Hal yang menyebabkan perpecahan dan runtuhnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan di sekolah adalah

Peribahasa “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” bukan sekedar slogan kosong. Melainkan sebuah pengingat agar bangsa Indonesia selalu sadar dan melaksanakan sikap-sikap positif untuk mempertahankan persatuan.

Jakarta (21/06/2021) Indonesia memiliki sebuah peribahasa yang menarik untuk mengingatkan persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Jika ditelusuri sejarahnya, ternyata peribahasa ini bukan monopoli Indonesia, melainkan bersifat global. Artinya, hampir semua negara di dunia memiliki peribahasa yang mirip. Namun yang paling mirip adalah peribahasa dari Amerika Serikat yang berbunyi, “United we stand, devided we fall.” Menurut sejarahnya, peribahasa Amerika ini dikutip dari salah satu lirik lagu yang berjudul Liberty Song yang diciptakan oleh John Dickinson pada tahun 1768. Salah satu bait dari lagu tersebut berbunyi, “Then join hand in hand, brave Americans all! By uniting we stand, by dividing we fall.”

Tidak dapat dipastikan mana yang terlebih dulu diciptakan. Namun yang pasti hampir setiap negara memiliki peribahasa mengenai persatuan. Tujuan diciptakannya peribahasa itu adalah sebagai slogan, simbol atau pengingat betapa pentingnya sebuah bangsa untuk bersatu, sebab jika tidak maka bangsa tersebut akan mengalami perpecahan. Sobat Revmen pasti sudah tahu arti dari semboyan bersatu kita teguh. Namun sebagai pengingat, berikut makna dari penggalan peribahasa itu.

Seperti dikutip Kompas.com (2020), dalam buku Kronik Revolusi Indonesia: 1945 karya Pramoedya Ananta Toer, makna bersatu kita teguh adalah menyatunya berbagai unsur dan perbedaan yang ada menjadi suatu kesatuan yang utuh dan serasi. Jika melihat definisi dari Pramoedya ini, maka titik tekan dari persatuan adalah adanya keragaman, adanya harmoni, dan adanya sikap saling menghormati.

Namun Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari begitu banyak suku bangsa, etnis, agama dan kebudayaan. Bahkan Indonesia memiliki kondisi geografis yang terpencar-pencar. Kondisi ini memiliki tantangan tersendiri. Tantangan akan menjadi semakin berat untuk dihadapi jika setiap individu tidak memiliki kesamaan visi untuk mempertahankan persatuan. Biasanya, dengan alasan HAM dan kebebasan, individu memiliki logika alternatif untuk menyangkal persatuan. Ini merupakan bahaya dan ancaman bagi keutuhan NKRI.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menemukan sikap yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu: Pertama, sikap egois atau mementingkan diri sendiri. Individu yang egois biasanya masa bodoh dengan kondisi bangsa dan negara. Satu-satunya hal penting untuk dipikirkan adalah dirinya sendiri. Sikap ini membuat sulit seseorang untuk berkolaborasi dan bergotong royong untuk menanamkan rasa persatuan antar anak bangsa. Sikap egois ini dalam konteks yang lebih besar dapat berbentuk etnosentrisme, primordialisme, chauvinism, bahkan radikalisme.

Kedua, sikap tidak peduli. Sikap ini muncul dalam banyak bentuk, seperti tidak peduli dengan kondisi ekonomi bangsa, kemiskinan atau pemerintahan yang korup. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap ini biasanya muncul dalam bentuk malas belajar, gemar melakukan pelanggaran hukum atau tidak mengindahkan kesetiakawanan sosial. Jika setiap individu tidak peduli dengan kondisi bangsa dan negaranya, maka persatuan dapat runtuh.

Ketiga, kurangnya kesadaran terhadap dampak globalisasi. Sangat realistis jika negara-negara asing selalu memiliki kepentingan terhadap Indonesia. Itu wajar. Namun yang tidak wajar adalah jika dalam kepentingannya itu, negara-negara asing memiliki keinginan untuk menguasai Indonesia. Maka tanpa kesadaran dari setiap anggota masyarakat, gangguan asing dapat menjadi ancaman terhadap persatuan. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap ini dapat berwujud seperti tidak suka menggunakan produk dalam negeri sendiri, terlalu gandrung dengan kebudayaan asing atau tidak mencintai kebudayaan sendiri.

Keempat, provokatif. Tidak dapat disangkal bahwa ada sebagian kecil masyarakat yang merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah atau karena tidak bersedia menerima kondisi lingkungannya sendiri. Mereka berimajinasi tentang sebuah kondisi ideal, namun melupakan kondisi riil. Mereka kemudian senang melakukan provokasi kepada masyarakat untuk melakukan kegaduhan-kegaduhan yang dapat mengancam persatuan. Contoh sehari-harinya adalah mencemarkan nama baik, menyebarkan berita bohong atau melakukan fitnah di media sosial.

Kelima, mudah termakan isu. Tidak semua anggota masyarakat memiliki tingkat literasi dan kontrol emosi yang baik. Mereka mudah termakan oleh isu, terutama saat ini dunia memasuki era digital, di mana hoaks, berita palsu, ujaran kebencian dan fitnah begitu massif muncul di media sosial. Hoaks, yang selalu membidik emosi massa, biasanya menggunakan isu SARA untuk merobek-robek persatuan sebuah bangsa.

Banyak masyarakat yang bersukur bahwa kita hidup di Indonesia, negara yang aman, damai dan bersatu. Di beberapa negara di dunia, kondisi demikian tidak bisa didapatkan. Mereka hidup dalam ketakutan dan ancaman. Konflik dan perang selalu terjadi. Tapi di Indonesia tidak demikian. Untuk itu persatuan harus dijaga sebagai salah satu aset penting dalam mempertahankan perdamaian dan kemerdekaan.

Sobat Revmen, kita bisa menjaga persatuan selama yang kita mau. Kuncinya adalah jangan egois dan selalu peduli. Mempertahankan persatuan bisa dimulai dari hal-hal kecil yang penting, seperti saling menghormati perbedaan, tidak mudah termakan isu, tidak sombong, selalu menghormati hukum, menjunjung solidaritas dan mencintai sesama anak bangsa. Seperti filosofi sapu lidi, “sendiri kita lemah, namun bersama-sama kita akan kuat.” Bersatu kita taguh! #AyoBerubah #GerakanIndonesiaBersatu

Referensi:

Amhistory.com. (2012). Available at: https://amhistory.si.edu/1942/campaign/campaign24.html#:~:text=It%20originated%20in%20the%20fourth,struggle%20for%20better%20working%20conditions. Diakses tanggal 26 Mei 2021.

Kemdikbud.go.id. (2021). Available at: http://ditsmp.kemdikbud.go.id/indahnya-keberagaman-dan-pentingnya-toleransi-di-indonesia/. Diakses tanggal 26 Mei 2021.

Kompas.com. (2020). Available at: https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/11/162139269/makna-bersatu-kita-teguh. Diakses tanggal 26 Mei 2021.

Penulis: Robby Milana

Editor: Wahyu Sujatmoko

Hal yang menyebabkan perpecahan dan runtuhnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan di sekolah adalah

Diunggah oleh:

Administrator
Sekertariat Revolusi Mental

Satker Revolusi Mental

  • Hal yang menyebabkan perpecahan dan runtuhnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan di sekolah adalah

  • Hal yang menyebabkan perpecahan dan runtuhnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan di sekolah adalah

  • Hal yang menyebabkan perpecahan dan runtuhnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan di sekolah adalah

Hal yang menyebabkan perpecahan dan runtuhnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan di sekolah adalah

Ilustrasi Indonesia. (Image by Idris Hasibuan from Pixabay)

Bola.com, Jakarta - Persatuan dan kesatuan merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap negara, termasuk Indonesia. Tanpa persatuan dan kesatuan, sebuah negara akan mudah terombang-ambing serta terpecah belah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat, persatuan adalah gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainya) beberapa bagian yang sudah bersatu, perserikatan, serikat. Sementara pengertian kesatuan berarti perihal satu, keesaan, sifat tunggal, satuan.

Mengacu pengertian tersebut, persatuan dan kesatuan bisa disimpulkan berasal dari satu suku kata yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Wajar tentunya persatuan dan kesatuan sering menjadi satu di antara senjata paling ampuh agar tetap utuh.

Persatuan dan kesatuan bangsa merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kemajuan bangsa. Meski, pada kenyataannya, sering dijumpai berbagai peristiwa yang mencerminkan gejala perpecahan bangsa.

Peristiwa-peristiwa tersebut, seperti kerusuhan antarpendukung klub sepak bola, demonstrasi yang diwarnai aksi kekerasan, konflik antarsuku, dan lain sebagainya.

Peristiwa-peristiwa tersebut apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan rusaknya persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, masih ada beberapa faktor yang menghambat proses terjadinya persatuan dan kesatuan.

Berikut ini rangkuman tentang faktor-faktor penghambat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, seperti dilansir dari laman Ex-school, Rabu (24/3/2021). 

Adanya keberagaman yang dimiliki rakyat Indonesia dapat menjadi penghambat persatuan dan kesatuan bangsa. Terutama apabila tidak diiringi dengan sikap saling menghargai, menghormati, serta adanya toleransi yang telah menjadi karakter khas masyarakat Indonesia.

Keberagaman tersebut dapat mengakibatkan munculnya perbedaan pendapat yang memicu lepas kendali, tumbuhnya perasaan kedaerahan yang berlebihan, yang dapat memicu terjadinya konflik antardaerah atau antarsuku bangsa.

Geografis negara Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Sejumlah daerah dikhawatirkan memilih memisahkan diri dari NKRI. Daerah tersebut antara lain daerah yang jauh dari pusat, derah perbatasan dengan negara lain, dan daerah yang memiliki kekayaan alam yang besar.

Kondisi ekonomi yang timpang bisa memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa. Jadi, apabila ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan serta hasil-hasil pembangunan masih belum dapat diatasi, bisa menimbulkan ketidakpuasan hingga perpecahan.

Ketidakpuasan tersebut biasanya akan menimbulkan pertentangan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Etnosentrisme merupakan sikap menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Prinsip yang satu ini lebih merujuk pada rasa bangga seorang individu atau kelompok secara berlebihan.

Hal tersebut apabila tidak diatasi akan memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa.

Nilai-nilai budaya bangsa dapat melemah akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung.

Kontak langsung antara lain melalui unsur-unsur pariwisata. Kontak tidak langsung, antara lain melalui media cetak maalah, tabloid, atau media elektronik televisi, radio, film, internet, telepon seluler yang mempunyai fitur atau fasilitas lengkap.

Proses pembangunan yang terpusat di wilayah-wilayah tertentu dapat menimbulkan kesenjangan atau kecemburuan dalam berbagai bidang. Kondisi tersebut apabila tidak diselesaikan dapat memperlemah dan mengbambat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Sumber: Ex-school