Karakter manusia yang berbeda-beda dapat diselaraskan melalui integrasi. Pengertian integrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang sosial. Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras, etnik, agama, bahasa, nilai dan norma. Definisi ini tercantum dalam buku Sosiologi karya Kun Maryati. Adapun beberapa definisi mengenai integrasi sosial menurut para ahli sebagai berikut:
Mengutip Sosiologi Hukum: Suatu Pengantar, integrasi sosial dalam kehidupan dapat terwujud dengan adanya keteraturan sosial. Untuk menciptakan integrasi sosial dalam rangka mewujudkan keteraturan sosial diperlukan berbagai upaya yang optimal dan berkesinambungan. Integrasi nasional dapat diartikan sebagai proses mempersatukan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga tercipta keserasian dan keselarasan secara nasional. Baca JugaDalam buku Social Change with Respect to Culture and Original Nature, William F. Ogburn menjelaskan, ada tiga syarat terjadinya integrasi sosial, yaitu:
Baca JugaIntegrasi sosial dapat dibedakan menjadi tiga bentuk sebagai berikut. 1. Integrasi Sosial NormatifIntegrasi normatif dapat diartikan sebagai sebuah bentuk integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam hal ini, norma merupakan hal yang mampu mempersatukan masyarakat. Misalnya, bangsa Indonesia mengusung semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung makna “meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Semboyan ini menunjukkan bahwa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, golongan, agama, dan bahasa tetapi tetap mengakui satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air, yaitu Indonesia. Baca JugaIntegrasi fungsional terbentuk karena ada fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat. Sebuah integrasi dapat terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari masing-masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat. Indonesia terdiri dari berbagai suku yang mengintegrasikan diri dengan melihat fungsi dari suku masing-masing. Contohnya, suku Bugis yang gemar melaut difungsikan sebagai penyedia hasil laut, suku Minang yang pandai berdagang berfungsi sebagai penjual dari hasil laut tersebut. Dengan demikian, tercipta sebuah integrasi fungsional dalam masyarakat. 3. Integrasi Sosial KoersifIntegrasi koersif terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa. Terciptanya integrasi ini berawal dari cara penguasa yang koersif (kekerasan) dalam mengatur. Contoh integrasi koersif adalah demonstran yang berhenti ketika polisi menembakkan gas air mata ke udara. Baca JugaFaktor-faktor pendorong integrasi sosial dijelaskan sebagai berikut.
Penjelasan tersebut tercantum dalam buku Sosiologi oleh Kun Maryati.
Oleh: Hari Sriyanto, S.Sos.,M.M (Dosen Character Universitas Bina Nusantara, Jakarta) Integrasi nasional adalah penyatuan atau pembauran suatu bangsa sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Berintegrasi nasional berarti sama dengan konsep menyatukan bangsa dengan kesederhanaan. Integrasi nasional mempunyai dua pengertian dasar, yakni integrasi dan nasional. Integrasi berasal dari bahasa Latin, yaitu ‘integrate‘ yang berarti memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Adapun menurut Kamus Besar Bangsa Indonesia (KBBI), integrasi adalah pembauran sampai menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Adapun kata nasional berarti bangsa. Integrasi nasional merupakan upaya penyatuan berbagai perbedaan, seperti kelompok budaya dan kelompok suku dalam suatu wilayah sehingga membentuk kesatuan. Bangsa Indonesia tentu membutuhkan integrasi nasional karena dapat menyatukan segala bentuk latar belakang budaya, suku, etnis, hingga latar belakang ekonomi. Di sisi lain, ada beberapa faktor pendorong terciptanya Integrasi nasional. Faktor pendorong integrasi nasional membantu menjaga negara bersatu dan kuat dari dalam, meski ada keragaman. Salah satu di antara faktor pendukung integrasi nasional yang paling utama ialah adanya perasaan senasib dan seperjuangan. Contohnya ialah saat masa penjajahan, di mana warga Indonesia bersatu untuk merdeka karena dilandasi keinginan yang sama, tanpa memedulikan suku, agama, ras, dan golongan. Perasaan memiliki nasib yang sama tersebut kemudian menimbulkan inisiatif untuk melakukan perlawanan secara serempak guna mendapatkan kemerdekaan. Hal yang tak kalah pentingnya dalam mendorong terciptanya integrasi nasional adalah adanya Rasa cinta Tanah Air. Hal ini dapat dibuktikan ketika masa perjuangan untuk merebut, menegakkan, serta mengisi kemerdekaan Republik Indonesia hingga masa kini. Di era kemerdekaan tersebut, semua rakyat Indonesia dari berbagai latar belakang bersatu padu melawan penjajah karena adanya rasa cinta Tanah Air. Keinginan untuk membentuk suatu kesatuan yang utuh juga merupakan salah satu faktor pendukung integrasi nasional. Diantaranya adalah peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Diaman warga Indonesia ingin bersatu dalam semangat perjuangan yang sama, sesuai cita-cita nasional. Faktor pendorong integrasi nasional juga bisa timbul dari budaya gotong royong atau saling membantu satu sama lain. Budaya gotong royong merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia secara turun temurun sejak dulu dan tetap dipertahankan hingga sekarang. Disamping itu Integrasi nasional menjadi wujud dari ideologi nasional yang telah disepakati bersama. Lewat ideologi Pancasila, Indonesia yang mempunyai banyak perbedaan atau keragaman, bisa tetap bersatu. Hal itu dikarenakan nilai-nilai Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Meski demikian ada beberapa hal yang perlu diwasapadai dalam rangka mewujudkan integrasi nasional. Diantaranya mengantisipasi ancaman dari luar. Bentuk ancaman dari luar tersebut bisa berupa pengambilan wilayah atau pulau paling luar di Indonesia. Disamping itu, kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam (heterogen) juag merupakan hambatan bagi terwujudnya integrasi nasional. Untuk itu diperlukan kedewasaan dana kesadaran akan pentingnya dalam menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada. Perbedaan harus disyukuri, karena dengan perbedaan satu sama lain akan saling melengkapi. Sementara munculnya paham “etnosentrisme” yang menganggap kelompoknya lebih baik atau ebih tinggi disbanding dari kelompok lainya, juga menjadi penghambat terwujudnya integrasi nasional. Lagi-lagi disini diperlukan sikap dewasa dalam menyikapi kondisi tersebut. |