Kepemimpinan yang seperti apa yang ideal dalam berwirausaha di kalangan mahasiswa

Jiwa wirausaha adalah jiwa kemandirian untuk mencari sebuah sumber penghasilan dengan membuka usaha ataupun menyalurkan kreatifitas yang dimiliki sesorang untuk kemudian dijadikan sebuah lahan untuk mencari penghasilan, jiwa kewirausahaan ditanamkan sejak seseorang mulai sadar bahwa uang itu penting dan seseorang tersebut memeliki keterampilan atau sesuatu hal seperti barang atau jasa yang bisa dijual, sesorang akan belajar untuk lebih mandiri, berfikir kritis, dan maju apabila ditanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini, kerena dia akan berfikir tentang bagaimana mengolah hasil dari keterampilan ataupun hasil pembelajaran yang selama ini dia lakukan untuk dijadikan sebuah karya yang dapat dijual, entah itu makanan, pakaian, jasa, atau barang-barang lain.

Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin untuk selalu dalam keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah orang menjadi sosok yang tinggi budi ataukah sebaliknya menjadi orang yang jahat dan culas. Orang baik budi merupakan kader pembangunan bangsa, sedangkan orang jahat akan menjadi beban masyarakat dari bangsa itu sendiri.

Tentu kita tidak ingin melihat bahwa banyak kejahatan dan keculasan merajalela di negeri ini. Itu sebabnya pembinaan sikap mental menjadi unsur penting dalam dunia kewirausahaan sekaligus dalam kehidupan. Selain menghadirkan sifat-sifat baik alamiah seperti kejujuran dan ketulusan, sikap mental mencakup juga segi-segi positif dalam motivasi dan proaktivitas.

. Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasinya. Tunjukan sikap mental yang positif terhadap    pekerjaan wirausahawan, karena sikap inilah yang akan ikut menentukan keberhasilan wirausahawan.

Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha membangkitkan suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro.

Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha. Mereka “tampil beda”.

3.Tata Laksana

Tata laksana merupakan terjemahan dari kata Management artinya pengelolaan. Yang perlu dimengerti disini adalah manajemen bukan semata-mata konsumsi para manajer saja. Setiap orang perlu manajemen apapun status dan jabatan orang tersebut. Bahkan ibu rumah tanggapun perlu manajemen untuk mengelola uang dapur dan belanjaannya. Tata laksana merupakan metode atau serangkaian cara dan prosedur. Gunanya jelas, yaitu untuk menghasilkan efektifitas dan efisiensi setiap pekerjaan, agar mendapatkan hasil yang baik dalam mutu serta tepat waktu dalam penyerahannya.

Lapisan terluar dari struktur prioritas kewirausahaan adalah ketrampilan. Banyak pihak berpendapat, bahwa dengan berbekal penguasaan ketrampilan, seseorang akan bisa diharapkan menjadi seorang entrepreneur yang berhasil. Pendapat ini sebenarnya tidaklah terlalu salah, kalau dilihat banyak contoh yang membuktikan, misalnya seorang penjahit dengan ketrampilan yang dimiliki akhirnya bisa memiliki sebuah perusahaan pakaian jadi yang cukup besar.

Namun demikian, kalau wirausahawan mau meneliti lebih jauh, ternyata keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya bukan disebabkan oleh ketrampilan semata, melainkan lebih oleh jiwa kepemimpinan yang dimiliki si pengusaha. Leadership yang bersangkutan yang menuntun dan membawanya ke jenjang sukses.

Dari pembahasan jurnal ini terlihat bahwa perencanaan usaha, wawasan para peserta bertambah. Peserta lebih memahami tujuan dan manfaat menyusun perencanaan usaha serta pentingnya membuat perencanaan usaha sebagai langkah awal dalam berwirausaha.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2ahUKEwjYr_CjnobiAhVs6nMBHeCWAYMQFjAAegQIBRAC&url=http%3A%2F%2Fojs.atmajaya.ac.id%2Findex.php%2FMitra%2Farticle%2Fview%2F842%2F680&usg=AOvVaw1ql5fhY7sZOGliJ1ykxG–

Zaman yang semakin berkembang saat ini, menuntut untuk lebih tanggap dalam beradaptasi dengan masyarakat sosial. Perkembangan ilmu teknologi, sosial bahkan ekonomi sangat menentukan kesejahteraan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun banyaknya jumlah pengangguran di Indonesia merupakan hambatan yang besar dalam memajukan perekonomian Indonesia. Selain itu, lapangan kerja yang tersedia masih minim. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Okezone.com, mencatat bahwa jumlah pengangguran sarjana atau lulusan universitas pada Februari 2013 mencapai 360 ribu orang, atau 5,04% dari total pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang. Hal tersebut menekankan bahwa sarjana lulusan perguruan tinggi tidak bisa lagi sekedar mengandalkan ijazah untuk mencari pekerjaan, namun dituntut memiliki kompetensi dan keterampilan yang dimiliki, agar dapat mencari lapangan kerja yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Salah satu alternatif mengatasi masalah tersebut adalah dengan menanamkan jiwa wirausaha pada mahasiswa sejak dini. Modal utama dalam berwirausaha adalah kemauan dan keuletan untuk bersungguh-sungguh menjalankan suatu proses atau usaha. Dalam kegiatan wirausaha, tidak hanya bermodalkan tekad yang kuat tapi lebih dari itu kompetensi, keterampilan serta pengetahuan dalam mengelola suatu usaha juga sangat penting, sehingga kedua hal tersebut harus seimbang.

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, kewirausahaan mempunyai peran yang sangat penting. Dengan berwirausaha mampu menemukan inovasi dan gagasan baru dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa kewirausahaan merupakan proses pengembangan dan penerapan kreatifitas serta invovasi dalam menyelesaikan masalah dan mampu melihat peluang untuk menciptakan suatu usaha (Zimmerer, dalam Sudaryana, 2003), kewirausahaan merupakan suatu proses untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, dalam Sudaryana, 2003), kewirausahaan merupakan suatu nilai yang terwujud dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tujuan, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad, 1994). Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu proses pengembangan dan penerapan kreatifitas untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang terwujud dalam perilaku, baik dilingkungan masyarakat atau lebih khusus di kalangan mahasiswa.

Dikalangan mahasiswa minat untuk bergelut di bidang wirausaha boleh dikata masih sangat minim, sehingga masih berpikir bahwa kuliah hanya untuk menjadi karyawan atau pegawai. Selain itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa kurang berminat untuk berwirausaha yaitu tidak ada modal untuk memulai usaha, atau tidak pernah dibekali dengan pengetahuan seputar wirausaha. Padahal sebenarnya gelar sarjana tidak menjamin seseorang untuk mendapatkan pekerjaan. Pola pikir mahasiswa yang demikian perlu dibenahi agar dapat lebih memahami seberapa besar peranan wirausaha dalam kehidupan sehari-hari. Peran pendidikan khususnya pada perguruan tinggi sangat penting untuk menumbuhkan minat mahasiswa dalam berwirausaha sehingga terbatasnya lapangan pekerjaan tidak lagi menjadi masalah besar karena mahasiswa sudah mampu menjalankan usaha sendiri. Untuk lebih meningkatkan kemampuan mahasiswa, pemerintah sudah memberi wadah bagi mahasiswa yang mau belajar.

Pada tahun 2009, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sudah memperkenalkan dan mengembangkan berbagai program kewirausahaan yang dikenal dengan Program Mahasiswa Wirausaha yang disingkat PMW, dimana wadah ini menjadi jembatan bagi mahasiswa untuk dapat membangun motivasi berwirausaha dan mampu melihat peluang yang ada disekitarnya. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan berwirausaha seperti meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam bidang kewirausahaan agar tercipta kader pengusaha muda yang berpotensi, mampu memenuhi kebutuhan sendiri, menciptakan lapangan kerja bagi orang lain sehingga membantu pemerintah dalam mengurangi masalah pengangguran di Indonesia. Hal ini boleh jadi membawa perubahan bagi Indonesia kearah yang lebih baik , karena sejatinya perbaikan nasib negeri itu harus berdasar pada kemauan, keuletan dan kerja keras.

Friday, 21 March 2014 05:04 KWU LPM-PNL UNM Periode 2013/2014

Sabtu, 2019-10-26 - 17:09:32 WIB

Mahasiswa tidak sebatas ditarget mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi selama menempuh studi di Perguruan Tinggi (PT). Di sisi lain, mahasiswa harus mempunyai karakter dan perilaku yang baik. Hal itu disampaikan Ketua Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomi Drs. Syamsul Bahri, MM dalam acara Latihan Dasar Kepemimpinan organisasi (LDKO) Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram (UWM) pada Sabtu (26/10/2019) di Auditorium Fakultas Ekonomi. Acara tersebut bertema Membina Karakter untuk Meningkatkan Mahasiswa yang Kreatif, Inovatif, serta Berbudi Luhur dalam Keberagaman. Hadir dalam acara Ketua Prodi Kewirausahaan dan Manajemen Fakultas Ekonomi. 

“Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi mengadakan kegiatan ini sebagai langkah kongkrit untuk memberikan pendidikan karakter dan perilaku yang baik, sehingga diharapkan mahasiswa bisa memanfaatkan acara ini sebagai tabungan ilmu dan pengalaman untuk masa depan,” kata Syamsul. 

Ketua panitia kegiatan Exzel Johnri Kelmaskosu mengapresiasi kerja keras panitia sehingga kegiatan dapat berjalan. Dari tema yang diangkat, Ia berharap para mahasiswa peserta akan mulai berproses dan menjadikan kegiatan LDKO sebagai dasar untuk berkembang. 

“Saya berharap teman-teman menjadi mahasiswa sebenarnya yang tidak hanya kuliah, namun juga mencari pengalaman organisasi. Nilai IPK bukan satu satunya indikator sukses. Pengalaman organisasi yang akan menjadi bekal untuk berproses didalam maupun di luar kampus,” tegas Exzel. 

Sementara itu Ketua BEM Fakultas Ekonomi Agoeng Bhahtiarta Traju Wisena menyampaikan saat ini masih gencar-gencarnya ditanamkan pendidikan karakter diri mahasiswa dalam berinteraksi satu sama lain baik di kampus dan di luar kampus. 

Dalam sesi pemaparan materi, Dr. Jumadi, SE., MM sebagai narasumber menerangkan kepada peserta seputar pembentukan karakter pemimpin. Menurutnya, negara Indonesia ini masih krisis kepemimpinan. Berbagai fenomena dan masalah yang ada seperti kerusakan sumber daya alam, bencana alam, angka kemiskinan dan pengangguran tinggi, banyaknya hutang luar negeri, tingkat pendidikan nasional, dan sebagainya. 

“Character building harus dilakukan dengan nilai-nilai didalamnya diantaranya kejujuran, semangat, kebersamaan dan gotong royong, kepedulian, sopan santun, persatuan dan kesatuan, kekeluargaan dan tenggang rasa,” papar Wakil Rektor III UWM itu. 

Menjadi leader, lanjut Jumadi, harus ada karakter kepemimpinan yang dibangun. Pemimpin itu melaksanakan hal-hal esensial pada organisasi, menjalankan fungsi manajemen, dan paling bertanggungjawab terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. 

“Pemimpin harus memiliki visi, kemampuan kerja keras, tekun, tabah, disiplin,” papar Jumadi. 

Jumadi menandaskan sikap kepelayanan harus melekat pada seorang pemimpin. Kecerdasan ultra juga menjadi pilar penting jiwa kepemimpinan yang mencakup spiritual, emosional, kultural, sosial dan intelektual. Bagi mahasiswa untuk mendapatkan karakter pemimpin dapat dilakukan dengan aktif berorganisasi di kampus.

©HumasWidyaMataram