Jelaskan akibat dari konfrontasi terhadap Malaysia

Jelaskan akibat dari konfrontasi terhadap Malaysia

Konfrontasi Malaysia dilatarbelakangi oleh keinginan Tengku Abdul Rahman dari persekutuan Tanah Melayu dan Lee Kuan Yu dari Republik Singapura untuk menyatukan kedua negara menjadi satu Federasi Malaysia. Pembentukan Federasi Malaysia dianggap sebagai proyek neo kolonialisme Inggris di kawasan Asia Tenggara yang dapat membahayakan jalannya revolusi Indonesia. Konfrontasi Malaysia sendiri resmi dilakukan oleh Indonesia setelah Presiden Soekarno mengucapkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada tanggal 3 Mei 1964. Isi dari Dwikora adalah perhebat ketahanan revolusi Indonesia dan bantuan perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Manila, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunai untuk membubarkan negara boneka Malaysia. Untuk menjalankan konfrontasi Dwikora, Soekarno membentuk Komando Siaga dengan Marsekal Madya Oemar Dani sebagai panglimanya.

Dengan demikian, Konfrontasi Malaysia terjadi karena adanya upaya penyatuan kedua negara menjadi satu Federasi Malaysia.

Pada  masa  demokrasi  terpimpin,  Indonesia  dihadapkan  pada  situasi  yang  sangat  sulit.  Presiden  Soekarno yang  pada  saat  itu  menerapkan  politik  konfrontatif  sebagai  wujud  dari  sikap  anti  nekolim,  mengakibatkan  Indonesia masuk dalam permasalahan dengan Malaysia. Permasalahan dalam penelitian ini adalah : apa latar belakang Indonesia melakukan  konfrontasi  dengan  Malaysia,  dan  bagaimana  dampak  konfrontasi  dengan  Malaysia  terhadap  ekonomi Indonesia  1963-1966.  Dalam  penelitian  ini  penulis  menggunakan  metode  penulisan  sejarah  yang  meliputi  heuristik, kritik, interpretasi, dan tahap yang terakhir adalah historiografi.Pada tahap heuristik dapat dikumpulkan beberapa sumber antara lain : Lembaran Negara Republik Indonesia No.30,  No.32,  No.89,  No238,  pidato  Presiden  Soekarno  pada  pembukaan  ganefo  di  Jakarta,  Surat  Komando  Aksi Sukarelawan.  Kemudian  dari  sumber  koran  atau  majalah  anatara  lain  :  Sketsmasa  No.14.Th.VI.1963 , No.15.Th VI.1963,  No.21.Th  VI.1963,  No.24.Th  VII.1964,No.9.Th.VII,1965,  No.  9.Th  VIII,  1965,  No.13  .Th.  VIII.1965,No.13.Th.VIII.1965.  Setelah  itu,  penulis  melakukan  kritik  dengan  cara  membandingkan  sumber-sumber  yang  telah diperoleh baik  itu koran, majalah atau buku tentang konfrontasi Indonesia dengan Malaysia dan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia tahun 1963-1966. Kemudian pada tahap Interpretasi (penafsiran), disimpulkan dan ditafsirkan faktafakta  yang  diperoleh  untuk  diinterpretasikan  sesuai  dengan  topik  yang  akan  dibahas.  Tahapan  terakhir  adalah historiografi , peneliti berusaha merangkai fakta sejarah yang sudah diklasifikasikan secara kronologis menjadi sebuah karya ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan keilmiahannya sesuai dengan ketentuan metode penelitian sejarah.Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut, permasalahan dengan Malaysia berawal dari gagsan PM Malaya Tengku  Abdulrachman  yang  ingin  membentuk  Federasi  Malaysia.  Indonesia  telah  terbawa  wacana  suasana  perang dingin,  yang  membagi  dunia  ini  menjadi  dua  blok  yakni  antara  Blok  Barat  dan  Blok  Timur.  Indonesia  memelopo ri gerakan non blok dan anti terhadap terbentuknya kolonialisme baru. Presiden Soekarno yang menjalankan politik anti nekolim  yang  sudah  menganggap  bahwa  Malaysia  adalah  wujud  dari  aksi  Inggris  dalam  membentuk  nekolim,  dan pembentukan federasi Malaysia dianggap oleh Presiden Soekarno telah mengancam wilayah Indonesia. Dengan adanya konfrontasi  ini  berdampak  pada  pengambilan  kebijakkan  ekonomi  Indonesia,  yang  semua  kebijakkan  ekonomi pemerintah dititik beratkan pada pemikiran politik dan mengiraukan kaidah-kaidah ekonomi yang berlaku sehingga juga berdampak kepada keadaan ekonomi IndonesiaKonfrontasi  Indonesia  dengan  Malaysia,  ditinjau  dari  permasalahan  ekonomi  yang  di  hadapi  Indonesia mengakibatkan  kebijakkan-kebijakkan  ekonomi  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  sering  mengalami  kekeliruan, contohnya usaha membendung peredaran uang dikelurkan kebijakkan nilai uang kertas pecahan Rp.500, -dan Rp.1000,-diturunkan  masing-masing  menjadi  Rp.50,-  dan  Rp.100,-.  Namun  akibatnya,  harga  barang-barang  dalam  rupiah  baru menjadi seperseribu harga dalam rupiah lama, sehingga mengakibatkan pengeluaran pemerintah mengalami kenaikkan

sehingga berdampak semakin memburuknya keadaan ekonomi Indonesia.


Kata kunci: Konfrontasi,Malaysia, Ekonomi,

Jelaskan akibat dari konfrontasi terhadap Malaysia
Abstract View: 1872
Jelaskan akibat dari konfrontasi terhadap Malaysia
PDF Download: 163

Merdeka.com - Konfrontasi Indonesia-Malaysia adalah sebuah peristiwa perang yang disebabkan persengketaan wilayah dan penolakan penggabungan wilayah Sabah, Brunei, dan Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962 hingga 1966.

Perang ini diawali dari keinginan Federasi Malaya, atau lebih dikenali sebagai Persekutuan Tanah Melayu, yang ingin menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak ke dalam Federasi Malaysia. Namun, keinginan pihak Malaysia ini diketahui tidak sesuai dengan Persetujuan Manila.

Oleh karenanya, keinginan Federasi Malaysia tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno, yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia, yang sekarang dikenal sebagai Malaysia, sebagai "boneka Inggris" merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.

Latar Belakang

Mengutip dari id.wikipedia.org, sebagai bagian dari penarikan dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya yang berada di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia. Namun, rencana ini ditentang oleh Presiden Sukarno yang berpendapat bahwa konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga dapat mengancam kemerdekaan Indonesia.

Akibat dari penentangan ini, demonstrasi anti-Indonesia pun muncul di Kuala Lumpur dan berlangsung pada 17 September 1963. Para demonstran yang marah terhadap Presiden Sukarno karena melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia dan juga karena serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia terhadap Malaysia. Hal ini mengikuti dengan pengumuman Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia pada 20 Januari 1963.

Sukarno pun murka dan mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesia, di mana para demonstran menginjak-injak lambang negara Indonesia, dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang sampai saat ini dikenal dengan nama Ganyang Malaysia.

Kemudian Sukarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia dengan pidato berapi-api yang sangat bersejarah berikut:

Kalau kita lapar itu biasa

Kalau kita malu itu djuga biasa

Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang adjar!

Kerahkan pasukan ke Kalimantan, kita hadjar tjetjunguk Malayan itu!

Pukul dan sikat djangan sampai tanah dan udara kita diindjak-indjak oleh Malaysian keparat itu

Doakan aku, aku bakal berangkat ke medan djuang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang enggan diindjak-indjak harga dirinja

Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tundjukkan bahwa kita masih memiliki gigi dan tulang jang kuat dan kita djuga masih memiliki martabat

Yoo...ayoo... kita... Ganjang...

Ganjang... Malaysia

Ganjang... Malaysia

Bulatkan tekad

Semangat kita badja

Peluru kita banjak

Njawa kita banjak

Bila perlu satu-satu!

Pecahnya Peperangan

Pada 27 Juli 1964, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia". Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia. Ketegangan berkembang di kedua belah pihak.

Dua hari kemudian para perusuh membakar kedutaan Britania di Jakarta. Ratusan perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta, dan juga rumah diplomat Singapura. Di Malaysia, agen dari Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur. Perbatasan di Kalimantan pun tak lepas dari peperangan.

Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah pasukan Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus Special Air Service (SAS). Tercatat pasukan tewas di pihak Indonesia sekitar 2000 pasukan dan dari pihak Inggris/Australia (SAS) sekitar 200 pasukan setelah bertempur di belantara Kalimantan.

Pada 17 Agustus, pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.

Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 1 Juli 1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang melabrak pangkalan Angkatan Laut Malaysia di Semporna. Serangan dan pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun gagal. Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia.

Akhir Peperangan

Menjelang akhir 1965, Jenderal Soeharto saat itu memegang kekuasaan di Indonesia setelah adanya Gerakan 30 September yang terkenal. Karena adanya konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia berkurang, dan peperangan pun mereda.

Pada 28 Mei 1966, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik dan normalisasi hubungan antara kedua negara melalui konferensi di Bangkok, meski diwarnai dengan keberatan Sukarno.