Hal- hal yang tidak teknis dalam penggarapan teater adalah…

Hal- hal yang tidak teknis dalam penggarapan teater adalah…

YZ Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at yz.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Hal- hal yang tidak teknis dalam penggarapan teater adalah…

This is a List of Available Answers Options :

  1. Pentas
  2. Naskah
  3. Property
  4. Pemain
  5. Sutradara


Click to See Answer

What is yz.dhafi.link Site?

YZ Dhafi Quiz Is an online learning educational site to provide assistance and insight to students who are in the learning stage. they will be able to easily find answers to questions at school.We strive to publish Encyclopedia quizzes that are useful for students. All facilities here are 100% Free. Hopefully, Our site can be very useful for you. Thank you for visiting.

MATERI IA. Pengertian dan Tipe Sutradara Di proses pementasan teater, penanggung jawab proses transformasi naskah lakon ke bentuk pemanggungan adalah sutradara yang merupakan pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Baik buruknya pementasan teater sangat ditentukan oleh kerja sutradara, meskipun unsurunsur lainnya juga berperan tetapi masih berada di bawah kewenangan sutradara.Pada mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara. Pementasan teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan sebuah cerita. Kemudian mereka berlatih dan memainkkannya di hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain. Para aktor yang telah memiliki banyak pengalaman mengajarkan pengetahuannya kepada aktor muda. Proses mengajar dijadikan tonggak awal lahirnya sutradara. Dalam terminologi Yunani sutradara (director) disebut didaskalos yang berarti guru dan pada abad pertengahan di seluruh Eropa istilah yang digunakan untuk seorang sutradara dapat diartikan sebagai master.Istilah sutradara seperti yang dipahami dewasa ini baru muncul pada jaman Geroge II. Seorang bangsawan (duke) dari Saxe-Meiningen yang memimpin sebuah grup teater dan menyelenggarakan pementasan keliling Eropa pada akhir tahun 1870-1880. Dengan banyaknya jumlah pentas yang harus dilakukan, maka kehadiran seorang sutradara yang mampu mengatur dan mengharmonisasikan keseluruhan unsur artistik pementasan dibutuhkan. Meskipun demikian, produksi pementasan teater Saxe-Meiningen masih mengutamakan kerja bersama antarpemain yang dengan giat berlatih untuk meningkatkan kemampuan berakting mereka (Robert Cohen, 1994).Model penyutradaraan seperti yang dilakukan oleh George II diteruskan pada masa lahir dan berkembangnya gaya realisme. Andre Antoine di Tokohcis dengan Teater Libre serta Stansilavsky di Rusia adalah dua sutradara berbakat yang mulai menekankan idealisme dalam setiap produksinya. Max Reinhart mengembangkan penyutradaraan dengan mengorganisasi proses latihan para aktor dalam waktu yang panjang. Gordon Craig merupakan seorang sutradara yang menanamkan gagasannya untuk para aktor sehingga ia menjadikan sutradara sebagai pemegang kendali penuh sebuah pertunjukan teater (Herman J. Waluyo, 2001). Berhasil tidaknya sebuah pertunjukan teater mencapai takaran artistik yang diinginkan sangat tergantung kepiawaian sutradara. Dengan demikian sutradara menjadi salah satu elemen pokok dalam teater modern.Oleh karena kedudukannya yang tinggi, maka seorang sutradara harus mengerti dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pementasan. Oleh karena itu, kerja sutradara dimulai sejak merencanakan sebuah pementasan, yaitu menentukan lakon. Setelah itu tugas berikutnya adalah menganalisis lakon, menentukan pemain, menentukan bentuk dan gaya pementasan, memahami dan mengatur blocking serta melakukan serangkaian latihan dengan para pemain dan seluruh pekerja artistik hingga karya teater benar-benar siap untuk dipentaskan.Sebagai pimpinan, sutradara selain bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses terciptanya pementasan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat atau penonton. Meskipun dalam tugasnya seorang sutradara dibantu oleh stafnya dalam menyelesaikan tugastugasnya tetapi sutradara tetap merupakan penanggung jawab utama. Untuk itu sutradara dituntut mempunyai pengetahuan yang luas agar mampu mengarahkan pemain untuk mencapai kreativitas maksimal dan dapat mengatasi kendala teknis yang timbul dalam proses penciptaan.Sebagai seorang pemimpin, sutradara harus mempunyai pedoman yang pasti sehingga bisa mengatasi kesulitan yang timbul. Menurut Harymawan (1993) Ada beberapa tipe sutradara dalam menjalankan penyutradaraanya, yaitu:1. Sutradara konseptor. Ia menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu secara kreatif. Tetapi juga terikat kepada pokok penafsiran tsb.2. Sutradara diktator. Ia mengharapkan pemain dicetak seperti dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah ia mendambakan seni sebagai dirinya, sementara pemain dibentuk menjadi robot robot yang tetap buta tuli.3. Sutradara koordinator. Ia menempatkan diri sebagai pengarah atau polisi lalulintas yang mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya.4. Sutradara paternalis. Ia bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya.Teater disamakan dengan padepokan, sehingga pemain adalah cantrik yang harus setia kepada sutradara.B. Bekal Awal Sutradara Sutradara merupakan sebuah profesi dan komitmen sekaligus. Disebut profesi karena kerja seorang sutradara didasarkan atas keahlian, keterampilan, dan kreativitas di bidang teater. Disebut komitmen karena profesi sutradara bukanlah karena penunjukan atau SK sebagaimana sebuah jabatan di organisasi atau intitusi pemerintah. Seorang sutradara merupakan niatan, janji, sikap, dan tanggung jawab untuk berproses kreatif dalam dunia teater sebagai seorang sutradara. Oleh karena itu, seseorang menjadi sutradara bukan karena ditunjuk oleh orang lain, tetapi dia sendiri yang menunjuk dirinya untuk menjadi seorang sutradara.Sutradara adalah seorang seniman, sebagaimana seniman yang lain, yang berkarya di dunia teater. Dia dinilai, diberi gelar dan status, dan mengaku sebagai sutradara karena karya yang diciptakannya. Apakah dia seorang sutradara yang berkualitas, cerdas, dan kreatif akan dinilai dari karya teater yang disutradarai. Karena itu, sutradara lahir dari sebuah proses pertunjukan teater dan seberapa jauh dia berkomitmen sebagai seorang sutradara.Karena ia lahir dari sebuah proses berteater, maka sutradara mesti membekali dirinya dengan pengetahuan dan kemampuan di bidangnya itu. Ada beberapa bekal awal yang harus dimiliki seorang sutradara.1. Seorang sutradara haruslah memiliki pengetahuan teater. Pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman menjadi seorang pekerja teater sebelumnya, pendidikan, dan membaca. Bisa saja seorang sutradara ketika masih menjadi seorang aktor, bukanlah aktor yang baik. Tetapi karena pengalamannya itu ia memiliki pengetahuan bagaimana berteater yang baik. Atau mungkin ia seorang alumni pendidikan teater lantas menjadi seorang sutradara.2. Seorang sutradara haruslah memiliki kemampuan bersastra. Naskah drama yang akan diproses dalam pertunjukan teater merupakan genre sastra. Seorang sutradara mesti menganalisis dan menginterpretasi naskah drama yang akan digarapnya. Penafsiran dan analisis naskah drama merupakan kerja awal sebelum proses penyutradaraan berlangsung lebih lanjut. Untuk itu ia haruslah memiliki kemampuan bersastra untuk itu.3. Seorang sutradara haruslah mempunyai konsep. Konsep dalam konteks ini adalah pandangan, keyakinan, dan sikap tentang profesi itu. Konsep itulah yang akan menuntun seorang sutradara untuk menentukan, memikirkan, dan memutuskan apa yang terbaik bagi proses kerja penyutradaraannya. Konsep seorang sutradara adalah sebuah pilihan yang diyakini dan dipandang sebagai sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi semua pihak; khususnya bagi dirinya sendiri dalam setiap prosesnya. Tidak hanya seorang sutradara, semua seniman sesungguhnya memiliki konsep kesenimanannya.4. Seorang sutradara haruslah memiliki kemampuan manajerial. Sebagai seorang pemimpin, sutradara pada dasarnya adalah seorang manajer. Dialah yang merencanakan, mengkoordinasi, mengevaluasi, mensolusi semua problema, dan mengontrol proses penggarapan pertunjukan teater. Tanpa manajemen yang baik, akan banyak hambatan dan persoalan yang muncul. Untuk itu, ia haruslah memiliki pengetahuan manajemen yang memadai sesuai kebutuhan proses kerjanya.5. Seorang sutradara haruslah memiliki pengetahuan sosiopsikologi. Pertunjukan teater di atas panggung merupakan refleksi dari sosial dan psikologis manusia. Akting, karakterisasi, dan sarana panggung merupakan simbol-simbol bermakna kontekstual. Oleh karena itu, pengetahuan sosiopsikologis akan memperkaya wawasan sutradara dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan teater.Banyak cara dan pendekatan yang dapat dilakukan seorang dalam membekali dan mempersiapkan dirinya untuk berproses kreatif sebagai sutradara. Itu semua bagian dari profesi dan komitmennya.C. Tugas SutradaraSebagai pemimpin kerja kolektif sebuah teater, sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab sebagaimana berikut ini.1. Memilih NaskahAda dua hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih naskah. Pertama, naskah yang bagaimana yang akan dipilih untuk digarap. Kedua, pertimbangan apakah sebuah naskah tertentu dipilih. Beberapa jenis naskah yang dapat ditentukan untuk proses penggarapan sebuah pertunjukan teater.1. Naskah asli2. Naskah adaptasi3. Naskah saduran4. Naskah terjemahanSedangkan dalam penentuan naskah tertentu yang dipilih untuk digarap, seorang sutradara memiliki beberapa pertimbangan.1. Naskah yang dipilih bersifat aktual. Acap kali seorang sutradara menghadapi sekian banyak naskah yang harus dipilih. Pertimbangan aktual bisa menjadi alasan untuk memilihnya. Aktual dalam pengertian ini adalah mengangkat persoalan yang sedang hangat dibicarakan. Persoalan yang sedang ramai dibicarakan masyarakat sering kali mendorong seorang sutradara ikut terlibat. Tentunya melalui media pertunjukan teater yang digarapnya. Hal itu sesungguhnya perwujudan dari fungsi sosial karya seni sebagai instiotusi sosial.2. Naskah yang dipilih bersifat kontekstual. Kontekstual dalam pengertian ini adalah mengangkat persoalan yang berangkat dari latar belakang sosial di mana pertunjukan teater itu berlangsung. Hal ini juga merupakan perwujudan dari fungsi sosial karya seni terhadap masyarakatnya. Di Indonesia banyak tersebar naskah-naskah drama yang ditulis oleh para penulis naskah drama. Tetapi sering kali naskah-naskah tersebut tidak berangkat atau bersumber dari masyarakat. Naskah-naskah terjemahan misalnya, tentunya berlatar belakang masyarakat dari mana naskah drama tersebut berasal. Di Indonesia naskah tersebut