Kapan kita menerima buku catatan amal perbuatan

Pengajian Jumat (28/2) – Seluruh manusia dibangkitkan dari kubur ke Padang Mahsyar. Mereka berdiri di sana selama Allah S.W.T kehendaki, dalam keadaan telanjang dan tanpa alas kaki. Salah satu peristiwa besar yang akan terjadi pada saat upacara hisab ialah penyerahan buku catatan amal manusia di dunia.

Demikian inti ceramah Ustad Episantoso, di Mushala Nurul Ilmi, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, Jumat (28/2). Tausiah tersebut disampaikan di hadapan jemaah yang terdiri dari Kepala Dinas Pendidikan, Sekretaris, para Kepala Bidang, para Kepala Seksi dan staf.

MALAIKAT PENCATAT AMAL Allah S.W.T. berfirman :"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan manusia melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (Surat Qaf 50:18)

Al-Quran menamakan kedua malaikat ini dengan sebutan al-Hafazah (penjaga amal perbuatan manusia).

Imam al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah S.A.W bersabda yang maksudnya:  Sesungguhnya Allah S.W.T mencatat amalan baik dan buruk manusia. Maka siapa yang berkeinginan (hamma) untuk melakukan kebaikan namun tidak jadi melakukannya, akan ditulis untuk kebaikan sempurna.

Dan siapa yang berkeinginan untuk melakukannya lalu ia benar-benar melakukannya, maka ditulis untuknya 10 kebaikan sehingga tujuh ratus kali, bahkan hingga tidak terbatas.

Dan siapa yang berkeinginan melakukan keburukan, namun ia tidak jadi melakukannya, maka ditulis untuknya satu kebaikan. Namun jika ia benar-benar melakukannya, maka akan ditulis untuknya satu kejahatan.

Kedua malaikat ini tidak pernah penat atau bosan mencatat amalan manusia, hingga tiba saat kematian orang tersebut lalu ditutuplah buku amalannya. Dan buku itu akan dibuka lagi apabila orang tersebut dibangkitkan kembali untuk menjalani hisab (perhitungan).

Diriwayatkan, bahwa buku itu akan turun dari arah langit, lalu berterbangan mencari para pemiliknya yang ketika itu sedang berdiri di Padang Mahsyar. Sebagian ulama membayangkan pemandangan waktu itu bagaikan hujan salju yang sangat lebat.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Rasulullah S.A.W bersabda yang maksudnya, "Seringkali sebuah kata-kata yang diucapkan seseorang, ia menganggap ringan saja, namun dapat membuatnya melayang-layang di neraka selama tujuh tahun lamanya."

Ingat, 1 hari akhirat = 1.000 tahun perhitungan hari di dunia.

Manusia akan berada di Padang Mahsyar selama 50.000 tahun akhirat.

Pesan Rasulullah S.A.W :

HATI HATI TERHADAP TIGA HAL :

  1. Hati hati terhadap tipuan Nikmat ALLAH S.W.T

Sabar yang terberat adalah, ketika diuji dengan kenikmatan. Bukan ketika mendapat musibah. Saat ditimpa musibah, orang biasanya akan bersabar menerimanya, karena tidak ada pilihan lain. Dengan musibah orang bisa disadarkan, kemudian jadi taat beribadah, dan berdoa minta diberi rezki..

Tapi ketika diberi kenikmatan berlimpah…, orang sering lupa diri, sombong, takabur, angkuh, dan lupa bahkan malas beribadah kepada ALLAH S.W.T.

  1. Hati-hati ditipu diri sendiri

Saat nanti bertemu ALLAH S.W.T., kita jadi orang yang tertipu. Merasa telah banyak berbuat amal, tapi amalannya tidak diterima ALLAH S.W.T., sehingga buku amal yang diterima sangat tipis, karena lupa bahwa saat di dunia setiap hari kita telah menipu diri sendiri. Beramal rajin, sedekah rajin, ibadah rajin, tapi dikerjakan bukan karena ALLAH S.W.T., melainkan karena ingin dipuji orang.

Maka dia jadi orang yang BANGKRUT saat menghadap ALLAH S.W.T., karena ternyata amalannya habis untuk menutupi timbangan dosanya yang berat.

  1. Merasa tidak berdosa, tapi buku catatan dosanya sangat tebal. Merasa tidak berdosa, tapi tiap hari di dunia panen dosa. Dosa mulut, dosa aurat, dosa tangan, dosa kaki, dosa perbuatan…

Bermuhasabahlah di peristiwa kubur:

  1. Yakinlah ada Alam Kubur, sesudah kematian kita. Alam kubur itu sudah menunggu setiap diri. Perkuat Aqidah (keyakinan) tentang ini.
  2. Yakinlah ada Mahsyar, setelah Alam Kubur. Kita akan berada disana selama 50.000 tahun akhirat. (1 tahun akhirat = 1.000 tahun dunia)
  3. Yakinlah ada Syurga dan Neraka, setelah Alam Mahsyar. Kita akan kekal di dalamnya. Secara Aqidah, kelak setiap muslim akan masuk Syurga, tergantung timbangan amal dan dosanya yang membuat dia harus masuk neraka dulu dalam tempo singkat atau lama menurut perhitungan Allah S.W.T., kecuali yang mempersekutukan ALLAH S.W.T., dia kekal di neraka selamanya.

Fawailul lil mussalli = Neraka wail bagi orang shalat, tapi lalai dalam shalatnya.

  1. Melalaikan ALLAH S.W.T., karena kesibukan dunia atau karena makhluknya. Sibuk kerja walau Azan sudah berkumandang..
  2. Menganggap remeh hukum hukum ALLAH S.W.T. yang kecil-kecil dan sederhana. (contoh: hukum menutup aurat bagi wanita)
  3. Jangan suka berburuk sangka, suka memfitnah, berkata bohong, mengada-adakan yang tidak ada (ngarang untuk menzalami), iri, dengki, hasad, busuk hati…

Jangan sampai masuk surga, tapi menyesal setiap hari.

Surga ALLAH S.W.T. itu bertingkat-tingkat dengan fasilitas berbeda, layaknya perbedaan fasilitas hotel Melati dan hotel Bintang 5.

Yang membedakan kita di hadapan ALLAH S.W.T. bukan pangkat, jabatan, kedudukan, kekayaan, rupawan, pendidikan dan kencatikan…tapi Ketaqwaan pada ALLAH-lah yang membedakan tempat kita di hadapan ALLAH S.W.T.

Terlalu banyak peluang beribadah, peluang mengumpulkan amal tiap hari, tapi kita lalaikan begitu saja. Padahal kita diciptakan ALLAH S.W.T. semata-mata adalah untuk beribadah kepada-NYA saja. Hidup adalah untuk beribadah pada ALLAH S.W.T.

Karena itu hidup dan matilah dengan Ilmu yang bersumber dari ALLAh S.W.T.

CONTOH TERINDAH :

Kisah Bilal yang diceritakan Rasulullah S.A.W adalah contoh terindah, betapa ALLAH S.W.T meninggikan derajat hambanya bukan karena kekayaan, pangkat, kedudukan dan jabatan.

Bilal – sahabat terkasih Rasullullah adalah seorang hamba sahaya. Kulitnya hitam, tidak berpendidikan, tidak kaya seperti Ali, tidak pemberani seperti Umar bin Khatab, tapi dia termasuk satu dari 10 sahabat Nabi yang dijamin masuk surga, dengan kedudukan istimewa di hadapan ALLAH S.W.T..

Apa rahasianya? Ternyata Bilal adalah seorang yang sangat cerdas dalam beribadah. Bilal – sangat tahu apa yang bisa membuat ALLAH S.W.T sangat menyayanginya. Yaitu hanya dengan MENJAGA WUDHU setiap saat, setiap hari dan sepanjang hidupnya, tentunya dengan tetap menjaga ketaqwaannya. Bilal – berhasil menjadi orang istimewa di hadapan ALLAH S.W.T.

Semoga kita menjadi orang yang cerdas dalam menghadapi kehidupan dunia dan cerdas pula mempersiapkan diri menghadapi kematian. Kematian adalah sebuah kepastian yang sangat dekat dengan kita. (bal-01)

Pada Ujungnya Hidup Ini Akan Berakhir Di Neraka Atau Surga

Status Manusia Penentuan Akhirnya Adalah Di Akhriat Bukan Di Dunia Ini

Menyesalah Di Dunia, Menyesal Di Akhirat Tiada Berguna

Camkanlah !!!

Skip to content

Mari merubah diri untuk lebih baik dari hari kemarin dengan harapan di akhir kehidupan, kita termasuk orang-orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)

Mari ke masjid, di sini ada kasih sayang Allah. Mari shalat lebih khusyu’, lebih lama, lebih banyak, di sini ada kekuatan. Mari baca Al Quran lebih lama dan lebih paham, di sini ada obat sejati, di sini ada ilmu tiada habisnya. Mari berdzikir sunnah lebih panjang dan lebih dihayati, di sini ada ketenangan. Mari berdoa lebih rinci dan lebih diresapi, di sini ada solusi hakiki. Mari bertaubat nasuhah, ulang-ulangi istighfar itu ribuan kali, dengan mengingat dan menyesali semua dosa, di sini ada kesucian yang membahagiakan. Mari bersimpuh di pangkuan ibu dan bapak, cium tangan keduanya, mohon maaf dan ridha keduanya, di sini ada ridha Allah.

Mari kita berjabat hati, berpelukan jiwa, saling memohon maaf dengan sangat tulus, di sini ada kemuliaan.

Ya Rahman Ya Rahim… Jiwa kami kotor, beri kami kesadaran. Hati kami keruh, karuniai kami hati yg bersih.

Ayo bangkitlah. Berlarilah kepada Allah SWT. Sekarang, Sekarang juga…!!!

Sumber: Muhammad Sholeh Drehem Lc.

Setiap perbuatan yang dilakukan oleh hamba Tuhan di dalam dunia ini pasti memiliki tanggung jawab yang akan diterimanya di akhirat kelak, entah itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Tanggung jawab atau balasan yang akan diterima di akhirat sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan di dunia ini. Oleh karena itu Allah memerintahkan malaikat untuk mencatat setiap perbuatan baik maupun buruk yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya. Seperti yang kita semua ketahui bahwasannya sudah menjadi kewajiban sebagai seorang muslim untuk mengimani bahwa akan adanya hari akhir, oleh karenanya hal tersebut menjadi bagian dari salah satu rukun iman.

Pada hari akhir yang telah kita imani itulah pembalasan atas segala perbuatan yang dilakukan di dunia ini akan diberikan oleh Tuhan kepada tiap-tiap hamba-Nya yang mana semua itu telah tercatat di dalam buku catatan amal. Di dalam ayat-ayat al-Qur’an telah menjelaskan juga mengenai hisab, yang mana Tuhan sendirilah yang akan menghisab tiap-tiap jiwa hamba-hamba-Nya. (Kana Rizqina, Skripsi 2018). Seperti halnya dijelaskan pada al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 71-72.

يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلا يُظْلَمُونَ فَتِيلا (71) وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلا  

Artinya: “(Ingatlah) suatu hari (Yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan memba­ca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).”

Dijelaskan oleh M. Quraish Shihab di dalam kitab tafsirnya yakni Tafsir al-Mishbah bahwasanya ayat tersebut menjelaskan pada suatu hari yakni hari kiamat Allah. SWT akan memanggil seluruh umat-Nya beserta para pemimpinnya melalui malaikat. Setelah seluruh umat tersebut berkumpul menjadi satu kemudian Allah memberikan catatan amal perbuatannya ketika berada di dunia. Jika seorang umat tersebut ketika di dunia mata hatinya terbuka untuk selalu bertakwa kepada Allah dan selalu melakukan amal baik maka golongan tersebut akan menerima catatan amalnya menggunakan tangan kanan. Dan golongan orang-orang yang ketika hidup di dunia ini dapat membuka mata hatinya secara baik dan benar maka di akhirat kelak golongan tersebut akan mendapatkan kedudukan yang tinggi derajatnya dan juga mereka akan selalu membuka catatan amal perbuatannya tersebut berulang kali karena mereka semua gembira atas apa yang mereka lihat.

Kemudian nasib golongan yang mata hatinya tertutup ketika hidup di dunia ini dengan kesesatan dan kedurhakaan yang mereka perbuat kepada Tuhannya maka di akhirat kelak mereka akan lebih buta dari pada di dunia serta mereka akan tersesat dari jalan yang benar, hal tersebut dikarena setiap umat akan menerima ganjaran sesuai dengan keadaan mereka ketika hidup di dunia. Sesungguhnya kesesatan yang dialami oleh umat manusia ketika berada di dunia ini masih dapat menemukan jalan yang benar jika umat tersebut benar-benar ingin insaf. Akan tetapi jika umat tersebut ketika di dunia tidak insaf maka akan mendapat kesesatan pula di akhirat, dan sesungguhnya kesesatan di akhirat tidak akan ada lagi peluang serta kesempatan untuk memperbaiki perbuatan dirinya. Dan golongan tersebut akan menerima catatan amalnya menggunakan tangan kiri, akan tetapi setelah menerima catatan tersebut mereka semua enggan untuk membacanya bahkan mereka semua berharap agar catatan tersebut tidak pernah mereka kenal serta tidak ingin orang lain mengetahuinya.

Dijelaskan juga mengenai reaksi orang-orang yang berdosa ketika mendapatkan catatan amal perbuatannya semasa hidup di dunia, hal tersebut dijelaskan di dalam al-Qur’an surah al-Kahfi ayat 49:

وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰىهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا

Artinya: ”Dan di letakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang juapun.”

Dijelaskan pada saat waktu penghitungan amal telah tiba maka seluruh umat manusia dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat yakni padang Mahsyar. Kemudian mereka semua akan menerima catatan amal perbuatan yang telah mereka semua lakukan ketika berada di dunia yang mana golongan dari orang-orang yang beriman serta melakukan amal saleh akan bergembira ketika menerima catatan tersebut. Sedangkan golongan orang-orang pendurhaka dan kerap melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah baik orang-orang musyrik maupun muslim mereka semua merasa ketakutan terhadap apa yang telah tertulis di dalam catatan amal perbuatan yang mereka dapatkan. Pada saat itu juga mereka tersadarkan bahwa mereka semua akan mendapat siksa dari Allah, kemudian golongan tersebut berulang-ulang kali mengucapkan: “Hai kecelakaan kami hadirlah. Kami tidak dapat mengelakkan kehadiranmu. Sungguh aneh, kitab apakah ini yang sangat rinci serta benar isinya dan tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar dari amal-amal manusia dan dosa-dosanya, melainkan ia menghitung dan mencatat semuanya.” Yang mana disaat itu juga mereka mendapati segala yang telah mereka semua kerjakan telah tertulis dan hadir di hadapannya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan menganiaya seorang pun, bahkan Allah memaafkan serta memberi ganjaran kepada hamba-Nya yang mau berbuat baik. (M. Quraish Shihab, 2002).

Dapat disimpulkan bahwasanya segala perbuatan yang dilakukan di dunia ini baik ataupun buruk, kecil ataupun besar, akan dicatat dan akan diberikan di hari kiamat kelak serta akan dimintai pertanggung jawaban. Segala kesalahan atau perbuatan di dunia ini dapat diampuni oleh Allah selama kita semua masih berada di dunia dan mau bertaubat serta memohon ampun kepada-Nya. Semoga kita semua kelak termasuk golongan orang-orang yang menerima catatan amal perbuatan dengan menggunakan tangan kanan kita, Aamiin.

Wallahu a’lam bishawab.

@ Soheb Nurhafid – IAT Semester 6