Jelaskan yang dimaksud dengan buku fiksi dan nonfiksi

Jelaskan yang dimaksud dengan buku fiksi dan nonfiksi

Buku fiksi adalah buku yang ditulis berdasarkan imajinasi sang penulis dan bersifat fiktif. Genrenya bisa berupa kisah misteri, fantasi, komedi, dan sebagainya. Sedangkan buku non fiksi berisi fakta berdasarkan pengalaman, pengetahuan, hasil, maupun hasil penelitian.

Apa yang dimaksud dengan buku fiksi dan nonfiksi brainly?

Buku – buku fiksi adalah buku tentang cerita yang tidak terjadi, karangan yang dibuat berdasarkan imajinasi, bukan sejarah atau fakta. Buku – buku nonfiksi adalah tentang fakta atau hal-hal yang benar-benar terjadi.

Jelaskan apa yang dimaksud buku fisik dan nonfisik?

Buku fiksi merupakan buku yang berisi tentang cerita-cerita rekaan, khayalan, atau tidak berdasarkan kenyataan. Sementara itu, buku nonfiksi merupakan buku yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan.

Apa itu buku non fiksi brainly?

Yang dimaksud dengan buku nonfiksi adalah buku yang berisi cerita yang benar benar terjadi atau berlangsung, atau berisi tentang ilmu pengetahuan. Buku ini ditulis dengan memaparkan fakta sesuai kenyataan. Buku non – fiksi dapat berupa buku ilmu pengetahuan ataupun buku cerita yang berdasar sejarah.

You might be interested:  Sering ditanyakan: Contoh Review Buku Yang Baik?

Apa contoh buku non fiksi?

Contoh Buku Non Fiksi

  1. Buku Pelajaran. Buku pelajaran merupakan contoh pertama dari buku non fiksi.
  2. Buku Ensiklopedia.
  3. Esai.
  4. Jurnal.
  5. Biografi.
  6. Laporan Ilmiah (Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi)

Apakah buku nonfiksi itu?

Buku nonfiksi merupakan buku yang dibuat berdasarkan riset dan fakta.

Buku apa saja yang termasuk fiksi dan nonfiksi?

Jenis buku non fiksi yakni biografi, buku pelajaran sekolah, buku materi kuliah, buku motivasi, buku ajar, buku referensi, ensiklopedia, kamus, dan sebagainya. Sementara itu jenis buku fiksi meliputi cerpen, novel, komik, dongen, cergam, cernak, dan lainnya.

Apa itu buku fiksi dan contohnya?

Buku fiksi adalah sebuah karya yang dihasilkan oleh penulis berdasarkan imajinasinya. Isi dalam sebuah buku fiksi merupakan hasil imajinasi, khayalan, atau rekaan. Yang berarti cerita yang dibangun oleh penulis bersifat fiktif. Contoh buku fiksi adalah buku kumpulan puisi, novel, buku antologi cerpen, dan sebagainya.

Apa yang dimaksud dengan buku fisik?

Sedangkan buku fisik adalah sebuah karangan yang telah tercetak yang berupa buku tersebut.

Apa ciri ciri buku non fiksi?

Ciri – ciri cerita nonfiksi

  1. Bahasa yang Formal atau Baku.
  2. 2. Bahasa yang denotatif.
  3. 3. Isinya Berkaitan tentang Fakta/Aktual.
  4. 4. Tulisannya Bersifat Ilmiah Populer.
  5. Isinya diambil dari yang sudah ada ataupun penemuan.

Apa itu nonfiksi dan contohnya?

Berikut adalah penjelasannya. Non fiksi murni adalah karangan yang berisi tentang cerita yang berdasarkan data-data yang otentik atau pasti. Contoh jenis non fiksi murni adalah karya ilmiah, skripsi, disertasi, tesis, laporan, makalah, jurnal ilmiah, biografi, dll.

Apakah buku novel termasuk buku non fiksi?

Pengertian Buku Fiksi Yang berarti cerita yang dibangun oleh penulis bersifat fiktif. Contoh buku fiksi adalah buku kumpulan puisi, novel, buku antologi cerpen, dan sebagainya.

Cerita fiksi dan nonfiksi merupakan hal umum yang ditemukan dalam dunia literasi. Kendati demikian, masih ada sebagian orang yang belum mengerti perbedaan antara kategori buku ini.

Cerita Fiksi

Cerita fiksi adalah sebuah cerita yang bersifat khayalan, rekayasa atau rekaan manusia. Selain itu, cerita fiksi bisa diartikan sebagai suatu karya yang menceritakan sesuatu yang tidak ada dan tidak perlu dicari kebenarannya.

Adapun contoh fiksi dapat berupa novel, hikayat, fabel, komik, dongeng, cerpen, dan legenda. Cerita ini dibuat dengan tujuan hiburan atau memperoleh kepuasan batin.

Sementara itu, mengutip buku "Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku" oleh Atep Tatang dkk, buku fiksi diartikan sebagai sebuah buku yang memuat cerita bersifat khayali. Adapun yang termasuk dalam jenis buku ini adalah buku yang memuat karya sastra, bergenre prosa (cerpen, novel). Dengan demikian, buku fiksi identik dengan buku karya sastra, disebut juga buku narasi-imajinatif.

Cerita fiksi dapat diketahui lewat bentuk penulisannya. Untuk kategori buku yang satu ini, penulis biasanya menuturkan cerita berdasarkan imajinasi dan kreativitas yang sifatnya khayalan, sehingga bebas untuk menuliskannya dalam bentuk apa pun.

Cerita fiksi mempunyai kelebihan dalam hal ide dan gagasan yang lebih lepas.Tulisan ini juga mampu menggugah emosi pembacanya. Walau demikian, cerita fiksi umumnya mengandung sejumlah unsur interinsik, yakni:

Advertising

Advertising

Tema adalah pokok masalah yang terdapat dalam cerita.

Latar adalah tempat, waktu, dan atau suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.

Plot adalah jalan cerita yang ditambah dengan konflik. Dalam suatu cerita, peristiwa demi peristiwa dibangun demi terciptanya suatu rangkaian cerita. Peristiwa A menimbulkan cerita B, cerita B jadi penyebab peristiwa C, dan seterusnya.

Tokoh adalah karakter yang menggerakan cerita. Sementara penokohan adalah gambaran mengenai pelaku atau tokoh-tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun keadaan batinnya.

Sudut pandang merupakan teknik yang digunakan pengarang dalam bercerita. Secara garis besar, sudut pandang dibagi menjadi dua, yakni sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Artinya, pengarang dapat menggunakan teknik aku-an (orang pertama) atau teknik dia-an (orang ketiga).

Amanat mengacu pada hal yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca, yang berkaitan dengan tema. Amanat disebut juga hikmah cerita.

Cerita Nonfiksi

Nonfiksi memuat cerita  atau narasi yang tidak khayali atau narasi-faktual. Artinya, buku fiksi bersifat realitas atau apa-apa yang dimuat mungkin terjadi. Sedangkan, buku nonfiksi bersifat aktualitas atau yang benar-benar terjadi.

Adapun yang masuk dalam kategori nonfiksi ialah buku sejarah, biografi, dan buku yang memuat cerita perjalanan.

Ciri-ciri buku nonfiksi biasanya tidak menggunakan gaya bahasa, menggunakan bahasa yang sifatnya denotatif, dan ditulis berdasarkan kajian.

Contoh Cerita Fiksi dan Nonfiksi

Berikut sepenggal contoh cerita fiksi dan nonfiksi.

Cerita Fiksi

Ketika tidak menemukan Dytia di rumahnya sepagi ini, Faisal sudah merasa tidak enak. Ia segera melarikan mobilnya ke rumah sakit. Dan tatkala melihat mobil Dokter Gutnandi, sebuah mobil polisi, dan sebuah mobil ambulan diparkir malang melintang seenaknya di depan rumah sakit, Faisal segera menduga, sesuatu yang herbat sudah terjadi di dalam sana.

“Pradoto coba membunuh diri,” gerutu Dokter Gutnandi yang sedang sibuk melakukan pertolongan pertama. “Manusia yang satu ini memang aneh. Bahkan, waktu dia sakit dulu, aku lebih gampang menebak kemauannya. Belakangan ini dia selalu melakukan hal-hal yang tidak terduga.”

“Lukanya parah?”

“Cukup parah. Akan ku bawa dia langsung ke kamar operasi.”

“Di mana Dytia?”

“Di kamar sebelah. Suster Retno sedang mencoba menenangkannya.”

Bergegas Faisal mencari Dytia di kamar sebelah. Begitu melihat Faisal, dia segera mengundurkan dir dan menutup pintu tanpa perlu disuruh lagi.

....

(Ketika Cinta Harus Memilih, Mira W)

“Adakah” ia tidur semalam?” tanya tuan dokter perlahan-lahan kepada penjaga yang berdiri dekat sebuah tempat tidur. Di tempat tidur itu terhantar seorang-orang sakit. Mukanya pucat, kepala dan dadanya berbalut dengan kain putih.

“Ya, tuan,” jawab penjaga itu dengan hormat. “Dari pukul sembilan hingga pukul tiga lewat ia mengaduh-aduh kesakitan. Sudah itu sampai sekarang ia tidur kembali dengan tenang.”

“Bagus,bagus!” kata dokter itu pula, lalu ia menghampiri si sakit itu. “Ya, betul! Tetapi kamu harus hati-hati menjaga dia, obat dalam botol itu tak usah dipakai lagi!”

Sesudah itu, dokter pergi ke kamar lain.

(Si Jamin dan Si Johan “Pikir Dahulu Pendapatan, Sesal Kemudian Tak Berguna”, Merari Siregar)

Contoh Nonfiksi

Ironisnya, sampai akhir era 1980-an, kaum laki-laki secara eksklusif selalu menjadi subjek dalam riset medis, karena diasumsikan bahwa data yang dikumpulkan dari satu jenis kelamin saja telah dapat memberikan hasil mendalam yang akurat pada kedua jenis kelamin. Kita mengabaikan kaum perempuan, terutama mereka yang masih dalam usia subur, sebagai usaha untuk melindungi sistem reproduksi mereka dari risiko uji coba klinis.

Kita juga mengkhawatirkan soal bahayanya kondisi janin yang berada di dalam kandungan selama berjalannya riset. Yang paling penting, jenis kelamin baik secara biologis maupun tinjauan gender, dianggap tidak relevan terhadap kesehatan manusia. Hal yang terjadi pada salah satu jenis kelamin – demikian pemikiran para peneliti – akan terjadi pula pada jenis kelamin yang lainnya.

Asumsi ini adalah salah satu kesalahan terbesar dalam pemikiran medis. Saat kita mulai fokus pada kesehatan perempuan pada era tahun 1990-an dan membandingkan data yang diperoleh dari kaum laki-laki, kami baru menemukan perbedaan yang sangat di luar dugaan dan sangat penting antara jenis kelamin di dalam setiap sistem tubuh.

Otak, tulang, sistem pencernaan, sistem endokrin – bahkan kulit yang membungkus tubuh kita – sangatlah berbeda. Perbedaan-perbedaan inilah yang memengaruhi fungsi normal kita serta cara laki-laki dan perempan menghadapi penyakit.

Sebagai hasil konvensi panel para ahli yang diselenggarakan oleh National Academy of Medicine yang mempelajari persoalan itu, mereka menyatakn bahwa, “Jenis kelamin memegang peranan yang sangat penting. Ia berpengaruh terhadap hal-hal yang tak terduga. Tak diragukan lagi, persoalan jenis kelamin juga berpengaruh pada hal-hal yang belum mulai kita bayangkan.”

(Why Men Die First, Marianne J. Legato).