistik.jakarta.go.id: https://statistik.jakarta.go.id/geografis-dki-jakarta-tahun-2020/

Yanwardhana, E. (2021, September 9). Proyek MRT & Kereta Cepat Andalan Jokowi Tersandung Masalah! Retrieved from https://www.cnbcindonesia.com/: https://www.cnbcindonesia.com/news/20210909163130-4-275052/proyek-mrt-kereta-cepat- andalan-jokowi-tersandung-masalah