Mengapa dalam penulisan dialog drama diawali dengan tanda petik

PUEBI Daring

III.J.1 Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

Misalnya:

  • "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
  • "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam rapat."
  • Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan."

III.J.2 Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya:

  • Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
  • Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
  • Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.
  • Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
  • Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
  • Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

III.J.3 Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya:

  • "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
  • Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!

Built with MkDocs using a theme provided by Read the Docs.

GitHub « Previous Next »

Ilustrasi: pixabay.com

Apa yang kita cari dalam sebuah cerpen atau novel?

Kisah yang menarik, mungkin. Namun apakah menarik jika penulisannya kacau-balau? Saya pribadi, tidak, karena kisah yang menarik jika tidak didukung dengan penulisan yang baik dan benar, tidak akan membuat kisah tersebut jadi menarik. Begitu pula dengan narasi dan dialog. Keduanya harus seimbang dan tentu saja harus menggunakan kaidah kepenulisan yang baik dan benar.

Kali ini secara praktis akan saya kupas mengenai seputar kepenulisan, khususnya tentang dialog. Dialog menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya) atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.

Dialog sering kita temui dalam cerita pendek ataupun novel. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah karya dan cerita menjadi hidup. Tanpa dialog rasanya bagai sayur tanpa garam. Pasti akan sangat membosankan, apalagi kalau narasi tidak dikemas secara apik. Dijamin orang yang membaca akan melewatkan cerita tersebut.

Namun, penulisan dialog tidak boleh sembarangan. Ada aturannya, yaitu kita harus berpedoman pada PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang di dalamnya terdapat pedoman tentang bagaimana cara menggunakan tanda baca yang baik dan benar.

Secara umum, dialog itu sesudah tanda petik pertama selalu diawali dengan huruf kapital dan sebelum tanda petik kedua, dibubuhi berbagai tanda baca sesua sesuai konteks kalimat dalam dialog. Berikut saya paparkan 6 aturan tentang penulisan dialog yang perlu kita perhatikan.

1. Koma sebelum petik terakhir

Apabila kita menggunakan dialog tag, maka dialog diakhiri dengan tanda koma dan dialog tag selalu diawali dengan huruf kecil.

Contoh:

- "Kopinya enak," kata Hamdi.
- "Iya," kataku.

Catatan tambahan: Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog, bertujuan untuk menginformasikan identitas si pengucap dialog.Ada dialog tag yang netral seperti ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, dan pinta.Ada lagi dialog tag yang netral sebagai respons seperti sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, dan potong.

Dan ada pula dialog tag yang menunjukkan emosi seperti sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda, teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka, bisik, gumam, dan lirih.

2. Titik sebelum petik terakhir

Apabila tidak ada kalimat lain setelah dialog, maka dialog diakhiri dengan tanda titik. Begitu juga apabila menggunakan kalimat aksi, maka dialog diakhir dengan tanda titik dan kalimat aksi diawali dengan huruf kapital.

Page 2

Apa yang kita cari dalam sebuah cerpen atau novel?

Kisah yang menarik, mungkin. Namun apakah menarik jika penulisannya kacau-balau? Saya pribadi, tidak, karena kisah yang menarik jika tidak didukung dengan penulisan yang baik dan benar, tidak akan membuat kisah tersebut jadi menarik. Begitu pula dengan narasi dan dialog. Keduanya harus seimbang dan tentu saja harus menggunakan kaidah kepenulisan yang baik dan benar.

Kali ini secara praktis akan saya kupas mengenai seputar kepenulisan, khususnya tentang dialog. Dialog menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya) atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.

Dialog sering kita temui dalam cerita pendek ataupun novel. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah karya dan cerita menjadi hidup. Tanpa dialog rasanya bagai sayur tanpa garam. Pasti akan sangat membosankan, apalagi kalau narasi tidak dikemas secara apik. Dijamin orang yang membaca akan melewatkan cerita tersebut.

Namun, penulisan dialog tidak boleh sembarangan. Ada aturannya, yaitu kita harus berpedoman pada PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang di dalamnya terdapat pedoman tentang bagaimana cara menggunakan tanda baca yang baik dan benar.

Secara umum, dialog itu sesudah tanda petik pertama selalu diawali dengan huruf kapital dan sebelum tanda petik kedua, dibubuhi berbagai tanda baca sesua sesuai konteks kalimat dalam dialog. Berikut saya paparkan 6 aturan tentang penulisan dialog yang perlu kita perhatikan.

1. Koma sebelum petik terakhir

Apabila kita menggunakan dialog tag, maka dialog diakhiri dengan tanda koma dan dialog tag selalu diawali dengan huruf kecil.

Contoh:

- "Kopinya enak," kata Hamdi.
- "Iya," kataku.

Catatan tambahan: Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog, bertujuan untuk menginformasikan identitas si pengucap dialog.Ada dialog tag yang netral seperti ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, dan pinta.Ada lagi dialog tag yang netral sebagai respons seperti sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, dan potong.

Dan ada pula dialog tag yang menunjukkan emosi seperti sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda, teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka, bisik, gumam, dan lirih.

2. Titik sebelum petik terakhir

Apabila tidak ada kalimat lain setelah dialog, maka dialog diakhiri dengan tanda titik. Begitu juga apabila menggunakan kalimat aksi, maka dialog diakhir dengan tanda titik dan kalimat aksi diawali dengan huruf kapital.


Lihat Hobby Selengkapnya

Page 3

Apa yang kita cari dalam sebuah cerpen atau novel?

Kisah yang menarik, mungkin. Namun apakah menarik jika penulisannya kacau-balau? Saya pribadi, tidak, karena kisah yang menarik jika tidak didukung dengan penulisan yang baik dan benar, tidak akan membuat kisah tersebut jadi menarik. Begitu pula dengan narasi dan dialog. Keduanya harus seimbang dan tentu saja harus menggunakan kaidah kepenulisan yang baik dan benar.

Kali ini secara praktis akan saya kupas mengenai seputar kepenulisan, khususnya tentang dialog. Dialog menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya) atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.

Dialog sering kita temui dalam cerita pendek ataupun novel. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah karya dan cerita menjadi hidup. Tanpa dialog rasanya bagai sayur tanpa garam. Pasti akan sangat membosankan, apalagi kalau narasi tidak dikemas secara apik. Dijamin orang yang membaca akan melewatkan cerita tersebut.

Namun, penulisan dialog tidak boleh sembarangan. Ada aturannya, yaitu kita harus berpedoman pada PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang di dalamnya terdapat pedoman tentang bagaimana cara menggunakan tanda baca yang baik dan benar.

Secara umum, dialog itu sesudah tanda petik pertama selalu diawali dengan huruf kapital dan sebelum tanda petik kedua, dibubuhi berbagai tanda baca sesua sesuai konteks kalimat dalam dialog. Berikut saya paparkan 6 aturan tentang penulisan dialog yang perlu kita perhatikan.

1. Koma sebelum petik terakhir

Apabila kita menggunakan dialog tag, maka dialog diakhiri dengan tanda koma dan dialog tag selalu diawali dengan huruf kecil.

Contoh:

- "Kopinya enak," kata Hamdi.
- "Iya," kataku.

Catatan tambahan: Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog, bertujuan untuk menginformasikan identitas si pengucap dialog.Ada dialog tag yang netral seperti ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, dan pinta.Ada lagi dialog tag yang netral sebagai respons seperti sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, dan potong.

Dan ada pula dialog tag yang menunjukkan emosi seperti sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda, teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka, bisik, gumam, dan lirih.

2. Titik sebelum petik terakhir

Apabila tidak ada kalimat lain setelah dialog, maka dialog diakhiri dengan tanda titik. Begitu juga apabila menggunakan kalimat aksi, maka dialog diakhir dengan tanda titik dan kalimat aksi diawali dengan huruf kapital.


Lihat Hobby Selengkapnya

Page 4

Apa yang kita cari dalam sebuah cerpen atau novel?

Kisah yang menarik, mungkin. Namun apakah menarik jika penulisannya kacau-balau? Saya pribadi, tidak, karena kisah yang menarik jika tidak didukung dengan penulisan yang baik dan benar, tidak akan membuat kisah tersebut jadi menarik. Begitu pula dengan narasi dan dialog. Keduanya harus seimbang dan tentu saja harus menggunakan kaidah kepenulisan yang baik dan benar.

Kali ini secara praktis akan saya kupas mengenai seputar kepenulisan, khususnya tentang dialog. Dialog menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya) atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.

Dialog sering kita temui dalam cerita pendek ataupun novel. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah karya dan cerita menjadi hidup. Tanpa dialog rasanya bagai sayur tanpa garam. Pasti akan sangat membosankan, apalagi kalau narasi tidak dikemas secara apik. Dijamin orang yang membaca akan melewatkan cerita tersebut.

Namun, penulisan dialog tidak boleh sembarangan. Ada aturannya, yaitu kita harus berpedoman pada PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang di dalamnya terdapat pedoman tentang bagaimana cara menggunakan tanda baca yang baik dan benar.

Secara umum, dialog itu sesudah tanda petik pertama selalu diawali dengan huruf kapital dan sebelum tanda petik kedua, dibubuhi berbagai tanda baca sesua sesuai konteks kalimat dalam dialog. Berikut saya paparkan 6 aturan tentang penulisan dialog yang perlu kita perhatikan.

1. Koma sebelum petik terakhir

Apabila kita menggunakan dialog tag, maka dialog diakhiri dengan tanda koma dan dialog tag selalu diawali dengan huruf kecil.

Contoh:

- "Kopinya enak," kata Hamdi.
- "Iya," kataku.

Catatan tambahan: Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog, bertujuan untuk menginformasikan identitas si pengucap dialog.Ada dialog tag yang netral seperti ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, dan pinta.Ada lagi dialog tag yang netral sebagai respons seperti sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, dan potong.

Dan ada pula dialog tag yang menunjukkan emosi seperti sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda, teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka, bisik, gumam, dan lirih.

2. Titik sebelum petik terakhir

Apabila tidak ada kalimat lain setelah dialog, maka dialog diakhiri dengan tanda titik. Begitu juga apabila menggunakan kalimat aksi, maka dialog diakhir dengan tanda titik dan kalimat aksi diawali dengan huruf kapital.


Lihat Hobby Selengkapnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA